Jakarta|EGINDO.co Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat signifikan pada awal perdagangan hari ini, Jumat (2/5/2025), di posisi 6.811. Sepanjang sesi pertama, IHSG masih bertahan di zona hijau.
Sebelumnya, menjelang penutupan bulan April dan sebelum libur Hari Buruh, IHSG tercatat menguat sebesar 0,26 persen. Penguatan tersebut turut didorong oleh aksi beli bersih (net buy) investor asing yang mencapai Rp239 miliar.
Menurut Kepala Riset Ritel BNI Sekuritas, Fanny Suherman, saham-saham yang paling banyak dibeli oleh investor asing antara lain BBCA, TLKM, ANTM, ASII, dan TPIA. Namun, Fanny juga mengingatkan bahwa IHSG berpotensi mengalami koreksi pada hari ini, mengingat indeks gagal menembus batas resistensi kuat di level 6.800 pada perdagangan sebelumnya.
“IHSG diperkirakan bergerak di kisaran support 6.680 hingga 6.730, sementara level resistensinya berada di rentang 6.800 sampai 6.830,” ujarnya.
Dari sisi global, bursa saham Amerika Serikat ditutup menguat pada Kamis waktu setempat. Sementara itu, mayoritas bursa saham di kawasan Asia tidak beroperasi karena libur Hari Buruh Internasional.
Sementara itu, tim analis dari Mirae Asset Sekuritas Indonesia mencatat bahwa kinerja IHSG sepanjang April 2025 menunjukkan hasil yang sangat positif. Secara bulanan, indeks berhasil mencatatkan kenaikan sebesar 3,9 persen.
“Kinerja tersebut menjadikan IHSG sebagai salah satu indeks saham dengan performa terbaik di dunia pada bulan April,” ujar Kepala Ekonom Mirae Asset Sekuritas, Rully Arya Wisnubroto.
Rully menambahkan, penguatan IHSG selama Maret dan April ditopang oleh kenaikan tajam pada saham-saham unggulan seperti BBRI, BMRI, dan DCII. Ketiga saham tersebut masing-masing naik sebesar 21,2 persen, 17 persen, dan 42 persen.
“Meski pemulihannya cukup signifikan, kami menilai penguatan IHSG masih bersifat rentan,” kata Rully. Ia menjelaskan bahwa hal ini disebabkan oleh derasnya arus keluar dana asing yang tercatat mencapai Rp28,8 triliun dalam dua bulan terakhir. “Aliran dana asing yang keluar terus memberikan tekanan terhadap sentimen pasar,” tutupnya.
Sumber: rri.co.id/Sn