Minyak Naik Tipis Akibat Konflik Timur Tengah, Tapi Dibatasi Prospek Pasokan

Harga Minyak Naik
Harga Minyak Naik

New York | EGINDO.co – Harga minyak naik tipis pada jam-jam awal perdagangan Asia pada hari Jumat, mempertahankan kenaikan mingguan yang kuat, karena investor mempertimbangkan konflik Timur Tengah dan potensi gangguan dalam aliran minyak mentah terhadap pasar global yang dipasok secara melimpah.

Minyak mentah Brent berjangka naik 9 sen, atau 0,12 persen, menjadi $77,71 per barel pada pukul 0010 GMT. Minyak mentah West Texas Intermediate AS naik 8 sen, atau 0,11 persen, menjadi $73,79 per barel.

Kedua patokan tersebut berada di jalur untuk kenaikan mingguan sekitar 8 persen.

Presiden Joe Biden mengatakan pada hari Kamis bahwa AS sedang membahas serangan terhadap fasilitas minyak Iran sebagai balasan atas serangan rudal Teheran terhadap Israel. Komentar tersebut berkontribusi pada kenaikan harga minyak sebesar 5 persen.

Baca Juga :  Filipina : Beijing Blokir,Gunakan Meriam Air Di Atas Kapal

Pasar telah mulai memperhitungkan kemungkinan gangguan pasokan di Timur Tengah, yang mencakup sekitar sepertiga dari pasokan global, kata analis ANZ Daniel Hynes.

“Langkah ini diperburuk oleh investor yang pesimis yang membatalkan taruhan mereka pada harga yang lebih rendah. Langkah ini dapat diperpanjang jika investor mulai membangun posisi bullish dalam minyak,” kata Hynes.

Namun, kekhawatiran pasokan telah diredakan oleh kapasitas produksi cadangan OPEC dan fakta bahwa pasokan minyak mentah global belum terganggu oleh kerusuhan Timur Tengah.

Pemerintah yang berbasis di timur Libya dan National Oil Corp yang berbasis di Tripoli mengumumkan pada hari Kamis pembukaan kembali semua ladang minyak dan terminal ekspor setelah perselisihan tentang kepemimpinan bank sentral diselesaikan, mengakhiri krisis yang telah sangat mengurangi produksi minyak.

Baca Juga :  842 Kasus Baru Covid-19 Di Singapura, 438 Infeksi Omicron

Iran dan Libya sama-sama anggota OPEC. Iran, yang beroperasi di bawah sanksi AS, memproduksi sekitar 4,0 juta barel bahan bakar per hari pada tahun 2023, sementara Libya memproduksi sekitar 1,3 juta barel per hari tahun lalu, menurut data dari Badan Informasi Energi AS.

Sumber : CNA/SL

Bagikan :
Scroll to Top