Mobil Listrik Juga Berdampak Lingkungan, Belum Waktunya

Stasiun pengisian baterai kendaraan listrik di jalan tol menghubungkan Tiongkok, Beijing-Shanghai
Stasiun pengisian baterai kendaraan listrik di jalan tol menghubungkan Tiongkok, Beijing-Shanghai

Medan | EGINDO.co – Penggunaan mobil listrik sesungguhnya juga berdampak, berpotensi menimbulkan kerusakan lingkungan karena mobil listrik menggunakan baterai dan untuk mengisi baterai dengan listrik maka bila masih menggunakan listrik tetap berpotensi melakukan kerusakan lingkungan. Hal itu dikatakan Ketua Majelis Lingkungan Hidup (MLH) Pimpinan Muhammadiyah kota Medan, Hadriman Khair, SP, MSc menjawab pertanyaan EGINDO.co pada Rabu (28/2/2024) sehubungan dengan dipermudahnya mobil listrik masuk ke Indonesia.

Hadriman Khair tidak mempermasalahkan pemerintah mempermudah masuknya mobil listrik ke Indonesia dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan fasilitas insentif fiskal untuk impor mobil listrik, selain pembebasan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM), juga bebaskan bea masuk.

Menurutnya sah-sah saja memberikan fasilitas insentif fiscal untuk impor mobil listrik akan tetapi bila dikaitkan dengan mobil listrik ramah lingkungan satu hal yang kurang tepat, mobil listrik dan mobil yang menggunakan bahan bakar minyak sama-sama berpotensi merusak lingkungan, hanya caranya saja yang berbeda.

Hadriman Khair, SP, MSc

Dijelaskannya di Indonesia untuk menghasilkan listrik dengan menggunakan batubara dan diesel. Kini ada sebanyak 52 PLTU di Indonesia menggunakan bahan bakar batubara yang berdampak pada lingkungan. “Kini penggunaan PLTU batubara sebagai sumber energi utama di Indonesia menimbulkan perdebatan global karena dampak lingkungan dan kesehatan yang signifikan,” kata Ketua MLH Pimpinan Muhammadiyah kota Medan, Provinsi Sumatera Utara (Sumut) yang juga dosen Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Medan.

Baca Juga :  APKI: 2024 Momentum Pertumbuhan Kinerja Industri Kertas

Meskipun demikian katanya, keandalan, kapasitas pembangkitan yang tinggi dan teknologi yang berkembang membuat PLTU di Indonesia tetap menjadi pilihan yang andal untuk memenuhi kebutuhan listrik yang besar dan konstan. Untuk itu bila mobil listrik memakai baterai dan untuk pengisian baterai dengan menggunakan listrik yang ada maka dinilai tetap tidak ramah lingkungan. “Boleh jadi di jalanan atau di perkotaan bisa mengurasi emisi atau polusi akan tetap di daerah pembangkit listrik tetap menimbulkan polusi sehingga hanya memindahkan lokasi produksi polusi,” katanya.

Menurut Hadriman Khair yang perlu dilakukan pemerintah Indonesia untuk mengurangi polusi dengan bersungguh-sungguh, fokus menggali potensi pengembangan energi terbarukan di Indonesia dan tidak boleh diabaikan. Dengan pendekatan yang berimbang, penggunaan sumber daya energi terbarukan dapat meningkat, membantu mengurangi emisi gas rumah kaca, dan mendorong pembangunan berkelanjutan di masa depan. “Tantangan yang ada harus dijawab dimana kalau polusi tergantung bahan yang memproduksi listrik. Berhasilkan Indonesia mencanangkan 2050 tidak menggunakan batubara, ini pertanyaannya,” katanya menegaskan.

Baca Juga :  Rusli Tan: Satgas Barang Impor Iillegal Inspeksi ke Pelabuhan, Bukan ke Toko

Sementara itu pengamat sosial, ekonomi kemasyarakatan Dr. Rusli Tan, SH, MM kepada EGINDO.co pada Selasa (27/2/2024) di Jakarta menanggapi tentang mobil listrik di Indonesia dengan tegas mengatakan sebenarnya belum waktunya masyarakat Indonesia memakai mobil listrik karena di China sendiri sedang mau membangun yang baru tentang mobil listrik karena baterai mobil listrik yang sekarang sangat mahal disebabkan memakai litium, aluminium, nikel sehingga menjadi mahal.

Dr. Rusli Tan, SH, MM

“Itulah masalahnya dan Jepang sedang mengembangkan baterai listrik itu dari garam dan bisa lebih murah dan jarak tempuhnya lebih jauh dan lebih ramah lingkungan,” kata Rusli Tan.

Dinilainya, pemerintah terlalu cepat mendorong supaya masyarakat untuk menggunakan mobil listrik pada hal China sedang mengembangkan teknologi baru. Harusnya menanti dulu lima tahun kedepan melihat perkembangannya apakah mobil listrik akan lebih murah dikarenakan baterainya sangat murah. “Hal yang penting lagi akan lebih ramah lingkungan dan baterai yang sekarang tidak ramah lingkungan karena pakai nikel, litium. Jadi harus hati-hati seperti baterai handphone, HP sebenarnya tidak boleh sembarang buang, harus ada tempat khusus tidak kena air sehingga tidak mencemari lingkungan,” katanya menegaskan.

Baca Juga :  Rusli Tan: Harus PJJ 100 Persen, Covid-19 Sudah Mengganas

Menurut Rusli Tan, masalah lingkungan harus menjadi perhatian serius. Memang mobil listriknya ramah lingkungan, tapi baterainya ketika sudah lima tahun dan dibuang dan itu tidak ramah lingkungan dan berbahaya.

Disamping itu sarananya belum lengkap seperti tempat menchas baterainya bagaimana di Indonesia dimana menchasnya dan waktunya juga lama. Terbukti tempo hari di China waktu imlek semua orang masalah waktu mudik ketika menchas baterai yang waktunya lama sehingga terjadi kemacetan luar biasa di tol. “Perlu pertimbanganlah, sabar saja dulu kalau masalah mobil listrik harus hati-hati dipelajari secara seksama plus minusnya oleh masyarakat dan juga pemerintah,” kata Rusli Tan menegaskan.@

Fd/timEGINDO.co

 

Bagikan :
Scroll to Top