Jakarta|EGINDO.co Penunjukan Purbaya Yudhi Sadewa sebagai Menteri Keuangan oleh Presiden Prabowo Subianto menimbulkan reaksi beragam di pasar modal. Pergantian posisi yang sebelumnya dipegang Sri Mulyani Indrawati ini sempat memicu tekanan pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menandai ujian perdana bagi Purbaya dalam menjaga stabilitas keuangan negara.
Pada perdagangan Selasa (9/9/2025), IHSG dibuka melemah 0,22% atau 16,89 poin ke level 7.749,95. Data RTI Business mencatat sebanyak 224 saham turun, 176 menguat, dan 223 stagnan. Kapitalisasi pasar tercatat Rp14.050,39 triliun. Saham perbankan besar seperti Bank Mandiri (BMRI) dan Bank Rakyat Indonesia (BBRI) ikut menekan indeks, sementara emiten rokok Gudang Garam (GGRM) dan HM Sampoerna (HMSP) juga merosot. Sebaliknya, saham-saham pertambangan emas, seperti Aneka Tambang (ANTM) dan Merdeka Copper Gold (MDKA) justru bergerak positif.
Menurut analis BRI Danareksa Sekuritas, pelemahan IHSG tidak terlepas dari net sell asing senilai Rp544 miliar serta meningkatnya kehati-hatian investor terhadap perubahan politik domestik. “Secara teknikal, IHSG berpotensi menguji level support di 7.571,” ungkap riset tersebut.
Purbaya sendiri menanggapi santai penurunan indeks. “Mungkin pasar belum tahu, saya orang pasar. Saya sudah berkecimpung sejak tahun 2000, lebih dari 15 tahun,” ujarnya di Kantor Kemenkeu. Ia menegaskan jajaran wakil menteri yang mendampinginya—Anggito Abimanyu, Suahasil Nazara, dan Thomas Djiwandono—memiliki kapasitas yang kuat dalam bidang fiskal maupun pasar.
Karier Purbaya terbilang panjang di sektor ekonomi dan pemerintahan. Ia pernah menjabat Direktur PT Danareksa, Staf Khusus Menko Perekonomian (2010–2014), hingga Deputi Kedaulatan Maritim dan Energi Kemenko Maritim dan Investasi. Terakhir, ia dipercaya sebagai Kepala Dewan Komisioner LPS sebelum akhirnya dilantik menjadi Menkeu.
Sejumlah pihak menilai pergantian Sri Mulyani meninggalkan kekosongan figur yang selama ini dianggap sebagai simbol disiplin fiskal Indonesia. Bloomberg melaporkan, investor asing melihat transisi ini sebagai momen krusial untuk menguji komitmen pemerintah menjaga defisit dan stabilitas rupiah. Sementara menurut CNBC Indonesia, keberhasilan Purbaya akan sangat ditentukan oleh kemampuannya meredam gejolak pasar sambil melanjutkan konsolidasi fiskal yang sudah dirintis pendahulunya.
Kini, sorotan pasar tertuju pada langkah awal Purbaya dalam menjaga kredibilitas kebijakan fiskal. Tantangan terbesarnya adalah meyakinkan investor bahwa keberlanjutan pengelolaan APBN dan stabilitas makro tetap terjaga di tengah pergantian kepemimpinan.
Sumber: Bisnis.com/Sn