Kuala Lumpur | EGINDO.co – Malaysia siap menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat kedua di Asia Tenggara, setelah beberapa lembaga keuangan menaikkan proyeksi pertumbuhan mereka.
HSBC Global Investment Research menjadi lembaga terbaru yang lebih optimis, menaikkan proyeksi pertumbuhan Malaysia untuk tahun 2025 dari 4,2 persen menjadi 5 persen, media lokal melaporkan minggu ini.
Bank tersebut menyoroti upaya proaktif Malaysia dalam diplomasi, khususnya selama KTT Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) yang diadakan di Kuala Lumpur pada bulan Oktober, di mana netralitas negara tersebut membantu mempertemukan mitra dagang utama, New Straits Times (NST) melaporkan pada hari Senin (17 November).
“Dari segi sentimen, optimisme terus meningkat,” kata HSBC dalam sebuah catatan riset.
“Mengingat hasil yang lebih baik dari perkiraan, berkurangnya ketidakpastian perdagangan, dan ketahanan domestik, kami meningkatkan proyeksi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) kami menjadi 5 persen untuk tahun 2025, dari 4,2 persen,” tambahnya.
“Ini berarti Malaysia kemungkinan akan menjadi ekonomi dengan pertumbuhan tercepat kedua di ASEAN, setara dengan Indonesia dan tepat setelah Vietnam.”
Pada 28 Oktober, HSBC menaikkan proyeksi pertumbuhan PDB untuk Vietnam dari 6,6 persen menjadi 7,9 persen, menurut outlet berita VNE Express.
Sebelumnya, dalam laporannya pada 6 Agustus berjudul ‘Perspektif ASEAN: Ketahanan Domestik dalam Fokus untuk ASEAN’, bank tersebut memproyeksikan pertumbuhan PDB Indonesia sebesar 4,5 persen.
HSBC juga menyoroti bahwa perjanjian perdagangan timbal balik Malaysia dengan Amerika Serikat dapat lebih mendukung pertumbuhan ekonomi di negara tersebut dengan mengurangi ketidakpastian perdagangan.
Bank tersebut juga menyebutkan bahwa pariwisata telah pulih sepenuhnya ke level tahun 2019 di Malaysia.
“Secara khusus, (Malaysia) memimpin kawasan dalam menyambut wisatawan Tiongkok, melampaui 20 persen dari tingkat kunjungannya di tahun 2019. Hal ini didukung oleh skema bebas visa dengan Tiongkok dan peningkatan konektivitas penerbangan,” kata HSBC.
“Dengan kampanye ‘Kunjungi Malaysia 2026’ tahun depan, dorongan bagi sektor (pariwisata) kemungkinan akan lebih besar lagi,” tambah HSBC.
Bank-bank lain juga menyuarakan prospek yang lebih cerah untuk Malaysia.
Maybank Investment Bank Bhd, merevisi proyeksi PDB 2025 dari 4,2 persen menjadi 4,7 persen, sekaligus menaikkan proyeksi 2026 menjadi 4,5 persen dari 4,1 persen.
Standard Chartered Global Research juga menaikkan estimasi PDB 2025 menjadi 4,7 persen dari 4,2 persen, dengan alasan ekspansi sembilan bulan Malaysia sebesar 4,7 persen tahun ini.
Permintaan domestik yang tangguh tetap menjadi tumpuan pertumbuhan Malaysia meskipun permintaan eksternal neto terus berfluktuasi, ungkap Maybank.
Dalam laporan yang diterbitkan pekan lalu, Bank Negara Malaysia – bank sentral – menyatakan bahwa perekonomian tumbuh paling pesat pada kuartal ketiga, dengan PDB tumbuh 5,2 persen pada periode Juli-September.
Ringgit Malaysia juga menguat tahun ini, mencapai level tertinggi dalam empat tahun terakhir di RM4,16 per US$1 pada 11 November, dengan Perdana Menteri Anwar Ibrahim menyebutnya sebagai “mata uang dengan kinerja terbaik di Asia”.
Pada Februari 2024, ringgit jatuh ke level terendah sejak Krisis Keuangan Asia di akhir 1990-an, merosot ke RM4,79 per US$1.
OCBC memperkirakan ringgit akan diperdagangkan pada 4,16 per dolar AS pada akhir 2025, dan 4,04 pada akhir tahun depan, ungkap ekonom senior ASEAN bank tersebut, Lavanya Venkateswaran, kepada CNA sebelumnya.
Sumber : CNA/SL