New York | EGINDO.co – Minyak naik tetapi menuju penurunan minggu kedua pada hari Jumat, karena dolar menguat sebelum pidato Ketua Federal Reserve Jerome Powell sementara kekhawatiran mengenai ketatnya pasokan mereda.
Minyak mentah Brent naik 30 sen, atau 0,4 persen, menjadi $83,66 per barel pada 0434 GMT, sementara minyak mentah West Texas Intermediate AS naik 31 sen, juga 0,4 persen, menjadi $79,36 per barel.
Harga minyak mentah diperkirakan turun antara 1,5%-2,5% pada minggu ini, penurunan minggu kedua berturut-turut.
“Tidak diragukan lagi, prospek kebijakan The Fed akan menjadi kekuatan pendorong utama bagi pasar di masa depan,” kata Yeap Jun Rong, analis pasar di IG.
“Dengan adanya pembaruan terbaru pada data inflasi dan pasar tenaga kerja AS setelah pertemuan FOMC sebelumnya, fokusnya akan tertuju pada faktor-faktor apa yang akan menjadi perhatian Ketua Fed,” katanya.
Kehati-hatian investor menjelang pernyataan Powell di Simposium Jackson Hole mengangkat safe-haven dolar ke level tertinggi dalam 10 minggu, kenaikan terbesar dalam sebulan, karena pasar menunggu kabar mengenai berapa lama suku bunga akan tetap tinggi.
Dolar yang kuat membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga mengurangi permintaan.
Di sisi pasokan, pembicaraan antara Turki dan pemerintah daerah semi-otonom Kurdistan Irak mengenai ekspor minyak mentah Irak utara masih berlangsung setelah para pejabat gagal mencapai kesepakatan untuk memulai kembali ekspor minyak awal pekan ini.
Turki menghentikan aliran minyak Irak melalui pelabuhan Ceyhan pada 25 Maret setelah kalah dalam kasus arbitrase lama yang diajukan oleh Irak.
Pasar memantau dengan cermat aliran minyak Iran karena produksi minyak mentah negara itu akan mencapai 3,4 juta barel per hari pada akhir September, kata menteri perminyakan Iran seperti dikutip oleh media pemerintah, meskipun sanksi AS masih berlaku.
Yang semakin membebani sentimen pasar, para pejabat AS sedang menyusun proposal yang akan meringankan sanksi terhadap sektor minyak Venezuela, sehingga memungkinkan lebih banyak perusahaan dan negara untuk mengimpor minyak mentahnya.
“Dukungan terhadap harga minyak dari pengurangan produksi sebelumnya telah surut. Pasar menantikan Arab Saudi untuk terus memperluas pengurangan produksi secara sukarela,” kata analis dari Haitong Futures.
Para analis memperkirakan bahwa negara eksportir minyak terbesar ini kemungkinan akan memperpanjang pemotongan minyak sukarela sebesar 1 juta barel per hari selama tiga bulan berturut-turut hingga bulan Oktober, di tengah ketidakpastian pasokan dan target kerajaan untuk mengurangi persediaan global lebih lanjut.
Sumber : CNA/SL