Jakarta | EGINDO.co – Mengapa terjadi Bulan Biru? Pertanyaan buat banyak orang. Bulan Purnama berwarna biru. Sesungguhnya itu hanya fenomena alam yang dapat dikategorikan fenomena alam langka.
Bulan Biru dapat dijelaskan dalam sebuah musim astronomis yang ditandai oleh solstis ataupun ekuinoks dan bisa terjadi tiga kali Bulan Purnama. Alasannya karena durasi musim untuk musim gugur (belahan Utara) dan musim dingin (belahan Utara) rata-rata 89,5 hari. Sedangkan durasi musim semi (belahan Utara) dan musim panas (belahan Utara) rata-rata 93 hari. Lantas, rata-rata lunasi (satu siklus periode sinodis Bulan mengelilingi Bumi) 29,53 hari.
Dengan demikian 89,5:29,53 = 3,03 atau dibulatkan menjadi 3. Namun, jika Bulan purnama pertama terjadi berdekatan dengan awal musim astronomis, maka memungkinkan terjadi empat kali dalam sebuah musim astronomis. Bulan purnama ketiga dalam sebuah musim astronomis yang mengalami empat kali Bulan purnama maka disebut sebagai “Bulan Biru”.
Bulan Biru atau bulan purnama terjadi di sekitar awal bulan Masehi, maka memungkinkan dalam sebuah bulan di kalender Masehi terjadi dua kali Bulan purnama. Bulan purnama kedua dalam sebuah bulan di kalender Masehi inilah yang disebut juga sebagai “Bulan Biru”.
Kemudian pada Februari tidak memungkinkan terjadi Bulan Biru karena umur bulan yang lebih pendek dari 29,53 hari. Sementara pada tahun-tahun tertentu, bulan Februari tidak mengalami sama sekali Bulan purnama atau disebut Bulan Hitam (Black Moon). Bulan Hitam memungkinkan terjadi jika pada Januari dan Maret terjadi Bulan Biru.
Sedangkan Bulan Biru yang terjadi dua kali dalam setahun disebut sebagai Bulan Biru Ganda (Double Blue Moon). Namun, tidak harus terjadi pada Januari dan Maret, tetapi bisa terjadi untuk bulan lainnya. Fenomena alam cukup langka terjadi, antara tiga hingga lima kali dalam satu abad seperti fenomena Bulan Biru Ganda terakhir kali terjadi pada 2018 dan 1999 dan akan kembali terjadi pada tahun 2037 dan 2075.@
Bs/TimEGINDO.co