Jakarta | EGINDO.co – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menekankan pentingnya ketahanan kesehatan nasional saat meresmikan fasilitas produksi vaksin Biotis Pharmaceuticals Indonesia di Kabupaten Bogor pada Rabu lalu. Belajar dari pengalaman peneliti Universitas Airlangga (Unair) yang berhasil menciptakan vaksin Merah Putih, Menkes Budi menyatakan bahwa dibutuhkan berbagai jenis vaksin untuk mendukung ketahanan kesehatan nasional.
Dalam siaran pers Kemenkes yang dilansir EGINDO.co pada Kamis (12/9/2024) Menkes Budi menegaskan, perubahan iklim yang terjadi saat ini memungkinkan terjadinya perubahan pola transmisi patogen, seperti jamur, bakteri, dan virus, dari hewan ke manusia. Karena itu, diperlukan penelitian dan pengembangan vaksin untuk mengantisipasi pandemi yang disebabkan oleh transmisi patogen. “Biotis dikaruniai kemampuan untuk memahami mengenai patogen-patogen yang ada di hewan. Itu adalah competitive advantages, jadi sudah tahu patogen apa yang ada di hewan. Sehingga, nanti kalau patogennya loncat ke manusia, bikin vaksin seharusnya bisa lebih bagus,” kata Menkes saat peresmian.
Dikatakannya berbagai program penelitian dan pengembangan berbagai jenis vaksin sangat penting untuk mendukung ketahanan kesehatan. Untuk itu, pemerintah melalui berbagai program terus mendorong agar penelitian terkait vaksin senantiasa mengikuti perkembangan teknologi terkini. Mengenai perkembangan penelitian di bidang kesehatan, Menkes Budi mencontohkan perkembangan pengobatan kanker, mulai dari terapi onkologi, kemoterapi, radioterapi, hingga imunoterapi. Menurutnya, metode imunoterapi yang digunakan dalam pengobatan kanker merupakan salah satu hal yang patut diteliti oleh para peneliti dan industri vaksin untuk mengembangkan vaksin kanker di masa depan.
Katanya untuk mewujudkan Indonesia yang lebih sehat dan mandiri, dibutuhkan kemandirian dalam produksi vaksin. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah menetapkan kebijakan untuk meningkatkan kemandirian industri farmasi di Indonesia sebagai bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Kebijakan ini meliputi pemberian insentif dan regulasi yang mendukung produksi obat-obatan dan vaksin dalam negeri.
Sementara itu, Direktur Utama PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia FX Sudirman menyampaikan, fasilitas produksi vaksin yang diresmikan merupakan wujud komitmen PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia dalam mendukung transformasi kesehatan nasional.
Dijelaskan FX Sudirman, PT Biotis bekerja sama dengan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Jawa Timur, untuk meneliti dan memproduksi vaksin-vaksin yang dibutuhkan masyarakat. Vaksin Merah Putih atau INAVAC, hasil kerja sama antara Biotis dan Unair, telah berhasil menginspirasi dan mendorong produksi vaksin dalam negeri. Selain itu, dalam kolaborasi lain dengan Unair, Biotis juga sedang mengembangkan vaksin rotavirus multi-strain untuk mencegah diare akut pada anak-anak, yang disebabkan oleh infeksi rotavirus. Program imunisasi rutin di Indonesia mencakup 14 jenis antigen, diantaranya adalah BCG, Hepatitis B, Difteri ,Tetanus, Pertussis, Hib, OPV, IPV, JE, Measles, Rubella, Rotavirus, PCV dan HPV. Dari 14 antigen imunisasi rutin, 4 antigen yang belum dapat diproduksi di dalam negeri adalah: Measles, Rubella, Rotavirus, dan JE.@
Rel/fd/timEGINDO.co