Petani Garam Gunung Kidul Berhenti Produksi, Merugi

Gunung Kidul, | EGINDO.co  – Petani garam di kawasan Pantai Dadapayam dan Sepanjang, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, berhenti produksi sejak satu tahun karena terjadi kerusakan mesin pompa dan rendahnya omzet penjualan sehingga tidak menutup biaya produksi, merugi. “Kami sementara waktu berhenti produksi garam karena terjadi kerusakan pada mesin pompa, sehingga suplai untuk bahan baku garam jadi terkendal,” kata Ketua Kelompok Petani Garam Dadap Makmur di Pantai Dadapayam, Desa Kanigoro, Kecamatan Saptosari, Triyono di Gunung Kidul.

Ia juga mengakui selama pandemi COVID-19, permintaan garam di kelompoknya turun drastis. Selain itu, kondisi ini diperparah dengan angin kencang yang merusak terpal plastik pelindung petak-petak yang digunakan lokasi budi daya. “Awalnya hanya mesin pompa, tapi karena tidak ada aktivitas produksi maka terpal-terpal juga ikut rusak,” katanya.

Baca Juga :  Bridgestone Jepang Hentikan Sponsor Olimpiade, Gabung Toyota dan Panasonic

Triyono mengatakan pihaknya sudah melaporkan kerusakan pompa dan berhenti beroperasinya produksi garam ke Dinas Kelautan dan Perikanan. Kelompoknya sudah kembali mendapatkan bantuan berupa mesin pompa dan terpal untuk memperbaiki kerusakan yang ada. “Saat ini, anggota kelompok sudah memulai kerja bakti untuk menghidupkan kembali budidaya garam yang sempat vakum selama satu tahun. Kami targetkan di awal April sudah bisa kembali beroperasi,” katanya.

Untuk di awal-awal produksi lagi, ia berharap budi daya bisa berjalan dengan lancar tanpa ada kendala, sehingga hasilnya dapat dipasarkan ke masyarakat. Hanya saja, Triyono juga berharap ada perbaikan harga sehingga petani tetap mendapatkan keuntungan guna meningkatkan kesejahteraan. “Sebelum berhenti operasi, setiap bulan bisa menghasilkan delapan kuintal garam. Untuk harga hanya laku Rp3.000 per kilogram, kami berharap harganya bisa lebih baik lagi,” katanya.

Baca Juga :  Petani Di OKU Keluhkan Kelangkaan Pupuk Bersubsidi

Sementara itu, Ketua Kelompok Budi daya Garam di Pantai Sepanjang, Winarto mengatakan kelompoknya juga berhenti memproduksi garam sementara waktu. Menurut dia, upaya produksi akan dimulai kembali dengan meperbaiki sarana prasarana pendukung dalam budi daya. “Kami belum lama, tapi memang COVID-19 juga ikut memberikan dampak terhadap berhentinya operasional,” katanya.@

ant/TimEGINDO.co

Bagikan :
Scroll to Top