Jakarta | EGINDO.co – Majelis Tao Dharma Indonesa (MDTI) merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-50 bersama Serayu Group menjaga iklim, air dan pangan pada Minggu, 23 Juni 2024 kemarin yang dihadiri sebanyak 520 umat dan pengurus MDTI seluruh Indonesia.
Dewan Pembina Majelis Tao Dharma Indonesa (MDTI), Hasan Tjoa Tju San yang juga Direktur Utama Serayu Group menekankan bahwa krisis iklim, air dan pangan, terutama di Indonesia harus segera diatasi untuk menjamin masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang. “Masyarakat harus menyadari bahwa krisis iklim, air dan pangan yang terjadi saat ini tidak bisa dihindari. karena itulah, kita harus mengubah perilaku terhadap lingkungan,” katanya.
Hasan dalam pidatonya pada perayaan Hari Ulang Tahun ke-50 MTDI di Jakarta Barat itu digelar untuk merekatkan tali silaturahmi di kalangan umat Taoisme yang ada di Indonesia. Katanya MDTI ingin membantu pemerintah dalam mengatasi krisis pangan sekaligus membangun ekonomi rakyat pada bidang penanaman pohon untuk mewujudkan kesejahteraan pangan pangan menuju Indonesia emas 2045.
Karena itu katanya, MDTI segera melakukan langkah serius dalam penyelamatan lingkungan salah satu strateginya adalah melakukan tanam pohon dengan menerapkan sistem tumpang sari, untuk meningkatkan hasil panen dan penggunaan lahan serta sumber daya yang lebih efisien. Selain untuk menjaga iklim, penanaman pohon dengan metode tumpang sari adalah investasi yang sangat menjanjikan untuk masa depan kita menghadapi industri 4.0 menuju 5.0.
Hasan mengatakan tumpang sari adalah metode dimana dua atau lebih jenis tanaman ditanam secara bersamaan atau hampir bersamaan pada area pertanian yang sama. Tumpang sari memiliki keunggulan yang signifikan dibandingkan dengan pertanian monokultur. Dalam metode tersebut tanaman ditanam secara bergantian dalam barisan-barisan lurus untuk menciptakan pola tanam yang teratur dengan tujuan untuk meningkatkan hasil panen dan penggunaan lahan serta sumber daya yang lebih efisien.
Untuk itu katanya dalam waktu dekat, MTDI akan melakukan penanaman pohon dengan metode tumpang sari di Provinsi Bangka Belitung. MTDI merencanakan royek percontohan di Provinsi Bangka Belitung, dengan melalukan penanaman pohon yang mencakup lahan seluas 2 hingga 10 hektar.
Hasan mendorong semua orang untuk berinvestasi dalam inisiatif dengan menyoroti potensi manfaatnya dimana bertujuan untuk memerangi kelangkaan pangan dan air sambil menyediakan peluang ekonomi bagi masyarakat setempat. Hasan juga mempromosikan penanaman pohon metode tumpang sari sebagai investasi yang menjanjikan dengan keuntungan signifikan sebesar Rp 1 Miliar hingga Rp 3 Miliar per hektar selama tujuh tahun. Selain itu, pohon membantu mengelola iklim, mencegah banjir, dan menyimpan air, dengan satu pohon menampung hingga 40 liter air per hari.
Hasan menambahkan, berinvestasi dengan penanaman pohon tidak hanya meningkatkan manfaat ekonomi, tapi juga dapat memperbaiki ekosistem karena mengurangi penambangan liar di Provinsi Bangka Belitung. Hal ini sesuai dengan tekad MTDI untuk memperbaiki lingkungan untuk kesejahteraan masyarakat setempat. MTDI akan memberikan pohon kepada rakyat, teknik untuk penanaman, supaya kesejahteraan di sana tidak lagi melakukan ilegal tambang tapi dari penanaman ini sudah mencukupi, malahan lebih bagus,” katanya menjelaskan.
Ditambah Hasan, MTDI telah terdaftar dalam data administrasi Kementerian Agama Republik Indonesia melalui Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha. Sebagai organisasi keagamaan resmi, MTDI juga telah mendapatkan pengesahan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.@
Bs/fd/timEGINDO.co