Jakarta|EGINDO.co Pada 11 September 2025, indeks sektor energi (IDXENERGY) mencatat pertumbuhan year-to-date (YTD) sebesar 14,17%, jauh berada di belakang sektor teknologi yang melonjak sekitar 143,45%. Padahal setahun sebelumnya, sektor energi menorehkan pencapaian tertinggi di antara sektor-sektor BEI dengan pertumbuhan sekitar 28,01% dalam periode yang sama.
Analis Kiwoom Sekuritas, Sukarno Alatas, menyebut bahwa kondisi tahun lalu sulit untuk diulang. Dia mengungkapkan bahwa saham-saham komoditas, khususnya batu bara, yang dulu menjadi penopang utama IDXENERGY, kini menghadapi tekanan karena harga batu bara yang menurun. “Arah aliran dana asing sekarang lebih condong ke gas, energi baru terbarukan, dan ke hilirisasi,” ujarnya. Emiten yang hanya mengandalkan komoditas murni dinilainya rentan terhadap arus keluar modal asing, terutama bila harga global terus melemah.
Ekky Topan dari Infovesta Utama juga mencatat pelemahan ekspor batu bara Indonesia sebagai faktor utama. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), volume ekspor batu bara selama Januari–Juli 2025 menurun sekitar 6,96% menjadi 214,71 juta ton dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, sementara nilai ekspornya merosot sekitar 21,74% menjadi US$13,82 miliar.
Data tambahan dari Warta Ekonomi memperkuat gambaran tersebut, yang menyebut bahwa penurunan nilai ekspor batu bara ini dipengaruhi oleh melemahnya harga komoditas energi di pasar global. Sektor pertambangan, khususnya batu bara, menjadi salah satu yang tertekan, sementara ekspor non-migas lainnya seperti kelapa sawit dan besi baja menunjukkan pertumbuhan.
Sementara itu, pakar Reydi Octa memperkirakan bahwa IDXENERGY akan cenderung bergerak sideways di sisa tahun ini. Ia melihat bahwa hanya emiten dengan fundamental kuat, neraca sehat, dan strategi transisi ke energi bersih atau gas yang memiliki peluang menarik minat investor asing.
Perdagangan pada Kamis, 11 September 2025 juga mencerminkan ketidakpastian ini. IDXENERGY ditutup melemah 0,50% ke level 3.070, sedangkan IHSG menguat 0,64% ke angka 7.474. Emiten-emiten seperti ADRO, BUMI, dan MEDC mengalami net sell asing, sementara beberapa emiten lain seperti PGAS, PTBA, dan INDY justru dicermati dan diborong oleh investor asing.
Sumber: Bisnis.com/Sn