Oleh: Dr. Wilmar Eliaser Simandjorang, Dipl._Ec., M.Si
DANAU TOBA salah satu ikon kebanggaan Indonesia, semakin mendapat perhatian dunia setelah resmi ditetapkan sebagai bagian dari jaringan Unesco Global Geopark (UGGp). Penetapan ini bukan sekadar pengakuan internasional atas keunikan geologi dan budaya kawasan tersebut, tetapi juga menjadi “green card” yang menjanjikan berbagai peluang pembangunan berkelanjutan bagi masyarakat lokal.
Namun, harapan itu juga menyimpan tantangan yang nyata. Bagaimana masyarakat di sekitar Danau Toba menyikapi status geopark ini? Apakah manfaatnya sudah benar-benar dirasakan? Artikel ini mengulas realita dan harapan yang muncul dari status geopark tersebut, sekaligus menggambarkan perjalanan komunitas lokal dalam menata masa depan.
Status Unesco Global Geopark: Lebih dari Sekadar Penghargaan
Unesco Global Geopark adalah pengakuan terhadap kawasan yang memiliki warisan geologi luar biasa dengan nilai edukasi, konservasi, dan pengembangan pariwisata berkelanjutan. Dengan status ini, Danau Toba mendapat perhatian lebih untuk pelestarian alam dan budaya sekaligus mendorong pengembangan ekonomi lokal berbasis ekowisata.
“Pengakuan ini bukan hanya kehormatan, tapi juga amanah besar. Banyak masyarkat Kawasan Danau Toba berharap status geopark dapat menjadi katalis pembangunan yang inklusif bagi masyarakat,”
Harapan Masyarakat: Peningkatan Ekonomi dan Pelestarian Budaya
Mayoritas warga di sekitar Danau Toba memandang status geopark sebagai peluang untuk meningkatkan perekonomian melalui sektor pariwisata. Banyak masyarakat berharap dengan geopark, banyak wisatawan datang dan membuka lapangan kerja baru,” khususnya pemilik usaha homestay di Geosite-geosite Geopark Toba.
Selain aspek ekonomi, pelestarian geologi/ekologi/budaya lokal juga menjadi harapan utama. Masyarakat ingin tradisi Batak dan kearifan lokal tetap lestari, tidak tergerus arus modernisasi yang sering kali membawa perubahan negatif.
Realita di Lapangan: Tantangan Infrastruktur dan Sosial
Namun, perjalanan menuju manfaat nyata belum sepenuhnya mulus. Infrastruktur pendukung pariwisata di beberapa desa masih terbatas, akses jalan belum memadai, dan fasilitas kesehatan serta pendidikan memerlukan peningkatan signifikan.
“Status geopark ini membuka peluang, tapi tanpa dukungan pemerintah dan pelibatan masyarakat secara aktif, potensi itu sulit diwujudkan,” sesuai pengamatan Pusat Studi Geopark Indonesia yang melakukan penelitian di kawasan Geopark Toba.
Selain itu, ada kekhawatiran para tokoh adat dan tokoh agama soal perubahan sosial budaya akibat peningkatan kunjungan wisatawan, seperti meningkatnya konsumsi budaya asing dan risiko komersialisasi berlebihan.
Menuju Masa Depan Berkelanjutan
Untuk menjawab tantangan tersebut, kolaborasi berbagai pihak mutlak diperlukan. Mulai dari Tingkat pemerintah Pusat dan Pemerintah daerah, komunitas lokal, akademisi, serta pelaku usaha harus bersinergi membangun infrastruktur, memberikan pelatihan berbasis geopark bagi masyarakat, dan mengelola sumber daya alam secara bertanggung jawab dan berkelanjutan.
Program-program pemberdayaan masyarakat dan edukasi pelestarian geologi, ekologi dan budaya menjadi kunci agar status geopark benar-benar menjadi “green card” yang membuka akses bagi masyarakat untuk kehidupan yang lebih baik dengan mencintai warisan geologi, ekologi dan budaya hasil letusan Gunung Toba yang punya nilai starategis internasional menjadi kebanggan seluru masyarakat lokal untuk tetap dipelihara dan dilestarikan.
Kesimpulan
Status Unesco Global Geopark Danau Toba masih membawa harapan besar bagi masyarakat lokal untuk menata masa depan yang lebih sejahtera dan berkelanjutan. Namun, harapan tersebut harus perlu diimbangi dengan upaya nyata dari Pemerintah Provinsi dan 7 Kabupaten se Kawasan Danau Toba dituntut punya aksi nyata mengatasi berbagai tantangan di lapangan. Dengan sinergi yang tepat, geopark bukan hanya menjadi simbol kebanggaan, tetapi juga motor penggerak pertumbuhan ekonomi baik bagi warga Kawasan Danau Toba maupun Tingkat Provinsi dan nasional.@
***
Penulis adalah penggiat Lingkungan/Ketua Pusat Studi Geopark Indonesia (PS-GI)