Mantan Ketos Smantig Medan, Ultah Ke-20 Sastrajendra

Hoesni El-Ibrahimy (Kiri) penulis bersama Sastrajendra
Hoesni El-Ibrahimy (Kiri) penulis bersama Sastrajendra

Oleh: Hoesni El-Ibrahimy

Pemuda Aceh ganteng, lahir di Kota Melayu Dumai. Lahir ditukangi oleh seorang bidan berlangsung normal. Dalam dirinya mengalir darah dari suku berbeda. Sang Ayah bersuku Aceh tulen (Pidie) dan sang Ibu keturunan Mandailing bermarga Lubis.

Kata orang dalam sohibul hikayat perkawinan bercampur suku maka peluang jika anak perempuan akan cantik dan anak lelaki ganteng. Sepertinya iya pula… Hehe….Maaf menghibur diri. Belum tentu benar. Walau benar yang Aku rasakan.

Pemuda bernama Maulana Sastrajendra Halimunsyah, panggilannya bisa Maulana dan  teman-temannya ada yang memanggil Sastra. Nama Jawa terletak ditengah-tengah. Bagi yang suka membaca kisah pewayangan maka akan mengerti arti nama tersebut. Tentunya, bagiku, sejak dari dulu hingga saat ini belum pernah bertemu seorang teman yang bernama Sastrajendra. Mau tahu arti mendalam, monggo silahkan dicari literaturnya.

Sastra lahir 20 tahun silam (20 Maret 2002 – 20 Maret 2022) pernah sesaat mengecap pendidikan di Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah. Usai menempuh pendidikan di SMP Pertiwi Medan, Sastra ganteng Aku sekolahkan di Ponpes yang terkenal di kota Medan.

***

Pucuk di cinta ulam pun tiba. Suatu ketika kegiatan kunjungan kerja Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo (kini purn) di Medan, kebetulan Aku berjumpa dengan Direktur Ponpes. Tak perlu disebut namanya. Kami berbicara santai.

Baca Juga :  Mantan Dirut RSUP H Adam Malik Medan Divonis 3 Tahun, Mantan Bendahara Divonis 6 Tahun Penjara, Kasus Dana BLU

Aku tahu beliau Direkturnya tatkala beliau perkenalkan diri dengan Kabintaldam I/BB. Pembicaraanku dengan Kabintaldam terhenti dan spontan dalam suasana hening Aku tanyakan kepada Pak Dir tentang anak saya belajar di Pondok.

Wajar kutanyakan, sebab bisa dibayangkan bahwa satu tahun orang tua wara wiri, biaya sekolah, beli barang-barang yang kadangkala hilang dipinjam teman tanpa permisi, uang saku dan suplay vitamin agar anak sehat dan lainnya.

Aku ingin sang anak bisa menimba ilmu agama dan berkembang di Ponpes terkemuka itu. “Pak, saya nanti akan memberikan motivasi anak Bapak,” kata Pak Direktur.

Kemudian, Sastra masukkan ke SMA III Medan atau dikenal dengan Smantig Medan dengan nilai NEM yang memenuhi syarat. Pada saat itu belum berlaku rayonisasi. Kalau berlaku maka Aku yang tinggal di Titi Papan tidak boleh mendaftar.

Smantig merupakan salah satu sekolah yang bonafide dan banyak prestasi di Kota Medan. Sastra diterima dan seiring waktu jiwa berorganisasinya yang kuat mengantarkannya menjadi pemimpin utama dikalangan siswa dan siswi. Sastrajendara didaulat menjadi Ketua Osis (Ketos) tahun 2018/2019 usai memenangkan pemilihan langsung. Layaknya seperti pemilihan kepala daerah. Suatu persaingan berat dan butuh ekstra keras untuk menjadi Ketos pilihan.

Baca Juga :  Harga Sawit Anjlok, Mengapa Bisa Begitu

Salah satu hikmah berorganisasinya ketika kegiatan Smantig Fest di gelar dengan sangat meriah. Tak tanggung-tanggung Gedung Regale menjadi tempat pilihan dan berbondong-bondong siswa dan siswi kelas tiga, para alumni dan undangan lainnya hadir.

Sebagai Ketos, tanggungjawab besar dipundak harus dijalankan untuk kesuksesan acara. Tentunya didukung sama teman-teman panitia lainnya, bimbingan Bapak dan Ibu guru serta para senior.

Untuk menambah kemeriahan malam indah tersebut pihak panitia mengundang Diskopantera. Dahsyatnya lagi acara dihadiri oleh Fiersa Besari. Tahukah anda siapa beliau.  Beliau adalah seorang penulis, musisi, traveller Bandung. Penulis yang dikenal lewat karya buku dan lagu-lagunya yang benuansa puitis.

Selain itu Beliau dikenal sebagai Band yang pembawaannya santai dan mudah dicerna dengan menghadirkan lirik yang penuh makna lewat beberapa albumnya yang menyuguhkan kebahasaan cerdas dan mampu menggugah pendengarnya dengan instrumen yang mengalir tanpa kebisingan.

***

Seiring waktu, kini Sastrajendra sedang menempuh pendidikan di USU Fakultas Hukum Semester 4. Pada usia yang ke-20, Aku sebagai orang tua yang dinasnya nomaden (Prajurit) mengucapkan Mabruk fi Umrik lewat chating japri pada pukul 24.00 WIB,  pada pergantian waktu.

Baca Juga :  Mantan PM Muhyiddin Didakwa Salahgunakan Kekuasaan Dan Uang

Suatu ungkapan kasih sayang agar sang anak tumbuh dan hidup jangan jauh dari sendi-sendi agama dan patuh serta berbakti kepada kedua orang tua, tentunya saudara bersatu dalam ikatan cinta yang kokoh bagaikan tali baja.

Seabrek aktifitas kampus dan organisasi (Kader HMI) dan juga kegiatan Pengadilan Semu di kampus menjadi bagian dari jalan menuju kesuksesan hidup dalam ridha dan bimbingan serta lindungan ilahi.

Waktu masih panjang Sastra. Namun waktu hidup nyawa yang dititip ngak tahu kapan akan terbang melayang. Berbuatlah baik selamat hayat dikandung badan. Insyaallah selamat dunia dan akhirat mendatang. In ahsantum ahsantum liamfusikum. Jikalau kamu berbuat baik maka buah kebaikan nantinya akan mengalir buat pelakunya. Demikian firman Tuhan yang tertera dalam Al-Qur’an.

Sekali lagi, Mabruk fi Umrik ya Sastrajendara. Kami semua sayang sama Sastra. Semoga juga makhluk di bumi dan langit, sayang sama Sastra. Aamiin ya Rabbal ‘Aalamiin.@

Sabang, 20 Maret 2022

Bagikan :
Scroll to Top