Mengenal Suku Rejang Di Bengkulu

Suku Rejang

Bengkulu | EGINDO.co – Suku Rejang adalah suku yang terdapat di Bengkulu yang merupakan satu dari 10 kelompok masyarakat asli di Provinsi Bengkulu. Jumlah populasi mereka tidak diketahui secara pasti. Hal tersebut disebabkan suku Rejang dalam Sensus Penduduk Indonesia 2010 tidak dikategorikan secara spesifik melainkan sebagai kelompok suku Sumatra lainnya selain Batak, Aceh, Melayu, dan Minangkabau.

Di antara 10 kabupaten dan kota di Provinsi Bengkulu, masyarakat Rejang merupakan penduduk asli dan sekaligus mayoritas di 5 kabupaten yang meliputi wilayah Lebong, Kepahiang, Rejang Lebong, Bengkulu Tengah, dan Bengkulu Utara. Di antara suku-suku lain di Bengkulu, suku Rejang memiliki populasi terbesar. Populasi masyarakat Rejang dalam jumlah yang lebih kecil dapat pula dijumpai di Ulu Rawas, Musi Rawas Utara. Masyarakat Rejang di Ulu Rawas bercakap dalam bahasa Rejang dialek Rawas (Awês) yang berbeda secara signifikan dari 4 dialek lainnya yang dituturkan di wilayah Provinsi Bengkulu. Dalam jumlah yang lebih kecil terdapat ribuan orang Rejang yang bermigrasi ke berbagai kota di Indonesia dan luar negeri.

 

Asal Usul Suku Rejang

Menurut A. Samid Said dan Dicky Darmawan Butto dalam buku karya Zulman Hasan yang berjudul Anok Kutai Rejang, istilah Rejang bersumber dari Rhe Jang Hyang, yaitu nama seorang leluhur yang berasal dari Mongolia. Pada tahun 2090 SM, Rhe Jang Hyang dan kelompoknya mendirikan sebuah perkampungan yang bernama Kutai Nuak di daerah Napal Putih, Bengkulu Utara.

Ia tinggal di Kutai Nuak hanya selama 50 tahun karena persediaan makanan sudah menipis dan terdesak imigrasi. Rhe Jang Hyang berserta keluarganya pindah ke daerah Pinang Belapis.

Menurut para ahli sejarah semua orang Rejang yang tersebar tersebut berasal dari Pinang Belapis. Kala itu daerah Rejang bernama Renah Sekalaw/Pinang Belapis kini disebut Lebong.

Baca Juga :  Akhir Tahun, Pemerintah Antisipasi Gelombang Ketiga Covid-19

Penuturan para ahli tentang Lebong sebagai wilayah asal suku Rejang diperkuat cerita lisan yang diwarisi secara turun temurun dari orang tua Suku Rejang. Dalam Sebuah Naskah Klasik yang sekarang disimpan Oleh Ruttama, mantan imam desa Suko Kayo Lebong,Nene Moyang suku Rejang pertama sekali tinggal di danau besar di gunung Hulu Tapus. Fakta tersebut sesuai dengan cerita-cerita yang diwarisi secara turun-temurun.

Menurut Sejarah yang tidak tertulis, Suku Rejang berasal dari empat petulai; Juru Kalang, Bermani, Selupu dan Tubai. Keempat petulai dipimpin oleh Seorang Ajai. Keempat ajai dimaksud adalah; Ajai Bintang. Ajai BegelanMato, Ajai Siang dan Ajai Tiea Keteko.

Dikisahkan juga bahwa pada masa pemerintahan Ajai-Ajai tersebut datang keempat orang bersaudara putera Ratu Kencana Unggu dari Majapahit, masing-masing bernama ; Biku Sepanjang Jiwo, Biku Bijenggo, Biku Bembo dan Biku Bermano. Karena arif dan bijaksana, sakti dan pengasih, keempat biku tersebut diangkat oleh keempat petulai yang ada saat itu sebagai pimpinan mereka.

Di bawah pimpinan keempat Biku tersebut, Suku Rejang semakin tumbuh dan maju serta mengembangkan kebudayaan daerah sampai akhirnya memiliki tulisan (Aksara) sendiri yaitu tulisan Kaganga.

 

Bahasa Rejang

Bahasa Rejang adalah bahasa utama yang dituturkan di rumah atau lingkungan keluarga besar. Sementara di tempat umum atau saat berkomunikasi dengan masyarakat diluar orang Rejang, bahasa yang digunakan adalah bahasa Melayu Bengkulu. Melayu Bengkulu saat ini dipandang sebagai basantara yang memperlancar komunikasi antara orang asli (Rejang) dengan masyarakat pendatang. Melayu Bengkulu merupakan varian bahasa Melayu yang memiliki penutur di Provinsi Bengkulu. Bahasa Melayu Bengkulu dikenal karena memiliki kemiripan dengan bahasa Minangkabau dan bahasa Melayu Palembang.

Baca Juga :  Airlangga: Transaksi Elektronik Tingkatkan Pendapatan Daerah

Bahasa Rejang memiliki lima dialek yang memiliki perbedaan antar satu dialek dengan dialek lainnya dengan derajat yang berbeda-beda. Empat dari lima dialek dituturkan di wilayah Provinsi Bengkulu. Satu dialek lagi dituturkan di Kabupaten Musi Rawas Utara, Sumatra Selatan. Kelima dialek tersebut adalah sebagai berikut:

  • Dialek Lebong, dituturkan di Kabupaten Lebong dan sebagian Kabupaten Bengkulu Utara.
  • Dialak Musi, dituturkan di sepanjang hulu aliran Sungai Musi di Kabupaten Rejang Lebong, sebagian Kabupaten Bengkulu Utara, dan sebagian Kabupaten Kepahiang terutama di Kecamatan Merigi dan Kecamatan Ujan Mas. Dialek tersebut dinamai berdasarkan nama Sungai Musi.
  • Dialek Keban Agung, dituturkan di sebagian Kabupaten Kepahiang terutama daerah Kecamatan Tebat Karai dan Kecamatan Bermani Ilir.
  • Dialek Pesisir, dituturkan di sebagian Kabupaten Bengkulu Tengah seperti Kecamatan Pondok Kelapa, dan wilayah Kabupaten Bengkulu Utara.
  • Dialek Rawas, dituturkan di hulu Sungai Rawas di Kabupaten Musi Rawas Utara. Dialek tersebut dinamai berdasarkan nama sungai Rawas. Dialek tersebut dianggap sebagai dialek proto atau dialek tertua dari bahasa Rejang dan menurut Prof. McGinn.

Penutur dialek Rejang yang satu dengan yang lain sebenarnya dapat saling mengerti dengan tingkat pemahaman mencapai di atas 80%, kecuali dialek Rawas. Dialek Rawas hampir tidak dapat dikenali apabila diperdengarkan kepada penutur dialek-dialek yang lain.

 

Ciri Fisik & Kekerabatan

Masyarakat asli Rejang memiliki kulit yang lebih terang. Kulit mereka jauh lebih terang bila dibandingkan dengan orang-orang India Selatan yang keturunan murni maupun keturunan campuran. Kulit terang orang Rejang dan sejumlah suku-suku lain di Sumatra lebih tepat disebut kulit kuning dibanding putih seperti kulitnya orang Eropa.

Baca Juga :  Hari Ini, KA Pangrango Bogor-Sukabumi Kembali Beroperasi

Prinsip hubungan kekerabatan masyarakat Rejang adalah kekerabatan bilateral. Sedangkan prinsip keturunan menganut sistem patrilineal, meskipun pada masa yang lalu sempat terpengaruh budaya Minang dan menganut sistem matrilineal. Tipe perkawinan masyarakar Rejang adalah eksogami. Untuk menentukan akan tinggal di mana suatu pasangan setelah menikah, akan diadakan duduk letok (penentuan tempat tinggal) yang ditentukan berdasarkan asen (mufakat) kedua belah pihak (keluarga laki-laki dan keluarga perempuan). Bentuk kekerabatan lama masyarakat Rejang adalah keluarga luas yang disebut tumbang. Biasanya ada beberapa tumbang yang berkaitan secara darah (petuloi) dengan tumbang yang lain karena berasal dari satu keturunan yang sama. Hubungan persaudaraan atau pertalian darah antardua tumbang atau lebih disebut satu ketumbai atau satu suku. Prinsipnya mirip dengan pasukuan Minangkabau, hanya saja yang Rejang bersifat patrilineal. Satu desa atau sadei didiami oleh beberapa ketumbai.

 

Adat Pernikahan Suku Rejang

Suku Rejang memiliki adat pernikahan yang disebut dengan Bekejai. Upacara perkawinan adat kejai adalah adalah upacara perkawinan yang dalam pelaksanaannya tidak terlepas dari tradisi yang berkaitan dengan Suku Rejang. Hal tersebut tercermin dari rangkaian kegiatan acara mulai dari rangkaian upacara sebelum perkawinan, rangkaian pelaksanaan perkawinan, dan rangkaian acara sesudah perkawinan.

Dalam pelaksanaan Bekejai tidak dapat dilepaskan dari keikutsertaan para peserta upacara. Setiap peserta upacara memegang peranan penting dalam kegiatan upacara. Peserta upacara tidak hanya kerabat dekat saja, masyarakat umumpun boleh menghadiri upacara tersebut.

 

(AR/dari berbagai sumber)

Bagikan :
Scroll to Top