Nilai Tukar Rupiah Berpotensi Menguat Setelah The Fed Pertahankan Suku Bunga

Seorang pegawai tempat penukaran Valutas asing menunjukkan uang rupiah dan uang dolar AS.
Seorang pegawai tempat penukaran Valutas asing menunjukkan uang rupiah dan uang dolar AS.

Jakarta|EGINDO.co Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan bergerak fluktuatif namun berpotensi ditutup menguat pada perdagangan hari ini, Kamis (30/1/2025). Penguatan ini terjadi setelah Bank Sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya, sebagaimana telah diperkirakan oleh para pelaku pasar.

Pada akhir perdagangan pekan lalu, Jumat (24/1), nilai tukar rupiah tercatat menguat sebesar 112 poin atau 0,69% ke level Rp16.171,5 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan mata uang tersebut terhadap sejumlah mata uang utama lainnya, tercatat mengalami kenaikan sebesar 0,3% pada perdagangan Rabu (29/1). Kenaikan ini membuat harga emas menjadi lebih mahal bagi investor asing. Selain itu, imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun juga meningkat, sehingga mengurangi daya tarik emas yang tidak memberikan imbal hasil.

Pedagang logam independen, Tai Wong, menyatakan bahwa keputusan The Fed kali ini lebih cenderung bersikap hawkish dibandingkan perkiraan sebelumnya. Akibatnya, beberapa aset mengalami tekanan, termasuk emas yang mengalami pelemahan tipis.

The Fed tetap mempertahankan suku bunga acuannya karena kondisi ekonomi AS masih menunjukkan ketahanan, dengan inflasi yang berada di atas target, pertumbuhan ekonomi yang stabil, dan tingkat pengangguran yang rendah. Keputusan ini menyusul tiga kali pemangkasan suku bunga yang dilakukan sepanjang tahun 2024, dengan total penurunan sebesar satu poin persentase penuh.

Baca Juga :  Saham Termahal Emiten Sinarmas, DSSA RUPSLB 22 Desember

Analis senior logam dari Zaner Metals, Peter Grant, menilai bahwa keputusan ini juga merupakan wujud dari independensi The Fed, mengingat tekanan politik dari Presiden AS, Donald Trump, yang menginginkan suku bunga lebih rendah. Namun, Grant memperkirakan bahwa kebijakan moneter masih akan mengikuti jalur yang sama, dengan kemungkinan pemangkasan suku bunga baru terjadi pada pertengahan tahun.

Setelah pernyataan The Fed dirilis, kontrak berjangka suku bunga menunjukkan bahwa investor kini memperkirakan pemangkasan suku bunga baru akan dilakukan pada Juni 2025. Ketua The Fed, Jerome Powell, menegaskan bahwa masih terlalu dini untuk memprediksi dampak kebijakan ekonomi Presiden Trump terhadap perekonomian AS. Powell juga menyatakan bahwa bank sentral akan terus memantau dan menganalisis data ekonomi sebelum menyesuaikan kebijakan moneternya.

Pengamat pasar valuta asing, Ibrahim Assuaibi, mengungkapkan bahwa kebijakan Presiden Trump menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah dalam waktu dekat. Trump telah mengisyaratkan rencana untuk memberlakukan tarif impor sebesar 10% terhadap barang dari China mulai 1 Februari, serta mempertimbangkan penerapan tarif terhadap Uni Eropa.

Baca Juga :  Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS Hari Ini

Selain itu, Trump juga berencana menerapkan sanksi baru terhadap Rusia jika tidak ada kesepakatan dalam penyelesaian konflik di Ukraina. Ia bahkan menyatakan kemungkinan pengenaan tarif serupa terhadap negara-negara lain.

“Presiden Trump juga berjanji akan mengenakan tarif terhadap Uni Eropa, menerapkan tarif sebesar 25% kepada Kanada dan Meksiko, serta mempertimbangkan bea masuk 10% terhadap China karena adanya dugaan pengiriman fentanil ke AS,” ujar Ibrahim dalam pernyataan tertulis pekan lalu.

Trump juga mengumumkan keadaan darurat energi nasional, yang memberikan kewenangan kepadanya untuk melonggarkan pembatasan lingkungan terhadap proyek infrastruktur dan energi, serta mempercepat proses perizinan proyek transmisi dan jaringan pipa baru. Namun, sejumlah analis tetap skeptis mengenai kemungkinan peningkatan signifikan dalam produksi minyak dalam waktu dekat.

Sementara itu, dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) tetap optimistis bahwa kinerja perekonomian Indonesia pada tahun 2025 akan mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Optimisme ini didukung oleh berbagai indikator makroekonomi yang menunjukkan tren positif, meskipun tantangan global masih terus berlangsung.

Baca Juga :  Hari Ini, Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS

BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2025 berada di kisaran 4,7% hingga 5,5%, dan diproyeksikan meningkat lebih lanjut pada tahun 2026 ke kisaran 4,8% hingga 5,6%. Selain itu, inflasi diperkirakan tetap berada dalam target BI, yaitu 2,5% ±1%, dengan stabilitas nilai tukar rupiah yang terus dijaga agar tetap sesuai dengan fundamental ekonomi.

Keputusan The Fed untuk mempertahankan suku bunga acuannya menunjukkan sikap kehati-hatian di tengah ketahanan ekonomi AS. Kebijakan ini memengaruhi berbagai aset, termasuk nilai tukar rupiah, yang diperkirakan tetap fluktuatif namun berpotensi menguat pada perdagangan hari ini.

Selain itu, kebijakan ekonomi Presiden Trump, termasuk rencana penerapan tarif impor dan sanksi terhadap beberapa negara, turut menjadi faktor yang memengaruhi sentimen pasar global. Di tengah ketidakpastian ekonomi global, Bank Indonesia tetap optimistis bahwa perekonomian nasional akan terus tumbuh dengan stabil, didukung oleh kebijakan yang menjaga inflasi dan nilai tukar rupiah.

Sumber: Bisnis.com/Sn

Bagikan :
Scroll to Top