Jakarta|EGINDO.co Pemerhati masalah transportasi dan hukum, Budiyanto, mengungkapkan bahwa taksi gelap kerap beroperasi pada momen-momen tertentu, terutama saat hari libur nasional. Mereka mencari penumpang dengan cara sembunyi-sembunyi atau melalui praktik percaloan dengan harga yang disepakati secara langsung. Dalam beberapa kasus, tiket yang dijual bahkan melebihi batas kewajaran.
Pemerintah menghadapi tantangan dalam menghentikan dan mengawasi operasional taksi gelap karena selain tidak memiliki izin, praktiknya dilakukan secara terselubung. Keberadaan taksi gelap baru dapat terungkap apabila kendaraan tersebut tertangkap tangan oleh petugas dalam operasi penertiban.
Keberlanjutan praktik taksi gelap terjadi karena adanya kebutuhan bersama antara penyedia layanan dan konsumen. Pemilik kendaraan menyediakan jasanya, sementara penumpang mendapatkan akses transportasi melalui mekanisme percaloan. Namun, karena beroperasi tanpa izin, taksi gelap tidak berada di bawah pengawasan resmi dan tidak terdeteksi oleh pemangku kepentingan di sektor transportasi.
Kurangnya pengawasan ini berpotensi merugikan konsumen, baik dalam hal penentuan tarif yang tidak terkendali maupun dari segi kelelahan pengemudi akibat jam kerja yang melebihi batas wajar. Salah satu contoh nyata adalah kecelakaan di Kilometer 57 Tol Cipali pada jalur contraflow, yang disebabkan oleh kelelahan pengemudi setelah melakukan perjalanan pulang-pergi hingga lima kali dalam sehari.
Aspek keselamatan seharusnya menjadi pertimbangan utama dalam memilih moda transportasi. Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk menggunakan kendaraan yang memiliki izin resmi dan terdaftar di Dinas Perhubungan. Selain itu, penumpang yang menjadi korban kecelakaan saat menggunakan taksi gelap tidak akan mendapatkan perlindungan dari Jasa Raharja.
Pilihlah angkutan umum yang berizin dan memiliki standar kelayakan kendaraan yang terjamin. Jangan hanya tergiur dengan harga murah hingga mengabaikan keselamatan. Beberapa kasus kecelakaan yang melibatkan taksi gelap harus menjadi pelajaran berharga agar kejadian serupa tidak terulang kembali. (Sadarudin)