Mengenal Tren Mengencangkan Organ Kewanitaan Dengan Suntik “Stem Cell”

Ilustrasi ruang pemeriksaan dokter kandungan
Ilustrasi ruang pemeriksaan dokter kandungan

Jakarta, | EGINDO.co – Terapi sel punca, stem cell, terbukti memiliki banyak manfaat, bukan hanya untuk menyebuhkan berbagai macam penyakit degeratif, tapi juga populer di dunia kecantikan termasuk mengencangkan organ kewanitaan, “Miss V”. “Sudah banyak sih pasien ibu hamil yang datang, nanya ke saya, jadi saya jelasin apa itu terapi stem cell karena menurut saya ini adalah investasi kesehatan,” kata dokter spesialis kandungan dr Dinda Derdameisya, Sp.OG dikutip dari siaran Instagram Prodia Stemcell.

Sel punca alias stem cell adalah sel induk di dalam tubuh yang mampu beregenerasi menjadi sel baru. “Jadi kalau terapi pakai sel punca, sel-sel yang sudah sakit bisa diperbarui,” kata dr Dinda.

Baca Juga :  Airlangga: Penerima Banpres Ditambah 4 Juta Untuk UMKM-PKL

Khusus untuk peremajaan organ kewanitaan, prosedur terapi stem cell bisa dilakukan dengan suntikan. “Stem cell disuntikkan ke vagina sebanyak beberapa cc agar sel vagina bisa beregenerasi,” kata dr Dinda.

Stem cell bisa didapatkan dari tali pusat, sumsum tulang atau lemak darah. “Tapi yang paling baik dari tali pusat karena di situ paling banyak stem cell karena dari sel kecil yang membelah jadi bayi, segala sel bisa dibentuk dari situ.”

Aktris Shandy Aulia memiliki pengalaman menyimpan stem cell dari tali pusat saat melahirkan bayi perempuannya yang pertama, Claire Herbowo. “Pengalamanku saat memutuskan menyimpan tali pusat untuk terapi stem cell mudah sekali, awalnya saat kandungan usia enam atau tujuh aku di-screening, diperiksa apakah punya penyakit lalu saat melahirkan sudah ada petugas yang meng-collect tali pusat, padahal saat itu aku lahiran jam 4 pagi,” kata Shandy.

Baca Juga :  Pengamat Budiyanto: Peningkatan Aspek Keselamatan

Tak ada syarat usia bagi ibu hamil yang ingin menyimpan tali pusat untuk terapi stem cell. “Syaratnya tidak punya penyakit yang bisa menginfeksi saja, seperti Hepatitia B, C, AIDS atau sifilis,” kata dr Dinda yang menyarankan agar tali pusat disimpan di bank cell di Indonesia demi memudahkan prosedur terapi. “Karena di Indonesia masih dalam bentuk uji klinis, sebaiknya cari tempat yang benar-benar qualified karena kalau tidak disimpan dengan benar bisa rusak,” kata dr Dinda.@

ant/TimEGINDO.co

Bagikan :