Jakarta | EGINDO.com  – Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan, pandemi Covid-19 membuat sebagian aktivitas ekonomi harus terhenti hingga perekonomian Indonesia tahun 2020 mengalami kontraksi 2,1 persen.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, realiasi tersebut jauh lebih rendah dari sebelum pandemi yang ditargetkan mencapai pertumbuhan positif 5,3 persen.
“Hal ini berarti bahwa secara nominal perekonomian Indonesia kehilangan kesempatan untuk menciptakan nilai tambah atau mengalami ‘kerugian’ dalam tanda kutip kurang lebih sebesar Rp 1.356 triliun,” ujarnya dalam Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Kamis (20/5/2021).
Menurut Sri Mulyani, dampak pemburukan ekonomi akan jauh lebih besar apabila pemerintah tidak melakukan langkah-langkah countercyclical melalui kebijakan yang juga bersifat luar biasa.
“APBN 2020 telah bekerja luar biasa sangat keras di dalam rangka melindungi keselamatan jiwa rakyat Indonesia dan melindungi perekonomian Indonesia dari hantaman dahsyat akibat Covid-19,” katanya.
Defisitpun semakin lebar akibat belanja negara meningkat 12,3 persen mencapai Rp 2.593,5 triliun, tapi pendapatan negara justru mengalami penurunan minus 16 persen.
“Pendapatan negara menurun karena aktivitas dunia usaha yang terpukul sangat dalam di satu sisi. Di sisi lain, pemerintah memberikan berbagai insentif perpajakan untuk menolong dunia usaha agar mampu bertahan dan bahkan diharapkan dapat bangkit kembali,” pungkas Sri Mulyani.
Sumber: Tribunnews.com/Sn