Macron Tiba di Gedung Putih untuk Bahas Ukraina dengan Trump

Presiden Macron tiba di Gedung Putih
Presiden Macron tiba di Gedung Putih

Washington | EGINDO.co – Presiden Prancis Emmanuel Macron tiba di Gedung Putih pada hari Senin (24 Februari) untuk melakukan pembicaraan dengan Presiden AS Donald Trump yang diharapkan akan membahas prospek untuk mengakhiri perang Ukraina di tengah perbedaan mencolok tentang bagaimana cara melanjutkannya.

Macron menjadi pemimpin Eropa pertama yang mengunjungi Trump sejak ia kembali berkuasa sebulan lalu. Kedua pemimpin akan berpartisipasi dalam panggilan G7, mengadakan pembicaraan bilateral, dan kemudian memimpin konferensi pers bersama yang dijadwalkan pukul 2 siang waktu setempat.

Perdana Menteri Inggris Keir Starmer akan mengunjungi Trump akhir minggu ini, di tengah kekhawatiran di Eropa atas sikap keras Trump terhadap Ukraina dan pendekatan ke Moskow terkait konflik tiga tahun tersebut.

Baca Juga :  Proyek Sakhalin Penting Untuk Pasokan Energi Yang Stabil

Macron dan Starmer diharapkan akan mencoba meyakinkan Trump untuk tidak terburu-buru mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dengan cara apa pun, menjaga keterlibatan Eropa, dan membahas jaminan militer untuk Ukraina.

Trump dan timnya telah merundingkan perjanjian pembagian pendapatan dengan Ukraina untuk mendapatkan kembali sebagian uang yang telah dikirim pemerintahan Biden sebelumnya ke Kyiv dalam bentuk senjata untuk mengusir Rusia.

Trump mengatakan pada akhir pekan bahwa ia yakin kesepakatan akan segera tercapai.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy Rabu lalu menolak tuntutan AS sebesar US$500 miliar dalam bentuk kekayaan mineral dari Ukraina untuk membayar kembali Washington atas bantuan masa perang, dengan mengatakan bahwa Amerika Serikat sejauh ini belum memberikan jumlah yang mendekati jumlah tersebut dan tidak menawarkan jaminan keamanan khusus dalam perjanjian tersebut.

Baca Juga :  Macron Akan Kunjungi China Atas Rencana Perdamaian Ukraina

Macron mencoba memanfaatkan hubungan dengan Trump yang dibangun selama masa jabatan presiden pertama mereka. Ia mengatakan bahwa menyetujui kesepakatan yang buruk akan berarti menyerahnya Ukraina dan akan menandakan kelemahan bagi musuh-musuh Amerika Serikat, termasuk Tiongkok dan Iran.

“Saya akan katakan kepadanya: Jauh di lubuk hati, Anda tidak boleh lemah di hadapan Presiden (Putin). Itu bukan Anda, itu bukan Anda yang sebenarnya, dan itu tidak sesuai dengan kepentingan Anda,” katanya dalam sesi tanya jawab selama satu jam di media sosial menjelang kunjungan ke Gedung Putih pada hari Senin.

Sumber : CNA/SL

Bagikan :
Scroll to Top