Jakarta | EGINDO.co – Keputihan merupakan sesuatu yang akrab bagi sebagian besar wanita. Tiga per empat wanita di dunia diperkirakan pernah mengalami keputihan setidaknya sekali seumur hidup. Meski sering dialami, banyak wanita yang menganggap sepele keputihan. Dalam istilah medis keputihan disebut dengan Flour Albus atau Leucorrhoea.
Lalu apa sebenarnya keputihan itu? Apakah keputihan itu berbahaya? Mari baca ulasan berikut seperti dilansir dari 1Health :
What:
Keputihan adalah cairan vagina (bukan berupa darah) yang keluar dan memberikan gejala. Dalam keadaan normal keputihan berfungsi untuk membersihkan vagina dari benda-benda asing, pertahanan terhadap berbagai infeksi, pelumas saat hubungan seksual dan membantu fungsi reproduksi. Cairan keputihan memiliki pH 3,5 Â – 4,5. Ada dua macam jenis keputihan, yaitu:
- Keputihan fisiologis, yaitu keputihan yang tampak jernih, putih keruh, jumlahnya sedikit, tidak disertai gatal dan panas di sekitar alat kelamin, dan mengandung banyak sel epitel dengan sel leukosit yang jarang.
- Keputihan patologis, yaitu keputihan abnormal yang berwarna kekuningan hingga kehijauan, jumlahnya banyak, kental, lengket, berbau tidak sedap atau busuk, terasa gatal atau panas di sekitar alat kelamin dan sering menimbulkan luka di mulut vagina. Jika tidak segera diobati dengan tepat, keputihan patologis dapat menimbulkan komplikasi kemandulan.
Why:
Keputihan abnormal seringkali merupakan tanda atau gejala pada suatu radang di daerah kemaluan. Infeksi yang paling sering menyebabkan terjadinya keputihan adalah Trikomonas, Bacterial Vaginosis, Jamur Kandida, Gonore, Klamidia, dan Virus HPV. Sementara penyebab non infeksinya adalah adanya iritasi akibat sperma, bahan pelumas, kondom (yang dipasang tidak higienis), sabun cuci dan pelembut pakaian, deodorant, cairan antiseptik, sabun pembersih vagina, celana yang ketat dan tidak menyerap keringat, serta kertas tisu toilet. Penyebab lainnya adalah adanya tumor, fistula, benda asing, radiasi dan faktor psikologis yang disebut Vulvovaginitis Psikosomatis.
When:
Keputihan dapat dialami pada saat ovulasi atau masa subur, pada saat hubungan seksual, sebelum dan sesudah haid, pada masa kehamilan dan saat aktivitas fisik yang berlebihan.
Who:
Keputihan dapat terjadi pada setiap perempuan tanpa memandang usia. Hampir semua perempuan di Indonesia pernah mengalami keputihan. Selain itu keputihan juga bisa terjadi pada bayi baru lahir sampai umur 10 hari karena pengaruh estrogen dari placenta terhadap rahim dan vagina janin.
Where:
Keputihan berasal dari cairan alat kelamin, leher rahim, rahim dan saluran telur.
How:
Keputihan dapat dicegah dengan berbagai cara, yaitu:
- Menjaga pola hidup sehat yaitu dengan nutrisi yang seimbang, olahraga, istirahat yang cukup, hindari rokok dan minuman beralkohol, serta hindari stres yang berkepanjangan.
- Setia pada satu pasangan dan gunakan kondom untuk mencegah penyakit menular seksual.
- Menjaga kebersihan diri terutama daerah kemaluan.
- Hindari penggunaan pantylineryang berlebihan karena dapat mengganggu kelembapan vagina sehingga jamur dapat berkembang biak.
- Jangan terlalu sering menggunakan cairan pembersih vagina karena dapat merusak keasaman ph vagina.
- Hindari pemakaian bedak atau tisu yang mengandung alkohol karena dapat menyebabkan iritasi di daerah vagina.
- Menjaga berat badan yang normal.
- Hindari pemakaian pakaian yang ketat atau terlalu tebal dan gunakan pakaian yang dapat menyerap keringat.
- Perhatikan kebersihan tubuh dan lingkungan.
- Jika menderita diabetes melitus, rutinlah mengontrol kadar gula darah ke dokter. Sebab, pada penderita diabetes melitus, infeksi yang terjadi di vagina bisa berulang dan bisa memperparah keputihan.
Â
(ghi)