Jakarta | EGINDO.co – Libur panjang sampai lima hari dimana cuti bersama yang ditetapkan pemerintah diprotes buruh, dikecam pengusaha. Pemerintah menambah cuti bersama Idul Adha menjadi 5 hari yang dihitung hari Sabtu dan Minggu.
Pemerintah memutuskan menambah cuti bersama Hari Raya Idul Adha 1444 Hijiriyah. Keputusan tertuang dalam Surat Keputusan Bersama Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan, dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 624 Tahun 2023, Nomor 2 Tahun 2023, dan Nomor 2 Tahun 2023.
Beleid itu berisi tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Bersama Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan, dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 1066 Tahun 2022, Nomor 3 Tahun 2022, Nomor 3 Tahun 2022 tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2023.
Menurut Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) sekaligus Presiden Partai Buruh dan KSPI, Said Iqbal kepada media kebijakan tersebut tidak boleh lagi terjadi. Apabila diulang, maka daya saing Indonesia berkurang. Pemerintah harus menetapkan kepastian waktu dan jumlah hari libur sehingga mereka bisa membuat kalender kerja yang pasti, terutama perusahaan yang berorientasi ekspor.
Katanya apabila dibiarkan terus maka akan mengurangi daya saing produk Indonesia. Itulah sebabnya kenapa investor lebih senang investasi di Vietnam, Thailand, dan China ketimbang Indonesia.
Said menilai pemerintah tidak terukur dalam menentukan hari libur cuti bersama dan bisa berakibat pada pengusaha yang harus merubah hari kerja nya dalam satu tahun kalender kerja. Terlalu banyak libur di Indonesia akibat kebijakan pemerintah yang tidak terukur dalam satu tahun kalender kerja.
Sementara itu mantan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi mengaku tidak mengerti alasan pemerintah menambah libur cuti bersama Idul Adha 2023.
Menurut pengusaha senior itu bagi pengusaha kebijakan terbut sangat merugikan dan mengaku pusing karena tidak mengerti apa alasan pemerintah menambah libur cuti bersama. Pengusaha katanya akan sulit sekali, kalau terlalu banyak libur dan hari kejepit macam-macam, menambah banyak hari libur.
Dinilai Sofjan seharusnya Indonesia terus meningkatkan daya saingnya dengan negara lain, dengan meningkatkan produktivitas sedangkan banyak hari libur maka daya saing makin kalah dengan negara lain. Dibandingkannya waktu kerja di Indonesia 40 jam per pekan sudah kalah dengan negara-negara pesaing. Di negara lain 50 jam seminggu di Indonesia 40 jam seminggu dipotong hari libur.@
Bs/timEGINDO.co