Mengenal Suku Buton, Si Mata Biru Dan Mencari Jodoh

Suku Buton

Buton | EGINDO.co – Ada satu suku yang menempati wilayah Sulawesi Tenggara yaitu suku Buton, tepatnya di Kepulauan Buton. Selain di Sulawesi Tenggara, suku Buton juga bisa ditemui di Maluku Utara, Kalimantan Timur, Maluku, dan Papua.

Seperti suku-suku di Sulawesi kebanyakan, suku Buton juga merupakan suku pelaut. Orang Buton sejak lama merantau ke seluruh pelosok Nusantara dari yang hanya menggunakan perahu berukuran kecil yang dapat menampung lima orang, hingga perahu besar yang dapat memuat barang sekitar 150 ton.

Umumnya orang Buton adalah masyarakat yang mendiami wilayah kekuasaan Kesultanan Buton. Daerah-daerah tersebut kini telah menjadi beberapa kabupaten dan kota di Sulawesi Tenggara diantaranya Kota Baubau, Kabupaten Buton, Kabupaten Buton Selatan, Kabupaten Buton Tengah, Kabupaten Buton Utara, Kabupaten Wakatobi, Kabupaten Bombana, Kabupaten Muna, dan Kabupaten Muna Barat.

Selain merupakan masyarakat pelaut, masyarakat Buton juga sejak zaman dulu sudah mengenal pertanian. Komoditas yang ditanam antara lain padi ladang, jagung, singkong, ubi jalar, kapas, kelapa, sirih, nanas, pisang, dan segala kebutuhan hidup mereka sehari-hari.

Orang Buton terkenal pula dengan peradabannya yang tinggi dan peninggalannya masih dapat dilihat di wilayah-wilayah Kesultanan Buton, diantaranya Benteng Keraton Buton yang merupakan benteng terbesar di dunia, Istana Malige yang merupakan rumah adat tradisional Buton yang berdiri kokoh setinggi empat tingkat tanpa menggunakan sebatang paku pun, mata uang Kesultanan Buton yang bernama Kampua, dan masih banyak lagi.

Baca Juga :  Sistem Monitoring Durasi Perjalanan Di Jalan Tol

 

Asal Usul Suku Buton

Jika melihat dari sejarah Suku Buton dan asal usulnya dapat diketahui dengan mengungkapkan lebih dahulu sejarah kedatangan Sipanjonga dan kawan-kawannya, yang dikenal dalam sejarah wolio dengan nama Kesatuannya “Mia Pata Mianan” yang artinya “empat orang” lebih jelasnya dimaksudkan dengan empat pemuka yaitu Sipanjonga, Simalui, Sijawangkati dan Siuamanajo.

Berpegang pada buku silsilah dari Raja-raja di Wolio, keempat orang tersebut konon menurut riwayat berasal dari tanah Semenanjung Johor (Malaysia) pulau Liya Melayu, di mana tibanya di Buton dapat diperkirakan berkisar akhir abad ke 13 atau setidaknya pada awal abad ke 14. Perkiraan tibanya Sipanjonga dan kawan-kawannya.

 

Mata Biru Orang Buton

Belum lama ini, viral foto yang menunjukkan foto anak remaja Buton yang memiliki mata berwarna biru. Jika kebanyakan orang Indonesia memiliki mata berwarna coklat ataupun hitam, Namun lain halnya dengan orang Buton yang memiliki warna mata yang berbeda.

Baca Juga :  MenKopUKM: Dorong Buton Tengah Kembangkan Komoditas Laut

Disebutkan bahwa mata biru indah yang dimiliki oleh orang Buton ternyata sudah turun temurun dari nenek moyang mereka yang disebabkan oleh sindrom bernama Sindrom Waardenburg. Biasanya sindrom tersebut dialami 1 dari 42.000 orang.

Selain efeknya yang terkadang mengejutkan pada pigmentasi mata termasuk menyebabkan warna mata yang berbeda, sindrom tersebut juga dapat menyebabkan hilangnya pendengaran. Selain itu, defisiensi pigmentasi yang menjadikan mata biru cerah, namun bisa pula hanya sebelah mata saja yang berwarna biru sementara mata lainnya berwarna hitam atau coklat.

Biasanya sindrom disebabkan oleh mutasi dari beberapa gen. Mutasi tersebut bisa mempengaruhi sel-sel saat masih tahap perkembangan embrio. Alhasil, seseorang yang terlahir dengan mutasi tersebut akan memiliki mata biru di salah satu atau kedua bola matanya.

 

Tradisi Kande-Kandea

Kande-kandea atau dalam bahasa Indonesia artinya makan-makan, merupakan adat istiadat yang hingga kini masih dijaga oleh masyarakat Buton.

Baca Juga :  Dua Kapal Ikan Indonesia Diamankan KKP Di Kepulauan Seribu

Acara kande-kandea merupakan adat istiadat masyarakat Buton yang setiap tahun dilaksanakan usai perayaan Hari Raya Idul Fitri. Biasanya dilaksanakan sepuluh hari setelah Lebaran.

Festival Kande Kandea

Saat acara berlangsung, disajikan puluhan talang makanan (nampan berisi makanan) yang dijaga gadis Suku Buton berpakaian adat Buton lengkap dengan riasannya. Mereka nantinya yang akan menyuapi para tamu yang hadir.

Tradisi kande-kandea sudah menjadi ikon dan festival budaya Buton setiap tahunnya yang hingga kini masih terjaga. Saat festival, masyarakat Buton maupun wisatawan dalam dan luar negeri biasanya akan berbondong-bondong untuk menghadiri tradisi makan bersama tersebut.

Dalam sejarahnya, tradisi Kande-Kandea diadakan sebagai acara tradisi penyambutan para tamu negara Kesultanan Buton yang berkunjung di Tolandona pada masa lampau. Selain itu, juga sebagai acara penyambutan para pahlawan negeri yang kembali dari medan perang dengan membawa kemenangan sebagai wujud syukur.

Hingga sekarang tradisi kande-kandea masih digelar sebagai bentuk pelestarian budaya sekaligus ajang mencari jodoh bagi para muda mudi yang belum memiliki ikatan pernikahan.

(AR/dari berbagai sumber)

Bagikan :
Scroll to Top