Medan | EGINDO.co – Minyak nabati dari sawit banyak digunakan karena harganya murah, kemudian tersedia dalam jumlah banyak dan stabilitas terhadap oksidasi yang tinggi. Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati paling berkelanjutan karena mata rantai pasokan dapat tersertifikasi.
Hal ini dikatakan Direktur Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan Dr. Ir. H.M. Edwin Syahputra Lubis, M.AgrSc kepada EGINDO.co kemarin di Medan tentang keberadaan minyak nabati bagi masyarakat.
Dikatakannya, berdasarkan data dari Oil World (2013) menunjukkan konsumsi minyak sawit tahun 2012 adalah 52.1 juta ton. Kemudian kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati dengan produksi tertinggi per hektar sebesar 3.8 ton dibandingkan dengan 0.8 ton untuk biji rapa (Rapeseed) dan 0.7 ton untuk bunga matahari.
Dijelaskannya, kelapa sawit juga memiliki siklus hidup yang terbaik. Penilaian siklus hidup (LCA) merupakan metoda yang digunakan untuk mengevaluasi dampak lingkungan terkait berbagai tahapan dari sebuah produk, mulai dari pengumpulan bahan baku, tahap pengolahan, distribusi dan berakhir di produk akhir.
Tentang adanya isu, kampanye memboikot minyak nabati dari minyak kelapa sawit dengan alasan untuk menyelamatkan lingkungan kata Edwin Syahputra Lubis itu tidak bisa dibuktikan dan semua isu dapat terbantahkan. “Fakta dan realita memperlihatkan bahwa keberadaan minyak sawit tetap eksis karena memang memiliki keunggulan dari semua aspek seperti dari segi aspek populasi, keberlangsungan, kesehatan dan nilai ekonomi minyak nabati dari kelapa sawit,” katanya menegaskan.
Ditambahkannya, dari lima jenis minyak goreng atau komparasi dari lima minyak nabati meliputi minyak sawit, minyak rapeseed, minyak soya, minyak sunflower, minyak kelapa, ternyata yang menjadi pilihan masa depan berdasarkan nilai ekonomi dan berkelanjutan adalah minyak kelapa sawit.
Secara umum katanya minyak nabati yang kini banyak digunakan masyarakat Indonesia dan Malaysia adalah minyak nabati dari bahan minyak Kelapa Sawit. Kemudian masyarakat Eropa menggunakan minyak nabati Rapa atau Rapeseed Oil. Lantas, masyarakat Ukraina menggunakan minyak nabati dari minyak Bunga Matahari dan masyarakat India menggunakan minyak nabati dari minyak Kacang Tanah.
Edwin Syahputra mengatakan masyarakat Indonesia dan Malaysia cenderung menggunakan minyak nabati dari bahan minyak Kelapa Sawit. Alasannya karena minyak sawit merupakan salah satu jenis minyak yang sering digunakan dalam proses pengolahan pangan.
Sudah terbukti minyak nabati merupakan bagian penting dalam diet manusia maka dalam satu dekade terakhir konsumsi minyak nabati dari minyak sawit paling banyak digunakan pada industri karena nutrisi, karena rasa dan aroma produknya.@
Fd/TimEGINDO.co