Mal Tua Sarinah Direvovasi, Ada Penampakan “Harta Karun”

Penampakan “Harta Karun”
Penampakan “Harta Karun”

Jakarta | EGINDO.co – Mal tua Sarinah di Jalan Thamrin Jakarta Pusat direnovasi, ada muncul “harta karun” Soekarno. Penampakan ‘harta karun’ Soekarno itu berupa relief di gedung Sarinah yang mana kini menjelang pembukaan kembali gedung mal tertua di Indonesia itu.

Setelah direnovasi besar-besaran, Mal sarinah akan dibuka kembali. Sejarah gedung Sarinah pada era kepemimpinan Presiden Soekarno yakni tahun 1960-an, banyak dana asing dalam bentuk pampasan perang hingga bantuan dari negara lain masuk ke Indonesia.

Dana tersebut digelontorkan Soekarno untuk membangun Denpasar Hotel di Pelabuhan Ratu, Wisma Nusantara dan gedung Sarinah jelang diadakannya Asian Games 1962. Sejak awal Sarinah dimaksudkan sebagai pusat perniagaan.

Sarinah pusat sales promotion barang-barang produksi dalam negeri, terutama hasil pertanian dan perindustrian rakyat. Nama Sarinah muncul dari sosok orang terdekat sebagai ibu pengasuh Soekarno.

Baca Juga :  Raksasa E-Commerce AS Yang Sombong Mencemooh Hukum India

Hal itu terungkap dalam Bung Karno:Penyambung Lidah Rakjat (1966). “Sarinah adalah nama yang biasa. Akan tetapi Sarinah yang ini, bukanlah wanita biasa. Ia adalah satu kekuasaan besar dalam hidupku. Di masa mudaku, aku tidur dengan dia. Kami berdua tidur di tempat tidur kecil. Ketika aku besar, Sarinah sudah tidak ada lagi,” ujar Sukarno.

Bangunannya dirancang dengan bantuan arsitek Abel Sorensen dari Denmark dan dibangun kontraktor Jepang, Obayashi Corporation, yang juga membangun jembatan Sungai Musi di Palembang.

Pembiayaannya berasal dari dana pampasan perang Jepang. Pembangunan Sarinah dimulai pada 17 Agustus 1962. Masa pembangunan yang ditargetkan adalah lima tahun. Paling lambat tanggal 17 Agustus 1966 sudah bisa dipakai. Namun selesainya gedung itu tak bisa menjadi sesuatu yang bisa dibangga-banggakan Sukarno.

Baca Juga :  Ruas Jalan di Depan Stasiun KA Medan Ditutup, Arus Kendaraan Dialihkan

Pada masa era Presiden Soekarno menetapkan di semua tepi Jalan Thamrin dan Jalan Jenderal Sudirman sedikitnya lima tingkat. Beda dengan hari ini gedung-gedung di dua ruas jalan itu menjulang tinggi, pencakar langit.

Dulu Sarinah menjadi kebanggaan Indonesia yakni sebelum 1970. Namun, hari ini sudah berubah di kawasan jalan Thamrin dan jalan Sudirman di Jakarta Pusat tidak lagi menjadi pusat perhatian yang utama seiring dengan banyaknya gedung gedung mewah.@

Bs/TimEGINDO.co

 

Bagikan :
Scroll to Top