Papua | EGINDO.co – Sore itu angin berhembus kencang di tepi pantai di Kampung Sauorian, Distrik Sausapor, Kabupaten Tambrauw, Papua Barat. Di area berpasir, di bawah pepohonan rindang, orang-orang berkumpul untuk menyaksikan sebuah tradisi khas Tanah Papua.
Perempuan dengan kaus abu-abu dan legging hitam tampak cekatan menyingkirkan beberapa helai daun berwarna coklat. Namanya Dorhana. Dengan rambut yang diikat menggunakan ikat rambut berwarna oranye, ia tampak bersemangat untuk menunjukkan sesuatu kepada rombongan dari Kementerian Pariwisata beberapa waktu lalu.
Dibantu beberapa temannya, perempuan yang akrab disapa Ana itu kemudian menyingkirkan batu menggunakan jepitan yang terbuat dari bambu. Satu per satu batu disingkirkan, menyisakan daun-daun pisang yang di setiap sisinya hangus terbakar.
Rupanya Ana ingin menunjukkan bagaimana tradisi Barapen kepada orang luar. Setelah daun pisang disingkirkan, barulah terlihat umbi-umbian seperti ubi dan singkong-orang setempat menyebutnya kasbi.
Â
Â
Asap mengepul dari kumpulan umbi-umbian yang masih menyimpan panasnya. Satu per satu diangkat menggunakan jepitan bambu dan diletakkan di wadah cukup besar. Tradisi Barapen yang dilakukan sore itu cukup sederhana, hanya menggunakan umbi-umbian. Di waktu lain, mereka biasanya melakukan tradisi ini dengan berbeda.
Biasanya tak hanya singkong dan ubi, ada daging dan sayuran yang masing-masing dibakar dalam lapisan berbeda. Sekali memasak, tiga jenis makanan siap dinikmati.
Untuk membuat Barapen, pertama seseorang penduduk akan menggali tanah yang disebut sebagai kolam. Lalu dasar kolam ditata dengan beralaskan daun pisang, di atasnya ditata daging, sayuran dan umbi. Kemudian, bagian atasnya kembali ditutup dengan daun pisang.
Selanjutnya, warga mengambil batu yang dibakar hingga berwarna merah. Batu diturunkan di atas daun pisang sampai merata, hingga seluruh makanan yang dibungkus daun pisang itu matang.
“Alasanya bisa daun pisang atau daun keladi. Biarkan selama satu jam, kalau lebih dari itu akan hangus,” ujar Ana saat menceritakan proses pembuatan Barapen.
Satu jam adalah waktu yang tepat untuk memasak berbagai macam makanan, baik daging, ikan, sayur, maupun umbi-umbian. Agar dagingnya lebih nikmat disantap, biasanya daging akan dilumuri atau ditaburi dengan bumbu rempah.
Tradisi Barapen biasanya dilakukan pada acara-acara besar seperti pernikahan. Esensi dari tradisi ini adalah kebersamaan, yakni menikmati makanan bersama-sama yang dihasilkan dari perkebunan masyarakat. Tradisi Barapen juga dilakukan untuk menyambut sanak saudara yang pulang ke kampung halaman setelah pergi beberapa waktu untuk merantau.
Â
Sumber : Okezone