Jakarta | EGINDO.co – Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), diperkirakan 354 juta orang di seluruh dunia menderita hepatitis B atau C, dengan lebih dari satu juta orang meninggal karena hepatitis setiap tahunnya. Di Indonesia, diperkirakan sekitar 20 juta orang menderita hepatitis, dengan prevalensi tertinggi pada kasus hepatitis B. Jika kondisi ini terus terjadi, virus hepatitis dapat membunuh lebih banyak orang di dunia setiap tahunnya daripada gabungan malaria, tuberkulosis, dan HIV/AIDS pada tahun 2040.
Hepatitis sendiri merupakan kondisi ketika organ hati mengalami peradangan akibat virus. Terdapat lima jenis virus hepatitis, yaitu tipe A, B, C, D, E yang dibedakan berdasarkan cara penularan, tingkat keparahan, dan pengobatannya. Penyakit hepatitis kerap muncul tanpa menimbulkan gejala dan mungkin baru timbul saat pasien telah memasuki stadium lanjut. Alhasil, sebagian besar masyarakat hidup dengan hepatitis yang tidak terdiagnosis. Bahkan, ketika hepatitis berhasil didiagnosis, jumlah masyarakat yang melakukan pengobatan dan perawatan untuk bertahan hidup dari penyakit ini sangatlah kecil.
Sebagian besar kasus hepatitis tidak terdiagnosis karena gejalanya sering kali tidak terlihat hingga penyakit sudah mencapai tahap lanjut. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk menjalani skrining rutin, terutama mereka yang berada dalam kelompok risiko tinggi, seperti mereka yang memiliki riwayat transfusi darah atau penggunaan jarum suntik bersama.
Praktik preventif terbaik untuk mengurangi risiko hepatitis meliputi vaksinasi, terutama untuk hepatitis A dan B, menjaga kebersihan tangan, memastikan makanan dan minuman yang dikonsumsi dalam keadaan bersih dan matang, serta menghindari penggunaan jarum suntik secara bergantian. Gejala-gejala dari hepatitis yang perlu diwaspadai antara lain adalah feses berwarna pucat, nyeri perut, kelelahan, penyakit kuning, urin berwarna gelap, demam ringan, penurunan nafsu makan, dan nyeri pada sendi.@
Rel/fd/timEGINDO.co