Peristiwa Isra’ Mi’raj, Kian Dipercaya Manusia Akhir Zaman

ruang
Ruang angkasa

Oleh: Fadmin Malau

Hari ini umat Islam di dunia memperingati peristiwa Isra’ dan Mi’raj Nabi besar Muhammad SAW. Peristiwa yang luar biasa terjadi ketika zaman Rasullullah dan pada zaman sekarang juga masih merupakan peristiwa luar biasa meskipun ilmu pengetahuan sudah berkembang. Peristiwa Isra’ Mi’raj terjadi pada 27 Rajab Tahun 3 Hijriah atau tahun 621 Masehi dan Nabi Muhammad SAW ketika itu berusia 51 tahun untuk menerima perintah Sholat. Isra’ dan Mi’raj merupakan dua kejadian yang merupakan satu kesatuan. Peristiwa Isra’ Mi’raj awalnya Malaikat Jibril AS mendapat perintah dari Allah SWT menjemput Nabi Muhammad SAW untuk menghadap Allah SWT.

Peristiwa Isra’ Mi’raj, kini kian dipercaya manusia akhir zaman ketika ilmu teknologi antariksa semakin berkembang, manusia menjelajahi ruang angkasa. Dimana Surat Al-Isra’ ayat pertama yang artinya, “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Isra’ Mi’raj memiliki dari dua kata yakni Isra’ dan Mi’raj. Bila diartikan Isra’ artinya perjalanan malam yakni perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa dan Mi’raj artinya naik ke langit. Peristiwa Isra’ Mi’raj awalnya Malaikat Jibril AS mendapat perintah dari Allah SWT menjemput Nabi Muhammad SAW untuk menghadap Allah SWT. Jibril membangunkan Rasul dan mengajaknya keluar Masjidil Haram dan di luar telah menunggu kendaraan bernama Buraq. Boleh jadi kendaraan ini memiliki kecepatan di atas kecepatan cahaya mengingat Mi’raj Nabi Muhammad SAW itu naik ke langit.

Dikatakan melebihi kecepatan cahaya karena perjalanan Rasulullah bersama Jibril itu dari Masjidil Haram kemudian perjalanan dilanjutkan ke Syajar Musa (Masyan) kemudian ke Tunisia ke Baitullhmi dan diteruskan ke Masjidil Aqsha di Yerussalem. Lantas Jibril membimbing Rasul kesebuah batu besar di Maqdis dan Rasulullah bersama Jibril naik tangga menuju kelangit tujuh dan ke Sidratul Muntaha.

Berulangkali Allah SWT dalam Al Qur’an berkata, “Apakah kamu (manusia) tidak berpikir” Bila dikaji maka Allah SWT menyuruh manusia mempergunakan akalnya dengan baik dan benar. Al Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW merupakan mukjizat terbesar dari Allah SWT dan karunia besar bagi semua manusia di dunia ini andaikata manusia itu mau berfikir. Bagi ummat Islam atau seorang Muslim harus mempergunakan akalnya untuk memikirkan realita yang ada dan kejadian luar biasa pada zaman nabi dan rasul seperti Isra Mi’raj. Sudah jelas dan wajar ketika masa rasul peristiwa itu sesuatu yang mustahil dan dinilai mengada-ada meskipun pada waktu itu bisa dibuktikan.

Baca Juga :  Bila Tidak Ada Korma, Berbuka Puasa dengan Air Putih

Nabi Muhammad SAW kemudian menceritakan peristiwa Isra’ Mi’raj itu kepada penduduk Mekah bahwa Beliau telah melakukan perjalankan pada malam tadi ke Baitulmaqdis. Penduduk yang mendengar cerita Nabi Muhammad SAW awalnya tidak percaya karena dalam waktu yang sangat singkat. Orang-orang Quraisy kemudian bertanya tentang bagaimana Baitul Maqdis secara detail. Nabi Muhammad SAW menjelaskan secara detail termasuk tentang tiang-tiangnya. Lantas Abu Bakar juga bertanya dan Rosulullah menjelaskan tentang Baitul Maqdis yang dikunjunginya semalam.

“Ya Rosulullah, cobalah sebutkan kepadaku bagaimana Baitul Maqdis itu, aku sudah pernah pergi ke sana,” kata Abu Bakar, lantas Nabi Muhammad SAW menyebutkan bagian-bagian dari bangunan Baitul Maqdis.

Abu Bakar membenarkan, “Ya Rosulullah sungguh tidak berdusta. Aku bersaksi Muhammad utusan Allah,” kata Abu Bakar. Sejak itu Abu Bakar diberi gelar dengan AshShiddiq yang berarti amat membenarkan.

Penduduk Mekkah belum juga percaya sepenuhnya, mereka masih meminta bukti dari Rosulullah, seperti diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dari Ummu Hani binti Abu Thalib. Beliau, Rosulullah SAW berkata, ”Tadi malam aku melewati kafilah Bani Fulan di sebuah lembah.
Binatang yang kutunggangi mengejutkan mereka sehingga ada seekor di antara unta mereka melesat jatuh ketika itu aku sedang menuju Syam. Sampai di Dhajran dan aku melewati satu kafilah lagi dan aku minum ketika mereka sedang tidur nyenyak. Sekarang mereka berada di tikungan jalan Ta’nim. Yang paling depan unta coklat tua dan berponok dua, hitam dan ada yang belang-belang.”

Baca Juga :  Makanan Khas Imlek, Ternyata Penuh Makna

Perkataan Nabi Muhammad SAW ini lantas secara beramai-ramai penduduk pergi ke jalan tikungan Ta’nim dan ternyata kafilah itu baru tiba dengan unta yang disebutkan Nabi Muhammad SAW. Mereka bertanya tentang kejadian semalam, ternyata sama persis seperti apa yang diceritakan Nabi Muhammad SAW. Akhirnya, penduduk Mekkah percaya peristiwa Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW.

Peristiwa Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW sudah 1445 tahun (berdasarkan tahun Hijriah) dan kini peristiwa itu sangat mudah diterima akal pikiran manusia disebabkan ilmu antariksa sudah berkembang. Awalnya dari Teori Relativitas yang ditemukan Newtondan Einstein. Berdasarkan teori relativitas ini terbuka ilmu langit. Kini terus berkembang dengan explorasi dan penelitian tentang luar angkasa yang diawali dengan keberhasilan NASA mengirimkan Neil Amstrong ke bulan.

Teknologi ruang angkasa terus dikembangkan termasuk ditemukannya tahun 1967 Lubang Hitam di ruang angkasa yang dinilai sangat luar biasa, baru ketika memasuki abad abad ke-20 diketahui bahwa diameter Planet Bumi sekitar 12.700 Kilometer dan lebar tata surya diketahui sekitar 9 Milyar Kilometer akan tetapi Rasulullah Muhammad SAW dapat menempuhnya hanya dalam waktu satu malam.

Subhanallah. Allah SWT telah memperingatkan hal itu dalam Al Qur’an sehingga kini para ilmuwan banyak yang berpedoman pada Al Qur’an. Allah SWT berfirman dalam Al Qur”an Surat An-Najm ayat 13 – 18 yang artinya, “Dan sesungguhnya Nabi Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain yaitu di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratull Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak pula melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.”

Kembali kepada Teori Relativitas yang membahas mengenai Struktur Ruang dan Waktu serta mengenai Gravitasi. Einstein merumuskan teorinya dalam sebuah persamaan waktu benda yang bergerak, waktu benda yang diam, kecepatan benda dan kecepatan cahaya. Disimpulkan bahwa perbandingan nilai kecepatan suatu benda dengan kecepatan cahaya akan berpengaruh pada keadaan benda itu. Semakin dekat nilai kecepatan suatu benda dengan kecepatan cahaya maka semakin besar pula efek yang dialaminya.

Baca Juga :  Hari Ini Puncak Cheng Beng Di Medan Dan Delitua Deliserdang

Bila dilihat seluruh materi alam semesta adalah bergerak, berotasi dan berevolusi. Bulan berotasi dan berevolusi kepada Bumi, kemudian Bumi berotasi dan berevolusi kepada Matahari dan selanjutnya Matahari berotasi dan berevolusi dengan pusat Bimasakti atau Galaksi maka tepat dengan peristiwa Isra’ wal Mi’raj Nabi Muhammad SAW yakni pergerakan yang sangat dinamis. Kita lihat peristiwa Isr’a wal Mi’raj satu pergerakan yang sangat dinamis dengan menghitung jarak tempuh Isra’ yakni dari Mekkah ke Palestina yang berjarak sekitar 1.200 km yang kemudian dilanjutkan dengan Mi’raj yang dijelaskan dalam surat An-Najm ada transfer dimensi dari Jibril kepada Nabi Muhammad SAW yakni transfer dimensi cahaya dan dimensi suara menuju gelombang elektromagnetik maka dimensi waktu menjadi terlampuai.

Kemudian mengapa starting pointnya Masjidil Haram-Masjidil Aqsha, ternyata dua lokasi ini memiliki titik koordinat yang terpisah antara batas utara pergerakan tahunan Matahari dan dua lokasi sebagai kiblat pertama dan terakhir. Allah SWT maha besar maka pemahaman Isra’ Mi’raj dapat dijelaskan dalam ilmu yang dipahami manusia.

Masalah kecepatan dalam kasus Teori Relativitas satu hal yang bisa diterima akal manusia maka peristiwa Isra Miraj itu adalah benar meskipun pada masa rasul yakni abad ke-14 masih sulit diterima akan tetapi pada sekarang ini abad ke-21 sebuah teori yang dapat dibuktikan dengan detailnya. Teori Albert Einstein yang kini dipelajari sesungguhnya sudah dilakukan Nabi Muhammad SAW dengan Isra Mi’raj. Bila kendaraan Nabi Muhammad SAW itu Buraq, bisa jadi itu adalah kilat atau cahaya yang kecepatannya bisa dihitung dan ternyata Isra Mi’raj itu berlangsung selama delapan jam atau kurang dari satu malam. Adanya pembuktian Teori Relativitas secara langsung bisa membuktikan perjalanan Rasulullah ke langit ketujuh dan kembali lagi ke bumi.

***

Bagikan :
Scroll to Top