Tokyo | EGINDO.co – Harga minyak naik pada hari Kamis, melanjutkan reli hari sebelumnya, didorong oleh optimisme atas permintaan bahan bakar AS menyusul penurunan tak terduga dalam persediaan minyak mentah dan bensin, sementara laporan bahwa OPEC+ mungkin menunda peningkatan produksi yang direncanakan memberikan dukungan.
Minyak mentah Brent berjangka naik 35 sen, atau 0,5 persen, menjadi $72,90 per barel pada pukul 00.29 GMT. Minyak mentah West Texas Intermediate AS naik 32 sen, atau 0,5 persen, menjadi $68,93 per barel.
Kedua kontrak naik lebih dari 2 persen pada hari Rabu, setelah turun lebih dari 6 persen di awal minggu karena berkurangnya risiko perang Timur Tengah yang lebih luas.
Stok bensin AS turun tak terduga dalam minggu yang berakhir 25 Oktober ke level terendah dua tahun karena permintaan yang menguat, kata Badan Informasi Energi, sementara persediaan minyak mentah juga mencatat penurunan yang mengejutkan karena impor menurun.
Sembilan analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan peningkatan persediaan bensin dan minyak mentah.
“Penurunan mengejutkan dalam persediaan bensin AS memberikan peluang pembelian karena permintaan tampak lebih kuat dari yang diantisipasi,” kata Toshitaka Tazawa, seorang analis di Fujitomi Securities.
“Ekspektasi potensi penundaan peningkatan produksi OPEC+ juga mendukung… Jika mereka menunda, WTI dapat pulih ke level $70,” katanya.
Reuters melaporkan OPEC+, yang merupakan kelompok Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu seperti Rusia, dapat menunda peningkatan produksi minyak yang direncanakan pada bulan Desember selama sebulan atau lebih karena kekhawatiran atas permintaan minyak yang lemah dan meningkatnya pasokan.
Kelompok tersebut dijadwalkan untuk meningkatkan produksi sebesar 180.000 barel per hari (bpd) pada bulan Desember. Kelompok tersebut telah menunda peningkatan dari bulan Oktober karena harga yang turun.
Keputusan untuk menunda peningkatan tersebut dapat diambil paling cepat minggu depan, dua sumber OPEC+ mengatakan kepada Reuters.
OPEC+ dijadwalkan bertemu pada tanggal 1 Desember untuk memutuskan langkah kebijakan selanjutnya.
Di Timur Tengah, Perdana Menteri Lebanon menyatakan harapannya pada hari Rabu bahwa kesepakatan gencatan senjata dengan Israel akan diumumkan dalam beberapa hari karena lembaga penyiaran publik Israel menerbitkan apa yang disebutnya sebagai rancangan perjanjian yang menyediakan gencatan senjata awal selama 60 hari.
Dorongan untuk gencatan senjata bagi Lebanon terjadi bersamaan dengan upaya diplomatik serupa untuk mengakhiri permusuhan di Gaza.
Sumber : CNA/SL