Jakarta | EGINDO.com – Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) menilai banyak indikator statistik yang selama ini dibanggakan pemerintah justru tidak mencerminkan kondisi riil masyarakat.
Hal itu dikatakan Peneliti Senior LPEM FEB UI Teguh Dartanto bahwa perbedaan antara angka statistik dan realita di lapangan dapat memicu keresahan. “Banyak angka-angka statistik itu menjadi sebuah kosmetik ya. Artinya antara angka dan rasa yang dirasakan oleh masyarakat itu berbeda. Sehingga ketika angka dan rasa tidak lagi sama, yang terjadi adalah unjuk rasa,” ujar Teguh dalam Podcast LPEM FEB UI, pada Rabu (3/9/2025) lalu.
Teguh mencontohkan, angka pengangguran yang disebut turun sering kali tidak mencerminkan situasi sesungguhnya. Sebaliknya terjadi banyak pemutusan hubungan kerja (PHK), masyarakat tetap bekerja karena tidak ada jaminan sosial bagi pengangguran di Indonesia.
Akibatnya, banyak yang terpaksa masuk ke sektor informal seperti menjadi pengemudi transportasi daring.
Hal serupa terjadi pada data kemiskinan. Teguh menekankan, meskipun secara nasional angka kemiskinan menurun, kemiskinan di wilayah perkotaan justru meningkat. “Data kemiskinan kita turun, tapi kalau kita mau melihat lebih mendalam, kemiskinan di perkotaan itu naik,” tambahnya.
Ketika harapan masyarakat tidak sesuai dengan kenyataan, diperparah dengan isu ketidakadilan di kelas menengah bawah serta perilaku elite yang dianggap kurang pantas, Teguh menilai hal itu dapat memicu ledakan kemarahan sosial.@
Bs/timEGINDO.com