Sumba I EGINDO.co – Pulau Sumba adalah sebuah pulau yang terletak di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Banyak tradisi unik yang menjadi daya tarik sendiri bagi calon wisatawan yang ingin berkunjung ke Pulau Sumba.
Ingin mengenal lebih banyak mengenai tradisi unik masyarakat Sumba? Simak beberapa macamnya berikut.
1. Belis – adat seserahan yang diberikan pada mempelai wanita
Belis merupakan adat seserahan yang diberikan kepada mempelai wanita oleh pihak pria. Pria yang ingin meminang wanita Sumba harus memberikan sejumlah hewan ternak seperti sapi, kerbau, babi, hingga kuda Pasola.
Jumlah hewan yang diberikan tergantung kesepakatan antara dua belah pihak. Semakin terpandang keluarga calon mempelai wanita, semakin banyak jumlah yang harus diberikan.
2. Kede – upacara kematian orang Marapu
Kurang lebih setengah dari penduduk Sumba menganut kepercayaan Marapu yang percaya dengan adanya roh nenek moyang dan leluhur. Karena itu budaya dan adat Sumba banyak dipengaruhi oleh tradisi kepercayaan Marapu, termasuk upacara kematiannya.
Kede merupakan upacara kematian orang Marapu dimana keluarga ataupun kerabat dari seseorang yang meninggal akan memberikan hewan ternak kekediaman yang meninggal. Berbeda dengan Belis, dalam Kede tidak ada batasan jumlah hewan ternak yang diberikan.
Nantinya setelah hewan ternak diterima, pihak keluarga yang berduka akan menyembelih hewan tersebut lalu disajikan kepada para pelayat.
3. Festival Kuda Pasola – perang kuda antar kampung di Sumba Barat Daya Ijing
Festival Kuda Pasola adalah festival menunggang kuda yang disertai dengan aksi melempar lembing kayu antara dua kelompok kampung yang berlawanan. Pasola sendiri merupakan nama yang didapatkan dari kata sola atau hola yang artinya adalah lembing kayu.
Sebelum acara puncak Pasola, akan dilakukan rangkaian adat yang menjadi bagian dari upacara puncak seperti misalnya nyale yang merupakan kegiatan adat mencari cacing laut yang melimpah di pinggir pantai.
Pasola sendiri bagi penganut Marapu merupakan upacara keagamaan besar, sebagai bentuk rasa syukur, dan juga merekatkan hubungan antar kampung yang terlibat dalam festival menunggang kuda. Setiap tahun tradisi ini diadakan bergantian dari bulan Februari sampai Maret.
4. Hongi – tradisi cium hidung
Hongi merupakan tradisi cium hidung yang sarat akan makna bagi masyarakat Sumba. Hidung merupakan bagian tubuh manusia yang digunakan untuk bernapas. Dengan cium hidung berarti kita merapatkan wajah sedekat mungkin. Maka dengan itu seolah bukan hanya menunjukan kedekatan fisik tapi juga kedekatan dan pertukaran napas kehidupan.
Tradisi cium hidung ini hanya dilakukan pada momen-momen tertentu seperti saat proses pelaksanaan tradisi perkawinan, pesta pernikahan, ulang tahun, hari raya besar keagamaan, pesta adat, hingga acara perdamaian.
AR