Minangkabau | EGINDO.co – Tari Payung merupakan tarian yang berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat. Sesuai dengan namanya, tari payung menggunakan payung sebagai properti utamanya. Tarian ini biasa dibawakan di acara kebudayaan, pesta, dan kegiatan lainnya.
Biasanya ditarikan oleh 3 sampai 4 orang penari secara berpasangan (pria dan wanita). Tarian ini melambangkan pergaulan para muda mudi yang mana properti payung berarti sebagai pelindung muda-mudi tersebut dari hal yang tidak baik.
Sejarah Tari Payung
Tidak ada yang menyebutkan dengan pasti bagaimana kisah awal mula tari payung ini. Namun ada sebuah catatan yang menyebutkan bahwa tarian ini adalah ritual di pesta pernikahan beberapa nagari di Sumatera Barat.
Dikarenakan gerakan dan makna dari tarian ini cukup bermanfaat, maka kesenian tarian ini terus bertahan dan berkembang hingga sekarang.
Filosofi Dari Properti Tari Payung
Filosofi dari tari payung juga terlihat dari berbagai properti yang digunakan. Makna dari properti pada tari payung tersebut adalah :
1. Makna Dari Payung
Payung dalam tarian ini dipakai oleh pihak penari laki-laki. Alasan mengapa payung digunakan oleh laki-laki adalah sebagai simbol pelindung. Laki-laki merupakan pilar utama dari keluarga, sehingga laki-laki harus melindungi keluarga. Simbol itu tampak dari penari laki-laki yang memayungi kepala penari wanita.
2. Makna Dari Selendang
Selendang ini digunakan oleh pihak penari wanita. Makna dari selendang ini adalah pelambang ikatan cinta suci dari pasangan. Selain itu, selendang ini juga bermakna kesetiaan seorang wanita dan kesiapannya dalam membina rumah tangga bersama suami. Hal itu tampak dari selendang yang dikaitkan pihak penari wanita kepada penari laki-laki.
3. Makna Dari Lagu Pengiring
Tari payung menggunakan lagu pengiring berjudul “Babendi-bendi ke Sungai Tanang”. Lagu ini mengisahkan tentang sepasang suami-istri yang sedang berbulan madu ke sungai tanang.
Komponen Wajib Dalam Tari Payung
Ada beberapa komponen yang wajib ada dalam tari payung. Komponen-komponen tersebut adalah :
1. Gerakan Tari Payung
Seperti yang dijelaskan di awal tadi, gerakan dari tarian merupakan pementasan kecil dari drama kisah cinta. Tidak seperti tari tradisional lain yang memiliki gerakan khusus, tari ini cenderung bebas. Meskipun begitu, penari tetap harus memperhatikan keserasian gerakan payung oleh penari pria dan gerak selendang oleh penari wanita.
2. Pengiring Tarian
Tari payung memiliki 2 elemen pengiring. Pengiring tersebut berupa tabuhan alat musik tradisional dan sebuah syair khusus. Tabuhan alat musik yang digunakan terdiri dari rebana, akordeon, gendang, dan gamelan khas melayu. Alat musik tersebut haruslah dimainkan sesuai dengan ritme dari tarian. Adapun syair yang dibawakan dalam tarian ini adalah syair lagu “Babendi-bendi ke Sungai Tanang”.
3. Setting Panggung
Setting panggung dari tari payung tidak terlalu rumit. Tarian ini bisa dipentaskan di mana saja, asalkan tempatnya lapang. Hal ini dikarenakan penari tarian ini berjumlah banyak dan harus diatur agar tidak berbenturan saat menari. Tarian ini sangat ramai sekali jika sedang dipentaskan, selain karena banyaknya pemain juga sangat menarik untuk ditonton.
4. Busana Yang Dikenakan Penari
Dalam hampir semua tari tradisional pasti memperhatikan busana dan riasan. Hal itu berlaku juga pada tari payung. Untuk para penari wanita, kostum yang digunakan adalah pakaian adat melayu sesuai adat Minang yang terdiri dari: Baju kurung atau kebaya, bawahan berupa kain songket dan hiasan kepala yaitu mahkota berwarna keemasan.
Sementara itu, untuk para penari pria kostum yang digunakan adalah: Baju lengan panjang, celana panjang yang satu warna, sarung songket dan kopiah melayu.
5. Properti Penari
Tidak lengkap rasanya menari payung tanpa selendang dan payung. Seperti yang telah dijelaskan diawal, properti inilah yang menjadi sarana penyampaian makna filosofi dari tarian ini. Kedua properti ini saat pertengahan sampai di akhir tarian akan saling bertemu dan melengkapi satu sama lain. Seperti halnya pada sepasang kekasih yang akhirnya dipertemukan di pelaminan untuk mengarungi bahtera rumah tangga bersama-sama.
Sumber : romadecade.org