Jakarta|EGINDO.co Nilai tukar rupiah kembali mencapai rekor terkuat hari ini di level Rp14.745 per dollar AS, menguat tajam 134,5 poin. Rekor penguatan rupiah sebelumnya, terjadi Kamis (2/2/2023), ketika rupiah berada di level 14.830 rupiah per dollar AS.
“Walapun sebelumnya pernah mengalami penguatan di 140 poin. Tapi penguatan hingga 134 poin sekarang ini, sudah luar biasa,” kata analis pasar uang Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi, Kamis (13/4/2023).
Sejumlah analis pasar mengatakan, rekor penguatan rupiah hari ini tidak lepas dari perkembangan ekonomi di AS. Utamanya penurunan inflasi dan ekspektasi The Fed tidak akan menaikkan suku bunga lagi, menyebabkan melemahnya indeks dollar.
“Kita lihat data inflasi di AS yang tadinya ekspektasinya 5,2 persen ternyata hanya lima persen. Ini mengindikasikan semakin membaikanya ekonomi di AS, meskipun sempat diterpa kebangkrutan tiga bank di sana,” ujar Ibrahim.
Semakin menurunnya inflasi di AS, juga menumbuhkan harapan pasar bahwa The Fed akan mengakhiri kebijakan suku bunga tinggi. Analis pasar uang Ariston Tjendra mengatakan, penurunan inflasi sesuai harapan The Fed meskipun masih jauh target yang sebesar dua persen.
“Sehingga ada ekspektasi The Fed tidak akan menaikkan suku bunganya lagi, setelah kenaikan suku bunga di bulan Mei nanti. Selain itu dalam risalahnya, The Fed juga menyebutkan bahwa AS hanya akan mengalami resesi ringan di tahun ini,” kata Ariston.
Selain faktor eksternal, Ibrahim dan Ariston juga mengatakan, kondisi perekonomian domestik yang cukup kuat menopang penguatan rupiah. Yaitu, laju inflasi Indonesia yang relatif rendah 4,97 persen di Maret 2023 dan konsumsi masyarakat semakin meningkat.
“Pertumbuhan ekonomi kita juga masih relatif tinggi di lima persen. Selain itu, masih kuatnya aliran masuk modal asing juga menjadi penopang penguatan nilai tukar rupiah,” kata Ariston.
Menurut Ariston, penguatan rupiah terhadap dollar diperkirakan akan berlangsung selama beberapa bulan ke depan. Tapi tetap bergantung pada perkembangan data ekonomi di AS.
“Kalau perekonomian AS kembali melemah, bisa saja posisi rupiah jadi berbalik. Namun, sejauh ini, Bank Indonesia, sudah menyiapkan antisipasi untuk menjaga stabilitas rupiah,” kata Ariston menutup pernyataannya.
Sumber: rri.co.id/Sn