Pariwisata Tapanuli Tengah, “Menjual Sejarah”

Syech Mahmuh di Papan Tinggi Barus
Syech Mahmuh di Papan Tinggi Barus

Catatan: Fadmin Malau

Pariwisata Kabupaten Tapanuli Tengah Provinsi Sumatera Utara kini baru wisata pulang kampung. Buktinya ketika Idul Fitri atau hari raya berlangsung, para perantau atau pemudik pulang ke kampungnya di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.

Para pemudik ini bukan saja pulang ke kampong halamannya akan tetapi juga menjadi para wisatawan di pulang kampungnya dengan mengunjungi objek-objek wisata yang ada di Kabupaten Tapanuli Tengah.

Semua daerah wisata dan objek wisata yang ada di Kabupaten Tapanuli Tengah dikunjungi para pemudik maka tiba-tiba saja daerah wisata di Kabupaten Tapanuli Tengah menjadi ramai, bergairah bukan seperti hari biasanya, sepi.

Para pemudik berwisata ziarah ke makam-makam tua di Barus menjadi aktivitas yang sangat populer ketika Idul Fitri atau ketika berlebaran. Objek wisata di Kabupaten Tapanuli Tengah tiba-tiba menjadi ramai seperti lokasi-lokasi 44 Aulia yang ada di Kecamatan Barus menjadi ramai satu diantaranya makam Syech Mahmud.

Objek wisata aulia 44 di Kecamatan Barus menjadi wisata pulang kampung yang dikunjungi banyak orang. Pada hal para wisatawan ziarah ke makam Syech Mahmud tidak sembarang orang bisa ikut dan harus mempunyai niat yang tulus, ikhlas. Bila tidak maka akan susah payah bahkan setengah mati baru bisa sampai ke makam Syech Mahmuh di Papan Tinggi Barus. Posisi makam berada di ketinggian bukit lebih kurang 200 meter dari permukaan laut (dpl) dengan menaiki 826 anak tangga menuju makam sangat terjal dan harus hati-hati.

Makam Mahligai di Barus

Disamping itu, membutuhkan kekuatan fisik yang prima. Namun, bukan jaminan orang tua, anak-anak tidak bisa naik dan bukan jaminan pula orang yang kuat fisiknya dengan mudah sampai ke lokasi makam. Semuanya itu tergantung dari niat para peziarah. Bila niatnya tulus dan ikhlas maka dengan mudah sampai ke lokasi makam menaiki anak tangga yang terjal.

Hal ini diakui umumnya para wisatawan ziarah, sebelum berkunjung pasang niat yang baik dan benar sehingga mudah sampai ke lokasi. Para wisatawan ziarah ini masing-masing mempunyai niat yang berbeda. Beraneka ragam tujuan dan biasanya ketika sampai di makam para wisatawan ziarah berdoa, meminta sesuatu kepada Tuhan Yang Maha Esa lewat Syech Mahmud yang dipercaya sebagai pembawa agama Islam pertama ke nusantara.

Hal ini terbukti dari bukti sejarah yang ada pada lokasi makam. Pada batu nisan makam ada menunjukkan tahun di batu nisan yakni tertulis dalam Bahasa Arab Persia dua huruf ‘ha’ dan ‘mim’ yang berarti 408 Hijriah dan membuktikan Islam pertama kali masuk ke Nusantara memang di Pantai Barat Sumatera tanpa menentukan di mana pastinya lokasi masuknya agama Islam.

Pada tahun 1978, sejumlah arkeolog dipimpin Prof. Dr. Hasan Muarif Ambary telah melakukan penelitian terhadap berbagai nisan makam yang ada di sekitar daerah Barus dan menyimpulkan agam Islam masuk melalui pantai Barat Sumatera di daerah Barus.

Dari hasil penelitian terhadap makam-makam tua di Barus seperti pada nisan Syekh Rukunuddin, arkeolog juga pengajar di Universitas Airlangga Surabaya dan guru besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dr. Hasan Muarif Ambary, meyakini Islam sudah masuk ke Barus sejak tahun pertama Hijriah.

Hal yang sama juga dilakukan sejarawan lokal Dada Meuraxa yang didukung sejumlah sejarawan lainnya yang dikukuhkan dalam seminar Masuknya Islam ke Indonesia pada 29-30 Maret 1983 di Medan menyimpulkan Barus merupakan daerah pertama masuknya Islam di Nusantara. Alasan dan pertimbangannya dengan temuan 44 batu nisan penyebar Islam di sekitar Barus bertuliskan aksara Arab dan Persia.

Makam Syech Mahmud yang berada pada ketinggian 200 meter di atas permukaan laut (dpl) ini menjadikan teka-teki tentang geogarfis pantai barat Sumatera, khususnya kota tua Barus. Apakah Barus yang ada sekarang ini dahulunya adalah laut? Karena posisi makam-makam tua hampir semuanya pada dataran tinggi dan yang paling tinggi adalah makam Syech Mahmud.

Belum ada data yang membuka teki-teki itu dan banyak tulisan di batu nisan makam-makam tua yang sampai kini tulisannya tidak bisa diterjemahkan. Hal itu karena tulisannya mempergunakan aksara Persia kuno yang bercampur dengan aksara Arab.

Seorang arkeolog dan ahli kaligrafi kuno Arab dari Prancis Prof. Dr. Ludwig Kuvi mengakui Syekh Mahmud berasal dari Hadramaut, Yaman, merupakan ulama besar. Sedangkan batu nisan menjadi pertanda makam itu banyak ditemukan di India.

Sementara itu sejarawan Belanda Dr. Ph. S. Van Roenkel menyatakan Syekh Mahmud merupakan penyebar Islam pertama sekira 1.000 tahun lalu berhasil mengajak masuk Islam Raja I etnis Batak, yakni Raja Guru Marsakkot. Namun, karena hal itu tidak disukai kalangan kerabat Raja Batak itu, ulama itu kemudian dibunuh, sehingga terjadi huru hara besar di daerah itu.

Bagi masyarakat Barus mempercayai bahwa Syech Mahmud berasal dari Hadramaut, Yaman, diperkirakan datang lebih awal dari Syech Rukunuddin, yakni pada 10 tahun pertama dakwah Rasulullah Muhammad SAW di Makkah dan diduga masih kerabat dan sahabat nabi membawa ajaran Islam Tauhid tanpa Syari’at makanya pada makam belum ada penanggalan.

Dari posisi makam-makam tua itu masyarakat Barus juga mempercayai bahwa duhulu Barus bukan seperti sekarang ini. Daratan Barus yang ada sekarang ini minimal adalah rawa-rawa yang dalam. Seiring dengan perubahan ekologis, laut atau rawa-rawa itu menjadi daratan.

Fakta yang ada memang banyak ditemukan batu karang di daratan Barus bila dilakukan penggalian beberapa meter dari permukaan tanah. Masyarakat Barus juga mempercayai bahwa Syech Mahmud merupakan penyebar Islam pertama, sedangkan 43 Aulia yang lainnya adalah para pengikut atau murid-muridnya yakni Syech Rukunuddin, Tuanku Batu Badan, komplek Bukit Hasang, Tuanku Ambar, Tuan Kepala Ujung, Tuan Sirampak, Tuan Tembang, Tuanku Kayu Manang, Tuanku Makhdum, Syech Zainal Abidin Ilyas, Syech Ahmad Khatib Siddiq, Imam Mua’azhamsyah, Imam Chatib Miktibai, Tuanku Pinago, Tuanku Sultan Ibrahim bin Tuanku Sultan Muhammadsyah Chaniago, dan Tuan Digaung yang kesemua makamnya berada di Barus dan sekitarnya.

***

 

Scroll to Top