KOTA CIREBON
Kota Cirebon adalah sebuah dukuh kecil yang dibangun oleh Ki Gedeng Tapa. Lama-kelamaan Cirebon berkembang menjadi sebuah desa yang ramai yang kemudian diberi nama Caruban (carub dalam bahasa Jawa artinya bersatu padu). Diberi nama demikian karena di sana bercampur para pendatang dari beraneka bangsa di antaranya Jawa, Sunda, Tionghoa, dan unsur-unsur budaya bangsa Arab. kemudian pelafalan kata caruban berubah lagi menjadi carbon dan kemudian cerbon.
Selain karena faktor penamaan tempat penyebutan kata cirebon juga dikarenakan sejak awal mata pencaharian sebagian besar masyarakat adalah nelayan, maka berkembanglah pekerjaan menangkap ikan dan rebon (udang kecil) di sepanjang pantai, serta kota Cirebon terkenal dengan kota pembuatan terasi, petis dan garam. Dari istilah air bekas pembuatan terasi atau yang dalam bahasa Jawa disebut (belendrang) yang terbuat dari sisa pengolahan udang rebon inilah berkembang sebutan cai-rebon (bahasa sunda: air rebon), yang kemudian menjadi cirebon.
SEJARAH KOTA CIREBON
Berdasarkan catatan sejarah dalam naskah Babad Tanah Sunda dan Carita Purwaka Caruban Nagari, Cirebon mulanya adalah sebuah dukuh kecil yang didirikan oleh Ki Ageng Tapa. Sebagai pangkalan penghubung jalur perdagangan antar pulau, menjadikan banyak pendatang karena berdagang hingga menetap.
Kesultanan kota Cirebon dimulai pada abad ke-15 dan 16 masehi, Kesultanan Cirebon dibagi menjadi tiga yang diwakili oleh ketiga sultan: Pangeran Martawijaya sebagai Sultan Sepuh bergelar Sultan Raja Syamsuddin (Kraton Kesepuhan), Pangeran Kertawijaya sebagai Sultan Anom bergelar Sultan Muhammad Badriddin(Kraton Kanoman), serta Sultan Cerbon yang menjadi wakil Sultan Sepuh (Kraton Kacirebonan).
BUDAYA KOTA CIREBON
- Keraton – Karena dari sejarah di atas menjadikan Kraton Cirebon Sebagai tempat tinggal sultan, Adanya tiga keraton di Cirebon berarti ada tiga keunikan arsitektur pula. Keraton Kasepuhan sebagai keraton tertua dan terluas merupakan bangunan bergaya candi yang didominasi oleh material bata merah. Keraton Kanoman berbeda dari Keraton Kasepuhan karena dibuat di era yang berbeda. Di Keraton Kanoman, bangunan yang ada didominasi warna putih dengan banyaknya tempelan piring-piring kecil di bagian dindingnya. Piring-piring tersebut adalah warisan era Tionghoa. Selanjutnya adalah Keraton Kacirebonan yang usianya paling muda. Kebudayaan di jamannya juga mempengaruhi desain arsitekturnya sehingga materialnya didominasi kayu dan bercorak batik megamendung.
- Tari Sintren – Tari Sintren berkisah tentang sepasang kekasih bernama Sulasih dan Sulandono yang kisah kasihnya tidak direstui sehingga mereka berdua melarikan diri dari rumah membuat Sulandono menjadi seorang pertapa, sementara Sulasih menjadi seorang penari. nama sintren salah satunya berasal dari kata sindir (bahasa Indonesia : sindir) dan tetaren (bahasa Indonesia : pertanyaan melalui syair-syair yang perlu dipikirkan jawabannya) maksudnya adalah menyindir dengan menggunakan sajak-sajak atau syair-syair.
- Kirab budaya – festival budaya atau bisasa di sebut karnaval adalah istilah umum yang merujuk kepada perarakan, berjalan bersama-sama atau beriring-iringan secara teratur dan berurutan dari depan sampai ke belakang dalam suatu rangkaian acara, semisal upacara adat, keagamaan, dan lain-lain. Kirab budaya biasanya dibagi dalam beberapa kelompok (devile) yang menempuh rute dari suatu tempat ke pusat pemerintahan atau alun-alun.
- Tarling – Tarling adalah salah satu bentuk kesenian yang berkembang di wilayah pesisir pantai utara (pantura) Jawa Barat, terutama wilayah Cirebon dan Indramayu. Nama tarling diidentikkan dengan nama instrumen itar (gitar) dan suling (seruling) serta istilah Sing Nelatar Kudu Eling (yang merantau harus eling/Ingat) Eling Kepada Tuhan Yang Maha Esa, Eling terhadap tanah kelahirannya.
- Wayang Kulit Cirebon – Berdasarkan penelitian Matthew Isaac Cohen (profesor Sinematografi) dari Royal Holloway University of London yang dipaparkan pada acara bedah buku Seni Tatah dan Sungging Wayang Kulit Cirebon di Institut Studi Islam Fahmina, menurut beliau perkembangan wayang kulit di Cirebon dari masa Hindu-Budha ke masa Islam di wilayah kesultanan Cirebon merupakan bentuk diplomasi dakwah, wayang kulit Cirebon akrab diperkenalkan oleh para ulama dan para penguasa lokal (bahasa Cirebon: gegeden) yang telah memeluk ajaran Islam sebagai media dakwah. Wayang kulit Cirebon juga digunakan sebagai simbol agama dan media untuk bercerita tentang kebiasaan sehari-hari.
- Kesenian Gembyung – Kesenian yang satu ini merupakan salah satu peninggalan para wali yang ada di Cirebon, dimana merupakan salah satu bentuk dari pengembangan kesenian terbang yang digunakan oleh para wali untuk menyebarkan agama islam. Kesenian ini, kerap digunakan pada saat upacara – upacara adat dan juga acara keagamaan seperti maulid, Rajaban, ataupun Syuro. Selain itu, kesenian Gembyung ini seiring dengan perkembangan waktu sudah dikombinasika dengan seni jaipongan serta tarling.
- Tari Topeng – Tari topeng merupakan salah satu kesenian asli Cirebon yang mana berupa tarian dan si penari ini menggunakan topeng untuk menari. Tarian ini memiliki sisi historis dimana dulunya digunakan sebagai alat untuk diplomasi ketika Kerajaan Cirebon berperang dengan kerajaan Karawang. Dulunya Sunan Gunung Jati sebagai Sultan Cirebon kewalahan menandingi kesaktian pangeran Welang, dengan menciptakan tarian topeng sebagai salah satu cara diplomasi, akhirnya pangeran Welang jatuh cinta dengan si penari, dan menyerah, serta berjanji menjadi pengikut setia Sunan Gunung Jati. Biasanya si penari topeng ini akan berganti topeng sesuai dengan karakter yang dimainkan dalam cerita yang dibawakannya.
- Batik – Kawasan Sentra Batik Trusmi merupakan surga batik khas Cirebon “Megamendung” yang sudah lama dikenal sebagai batik khas Cirebon. Mega Mendung berarti awan yang sedang meredup jika di lihat secara mendalam terdapat 7 gradasi warna biru yang berbeda pada motif mega mendung. Motif awan berkaitan dengan hal yang bersifat spiritual, sementara warna merah dan biru merupakan perlambangan penduduk Cirebon di Kawasan pesisir yang bersifat lugas, tegas, dan egaliter. Melalui gradasi warna yang ada, batik Mega Mendung berusaha menyampaikan pesan bahwa manusia haruslah bersabar dan mampu mendinginkan suasana. Karena motif dan kualitasnya tak heran banyak wisatawan dari luar negri berbondong-bondong mencari batik khas Cirebon.
- Multidimensi Shell – Kota Cirebon terletak di pinggir laut membuat warga sekitar membuat kerajinan dari kulit kerang, Multi Dimensi Shell berasal dari sentra kerajinan di Desa Astapada. Ada beragam kerajinan yang ditawarkan seperti anting, kalung, lampu, asbak, taplak meja, dan banyak lainnya. Saking berkualitas dan terkenalnya kerajinan kerang ini setiap hari banyak wisatawan yang memadati untuk membeli buah tangan.
- Rotan – Desa Tegalwangi, Cirebon merupakan salah satu penghasil industri rotan yang sudah terkenal selama bertahun-tahun. Sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai pengrajin rotan yang dikerjakan di rumah masing-masing. Standar kualitas yang tinggi di sentra industri ini bahkan membuat brand besar seperti IKEA mengambil suplai kerajinan rotan dari sini.
DESTINASI WISATA
Perkembangan kota Cirebon yang begitu pesat, tak heran jika kini Cirebon bisa menjadi salah satu tempat wisata yang banyak di kunjungi oleh wisatawan lokal. Selain wisata budaya yang banyak dicari orang, ternyata wisata kota Cirebon juga menyimpan potensi wisata alam dan kuliner yang wajib dicoba.
- Setu Patok – Sama seperti danau toba karena Setu Patok merupakan danau terbesar dengan luas sebesar 175 hektar. tengah-tengah danau, ada sebuah pulau kecil yang menarik yang memiliki pemandangan yang amat indah saat pagi maupun sore hari, terlebih jika Anda mendapatkan momen saat langit berwarna kekuningan di tempat ini. Perbukitan yang mengelilingi danau menjadi pemandangan indah dengan daya tarik tersendiri, memberikan atmosfer tenang dan teduh.
- Pantai Kejawanan – Pantai Kejawanan punya banyak sekali spot fotografi yang luar biasa indah. Tak heran jika tempat ini digandrungi para fotografer untuk hunting foto. Tak sedikit pula anak-anak muda maupun keluarga yang berfoto bersama untuk mengabadikan momen-momen kebersamaan mereka.
Di pagi dan sore hari, Anda bisa melihat sunrise dan sunset yang mempesona di pantai ini.
- Kraton – Karena dari sejarah di atas menjadikan Kraton Cirebon Sebagai tempat tinggal sultan, Adanya tiga keraton di Cirebon berarti ada tiga keunikan arsitektur pula. Keraton Kasepuhan sebagai keraton tertua dan terluas merupakan bangunan bergaya candi yang didominasi oleh material bata merah. Keraton Kanoman berbeda dari Keraton Kasepuhan karena dibuat di era yang berbeda. Di Keraton Kanoman, bangunan yang ada didominasi warna putih dengan banyaknya tempelan piring-piring kecil di bagian dindingnya. Piring-piring tersebut adalah warisan era Tionghoa. Selanjutnya adalah Keraton Kacirebonan yang usianya paling muda. Kebudayaan di jamannya juga mempengaruhi desain arsitekturnya sehingga materialnya didominasi kayu dan bercorak batik megamendung.
- Kawasan Sentra Batik Trusmi – Kawasan Sentra Batik Trusmi merupakan surga batik khas Cirebon baik dari Megamendung khas Cirebon dan motif-motif lainnya juga tersedia di kawasan ini.
- Bukit Gronggong – Karena memiliki pemandangan malam hari yang indah, Bukit Gronggong memanjakan pengunjung dari ketinggian bukit di atas kota Cirebon. Suasana malam jadi makin romantis dengan banyaknya lampu kota berkedip yang terlihat dari kejauhan.
- Empal Gentong – Empal Gentong jadi makanan khas Cirebon sejak lama karena kelezatannya yang luar biasa. Disebut empal gentong karena dahulu kala, belum ada panci untuk memasak empal, sehingga masyarakat memasak empal dengan menggunakan gentong. Beberapa rumah makan empal gentong yang legendaris dan layak dicoba antara lain Empal Gentong Haji Apud, Empal Gentong Amarta, dan Empal Gentong Krucuk.
IC/TimEGINDO.co