Nina Akbar Tandjung: Ilmuan Agar Ungkap Peradapan Di Barus

nina
Nina Akbar Tandjung

Jakarta | EGINDO.co – Nina Akbar Tandjung dari Yayasan Warna Warni Indonesia memberikan sambutan pada Webinar Peringatan empat Tahun Peresmian Titik Nol Peradapan Islam Nusantara Sabtu 10 April 2021 yang menghadirkan tiga pembicara, membicarakan tentang peradapan Islam dengan rempah Barus.

Empat tahun lalu, 24 Maret 2017 Presiden Indonesia, Joko Widodo meresmikan Tugu Titik Nol atau Kilometer Nol Peradaban Islam Nusantara di Barus. Nina Akbar Tandjung mengatakan para ilmuan dari Barus agar dapat mengungkap peradapan Islam di Barus sebagai kejayaan masa lalu untuk itu Yayasan Warna Warni Indonesia dengan cerita rempah Barus melakukan Webinar perdana.

Menurutnya, Yayasan Warna Warni melakukan Webinar sebagai upaya untuk mengajak, memberikan porsi perhatian kepada Barus bagi para sejarawan untuk menggali Barus masa lampau sebagai bandar kosmopolitan pada abad ke-enam.

Baca Juga :  Mentan: Ekspor Olahan Singkong Ke Korsel Dan Kopi Ke Mesir

Dikatakan Nina, melalui webinar, Yayasan Warna Warni Indonesia dan Cerita Rempah Barus ingin mendudukkan Barus dengan riwayat sejarah, budaya dan geografisnya daam peradapan di Indonesia. Pihaknya ingin Barus kembali menunjukkan peran dan kontribusinya bagi Indonesia.

Menjadi pembicara pada Webinar Peringatan empat Tahun Peresmian Titik Nol Peradapan Islam Nusantara, Guru Besar Antropologi Kesehatan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta, Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, MA.

Kemudian Guru Besar Perkembangan dan Pemikiran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, Prof. Dr. H.M. Yunan Yusuf, MA dan Guru Besar Sejarah dan Peradaban Islam UIN Jakarta Prof. Drs. H. Amirul Hadi, MA, Ph.D serta moderator Produsen Podcast ceritarempahbarus, Hilman Handoni, SS, MHum.

Baca Juga :  Beijing Dan Shenzhen Longgarkan Banyak Pembatasan Covid-19

Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, MA dalam paparannya melihat dari aspek kajian antropologi agama dan kesehatan tentang kehidupan masyarakat di Barus pada masa lalu dan masa kini. Sedangkan  Prof. Dr. H.M. Yunan Yusuf, MA melihat Barus pada masa lalu dengan rempah-rempah yang ada di Barus dan satu rempah yang sangat luar biasa adalah kapur Barus. Hal yang hampir sama Prof. Drs. H. Amirul Hadi, MA, Ph.D melihat kehidupan masyarakat Barus masa lalu yang sangat kuat kekerabatannya dan sebagai pintu masuk bangsa bangsa ke nusantara.

Berbagai pertanyaan muncul dari peserta Webinar tentang peradaban di Barus yang dipandu moderator Hilman Handoni. Sementara itu pada kesempatan terpisah, Ketua Yayasan Badan Warisan Soematra (YBWS), Ir. Fadmin Malau kepada EGINDO.co mengatakan sangat mendukung para ilmuan melakukan kajian tentang Barus. Hal itu karena Barus merupakan warisan sejarah peradaban besar yang belum tergali ada di pulau Andalas atau Sumatera. Peradaban tua sebelum nusantara ada atau sebelum nusantara ada berbagai bangsa di dunia telah mengenal Fansur atau Barus disebabkan adanya rempah-rempah, terutama adanya Pohon Kapur Barus. Saat ini pihak YBWS sedang melakukan sejumlah penelitian, kajian bekerjasama dengan berbagai pihak untuk menemukan jejak perababan masa lalu mulai dari penyair sufi Hamzah Fansyuri, keberadaan kapur barus yang membuat berbagai bangsa datang ke Barus.@

Baca Juga :  Jumlah Kematian Global Covid-19 Melebihi 4 Juta

Rel/TimEGINDO.co

Bagikan :
Scroll to Top