Oleh: Hasnil Aflah , S.Sos.,M.I.Kom
TULISAN ini masih ada kaitannya dengan Peristiwa Penyembelihan Nabi Ismail namun yang dipaparkan adalah tentang proses komunikasi interpersonal efektif Nabi Ibrahim terhadap Nabi Ismail yang luar biasa hebatnya. Sebelum menjelaskan komunikasi Nabi Ibrahim maka penulis menyelipkan tentang apa itu komunikasi.
Ada beberapa pengertian menurut para ahli dan penulis cukup menuliskan dua pengertian komunikasi. Komunikasi menurut Everett M. Rogers adalah suatu proses di mana sebuah ide dikirimkan dari sumber satu ke satu penerima atau lebih yang bertujuan untuk merubah tingkah laku mereka. Dan Harold Lasswell memaparkan Komunikasi adalah gambaran dalam menjawab pertanyaan siapa yang mengatakan apa, dengan saluran ke siapa, dan dengan pengaruh yang bagaimana.
Intinya dari dua pengertian komunikasi menurut para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi itu merupakan proses pertukaran dan pemahaman informasi antara dua pihak atau lebih dan melibatkan penyampaian pesan atau informasi dari satu pihak kepada pihak lainnya, sehingga pesan tersebut dapat dimengerti dan dipahami. Dan tentunya arah komunikasi ini jika baik cara atau metode komunikasi yang disampaikan ke orang lain maka baik juga respon orang yang menerima pesan dan sebaliknya jika buruk cara penyampaiannya dan terkesan bringas maka begitu juga penerimaan lawan bicara.
Lantas bagaimana komunikasi Nabi Ibrahim terhadap Nabi Ismail ketika meminta putranya harus siap menerima perintah/ wahyu dari Allah untuk disembelih? Peristiwa penyembelihan Nabi Ismail itu terjadi pada usia Nabi Ismail masih remaja, sekitar kurang lebih 15 -18 tahun dan beliau belum diangkat menjadi nabi. Sedangkan Nabi Ibrahim saat itu sudah memasuki usia 85 atau 86 tahun yang pastinya usia yang sudah sangat senja. Diusia yang tidak muda lagi maka tidak heran jika komunikasi yang dibangun Nabi Ibrahim kepada Nabi Ismail itu bukan sambil lalu atau dengan kekerasaan apatah lagi beliau Nabi Allah, kekasih Allah insan yang sangat istimewa (khalilullah) dan juga beliau dijuluki sebagai Bapak para nabi (abul anbiya) karena ternyata banyak lahir para nabi dari keturunannya. Sebanyak 19 keturunan Nabi Ibrahim disebutkan dalam Al-Quran menjadi nabi, dari total 25 nabi yang disebutkan.
Semakin matang seseorang dalam segala aspek di dirinya pastinya akan berperilaku sangat tenang, wara’ dan tentunya mengayomi serta sangat berhati-hati dalam berbicara. Apalagi Nabi Ibrahim yang diusia 86 tahun dia harus mengajak putranya yang remaja untuk bisa memahami perkataannya tentang adanya perintah dari Sang Rabb mereka agar Nabi Ismail mau dan siap lahir batin mengorbankan dirinya untuk disembelih. Pastinya itu tidak mudah dan tentunya rasa sedih tak tertahankan oleh nabi dan tidak akan sanggup melepas putra kesayangan yang sudah lama dia nantikan namun ternyata dia harus ikhlas untuk melepas putranya untuk disembelih.
Proses komunikasi yang dilakukan Nabi Ibrahim inilah yang tentunya menunjukan kehebatan beliau sebagai ayah yang sudah matang dan tentunya karena beliau adalah seorang nabi bukan insan sembarangan. Ada beberapa aspek yang bisa dilihat dari konsep komunikasi interpersonal Nabi Ibrahim terhadap Nabi Ismail:
- Ketulusan, Keterbukaan dan Kejujuran: Nabi Ibrahim menyampaikan mimpi dan perintah Allah kepada Ismail dengan terbuka dan jujur, tanpa ada yang di tutup – tutupi dan pastinya dengan cara yang tulus sebagai ayah dan tentunya sosok seorang Nabi. Hebatnya Nabi Ibrahim ini, beliau mengajak Nabi Ismail yang masih remaja berbincang membahas proses penyembelihan dengan tidak ada paksaan, ancaman dengan alasan ini merupakan perintah Allah namun beliau lakukan dengan cara pelan-pelan, membuka pemikiran anak remaja untuk terlibat berdiskusi dalam mengkaji perintah Allah yang telah diterima Nabi Ibrahim dalam sebuah mimpi.
- Komunikasi yang Demokratis. Begitu demokrasinya cara Nabi Ibrahim mengajak Nabi Ismail itu berbincang dengan membuka peluang agar putranya juga memberikan saran maupun solusi dan Nabi Ibrahim begitu menghormati serta menghargai pendapat putranya.
- Kepatuhan dan Ketaatan. Kedua insan mulia ini, Nabi Ibrahim maupun Ismail menunjukkan kepatuhan dan keta’atan yang begitu hebat atas perintah Allah, meskipun perintah yang Allah ajukan itu sangatlah berat buat kedua sosok mulia.
- Keikhlasan dan Kesabaran. Beliau adalah seorang insan mulia, dengan latar belakang kenabiannya, Nabi Ibrahim menunjukkan ketulusan sera keikhlasannya dalam menjalankan perintah Allah, sementara Ismail diusianya yang masih remaja diluar ekspektasi seorang ayah malah menunjukkan kesabaran dan kesiapannya atas takdir yang telah ditentukan untuknya dari Rabbnya. Setelah komunikasi berjalan dengan baik, dengan pertimbangan dan tentunya bahwa peristiwa ini adalah perintah Allah maka Nabi Ismail pun menerima perintah Allah dengan penuh keikhlasn dan kesabaran.Pastinya kita merasakan bagaimana hebatnya iman Nabi Ismail dan kepatuhanya terhadap orangtua serta ketaatannya kepada Allah.
- Komunikasi Interpersonal yang Efektif. Kenapa dikatakan komunikasi interpersonal efektif? Karena dialog yang terjadi antara Nabi Ibrahim dan Ismail ini dua arah, tatap muka dan tentunya ada umpan balik (solusi, saran serta keputusan) sehingga menunjukkan kualitas hubungan dan saling membantu dalam pengambilan keputusan serta tidak ada kesalahpahaman. Komunikasi ini juga mengarahkan bagaimana kemampuan mendengarkan dengan penuh perhatian dan memahami perspektif orang lain. Hal ini bisa dilihat dari proses Nabi Ibrahim mengajak Ismail untuk berdialog tentang perintah sembelih dan hasilnya diluar ekspektasi seorang ayah karena itu melibatkan serta memberikan perhatian penuh saat orang lain berbicara, bertanya untuk mengklarifikasi, dan memberikan umpan balik yang relevan. Dengan trik komunikasi nabi terhadap putranya yang masih remaja bisa kita cermati tidak ada anjuran orangtua berbicara dengan anak remaja dengan melakukan kekerasan, pemaksaan kehendak kita selaku orangtua. Tidak ada anggapan bahwa anak remaja belum layak memberikan pendapat atau saran. Semua keputusan ditangan orangtua, dan harus di turuti. Artinya semua itu disangkal dengan sistem komunikasi yang Nabi Ibrahim lakukan. Tentunya dengan peristiwa seberat ini saja Nabi Ibrahim masih membangun komunikasi yang baik dengan putranya Nabi Ismail yang masih usia remaja sehingga bisa menghasilkan solusi terbaik buat kebaikan mereka berdua untuk melaksanakan perintah Allah Subhanahu Wata’ala.
Hikmah dari kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya:
- Komunikasi yang tulus, terbuka, dan jujur dalam keluarga. Tidak ada yang di sembunyikan.
- Dalam lingkungan keluarga membangun komunikasi dengan cara menghargai dan memahami satu sama lain/anggota keluarga
- Memiliki rasa keikhlasan dan kesabaran dalam menghadapi ujian apapun sehingga mampu mengambil hikmah dari setiap peristiwa walaupun yang dilalui itu berat.
- Menunjukkan rasa kepatuhan dan ketaatan pada perintah Allah, meskipun berat. Misalnya melaksanakan sholat subuh, berpuasa dan sebagainya.
Dengan kata lain, kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail memberikan contoh nyata buat semua insan dimuka bumi ini tentang bagaimana komunikasi yang baik dapat memperkuat hubungan, meningkatkan iman, dan tentunya membawa kita menjadi pribadi yang mampu dan kuat melewati semua masalah. Pastinya setiap masalah ada solusinya. Wallahu’alam bishowab, BaarakAllaah fiekum.@
***
Hasnil Aflah ,S.Sos., M.I.Kom adalah pengurus Majelis Lingkungan Hidup Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Medan dan PRA Sudirejo I Medan