Jakarta |Â EGINDO.co –Â Bukan rahasia lagi, media sosial telah mengubah cara kita berkencan dan mencari pasangan.
Tak ada lagi hari-hari kita mengirim SMS untuk “gebetan” atau surat cinta untuk menyatakan perasaan kepada orang yang kita taksir.
Kita cukup mengunggah foto selfi di media sosial disertai kutipan lucu, dan menunggu respon si dia di kolom komentar.
Para ahli menyebut fenomena ini dengan nama ” Gatsbying”. Lalu, apa alasan seseorang melakukan ini? Apakah ada dampak negatifnya?
Kemungkinan besar kita mungkin tidak sadar melakukannya, baik melalui unggahan di Instagram atau Snapchat story, dengan harapan agar orang yang kita taksir menyukai atau berkomentar pada unggahan kita.
Cara ini sama sekali berbeda dengan sekedar mengunggah foto demi mengundang ribuan orang untuk menyukainya.
“Gatsbying” adalah upaya yang ditargetkan untuk memenangkan hati satu orang tertentu.
Menurut pakar kencan Julie Spira, orang melakukan ini untuk menyamarkan jika dirinya sedang berusaha “menggaet” orang yang disukainya.
“Mengunggah foto terbaikmu, gambar tempat yang kita tahu si dia akan menyukainya, atau hidangan favoritnya adalah cara pasif untuk mendapatkan perhatiannya,” ucapnya.
Teknik pendekatan ini juga menjadi cara terbaik untuk mengetahui minat si dia kepada kita tanpa takut mengalami penolakan.
Ini sangat masuk akal. Entah orang yang kita taksir bereaksi terhadap unggahan itu, kita dapat menyampaikannya sebagai unggahan publik dengan meminimalisir dampak negatifnya pada emosional kita.
Tentu, mungkin mengecewakan jika mereka tidak suka atau tidak mengomentarinya. Tapi, jauh lebih mudah untuk menerimanya daripada saat tahu dia tidak merespon perasaan kita lewat pesan pribadi.
Pada dasarnya, kita semua pengecut, terutama dalam hal cinta. Ini mungkin terlihat seperti cara yang lebih mudah untuk mendekati gebetan tanpa risiko penolakan.
Tapi, Spira mengatakan ada beberapa faktor yang membuat ” gatsbying” memberi dampak negatif.
Â
Menurutnya, “gatsbying” terlalu menekankan pada makna di balik interaksi lewat media sosial. Ini membuat kita akan tergantung pada media sosial hanya demi memastikan perasaan gebetan.
Hanya karena seseorang menyukai unggahan kita bukan berarti dia juga tertarik pada kita.
“Ini dapat memberi perasaan palsu bahwa seseorang tertarik pada kamu,” kata Spira.
Spira juga mengatakan, kurangnya respon seseorang pada unggahan kita bukan berarti dia tidak tertarik pada kita.
Jika kita melakukan banyak upaya untuk mendapatkan perhatian orang yang kita sukai dan tidak ada respon darinya, ini berpotensi menjadi bumerang dan memicu rasa tidak aman tentang perasaan si dia. Padahal, perasaan semacam ini bukan hal yang penting.
Si dia bisa saja juga tertarik pada diri kita, hanya saja ia tak melihat unggahan kita. Jika si dia tak terlalu aktif di media sosial, bisa jadi upaya ini hanya sia-sia belaka.
Menurut Spira, orang sangat sering menggunakan Gatsbying untuk merayu mantan mereka agar kembali ke pelukan.
Atau, mereka hanya ingin membuktikan kepada sang mantan tentang betapa hebatnya kehidupan mereka saat ini.
“Mereka yang putus cinta menggunakan metode ini untuk tetap terhubung dengan mengunggah foto yang tampak luar biasa saat berlibur, atau di tempat yang biasa mereka kunjungi bersama mantan mereka,” ucap Spira,
Menurutnya, ini semua bertujuan untuk melihat apakah sang mantan masih peduli atau masih menyimpan harapan untuk kembali bersama.
Lalu, apakah teknik ini benar-benar efektif untuk mendekati gebetan?
Jika kita ingin memikat gebetan dengan perlahan menjadi bagian dari hari mereka melalui media sosial, kata Spira, ini mungkin membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan kepastian.
Bisa jadi, ini hanya membuat kita hanya terjebak di zona pertemanan atau friend zone.
Sering mengunggah foto demi menarik perhatian sang gebetan bisa saja membuatnya memiliki perasaan yang sama.
Â
Dengan kata lain, gatsbying memang menawarkan kesempatan untuk menarik perhatian orang yang kita sukai dan mungkin mengisyaratkan kemungkinan si dia untuk menyukai kita.
Tetapi, kemungkinan terburuk bisa saja terjadi. Gatsbying dapat memberi kita harapan palsu, atau sebaliknya, persepsi yang tidak akurat tentang perasaan si dia.
Bagaimanapun juga, media sosial bukan media yang tepat untuk mengukur perasaan seseorng dengan akurat.
Kita mungkin juga tidak menunjukan rasa suka atau komentar di unggahan si dia. Jadi, kemungkinan besar orang yang kita taksir juga tidak melakukannya.
Namun, selama kita dapat mengatur harapan kita, tidak ada salahnya untuk melakukan teknik ini.
Jika cara ini dapat memberi kita dorongan kepastian yang kita butuhkan untuk dapat membangun keberanian menyatakan perasaan kepadanya, maka lakukanlah.
Mungkin kita belum memiliki nyali yang tinggi untuk menyatakan perasaan kita secara langsung.
Namun, cara ini dapat membantu kita untuk membangun keberanian dan lebih menyakinkan perasaan kita.
Satu hal yang harus kita pahami, teknik pendekatan semacam ini juga bisa mengarah pada keyakinan diri tentang perasaan si dia.
Tidak ada hal yang tanpa risiko di dunia ini. Kita harus menerima dan bersiap dengan segala konsekuensi akan pilihan kita.
Â
Â
Sumber : Kompas
Â
Â