Perjalanan bantuan kemanusiaan BKM Mesjid Al Kautsar bersama dengan elemen pemuda hijrah yang menghimpun dana dari masyarakat lingkungan IV Mabar hilir Medan Deli dan elemen lainnya pada minggu 21 Desember 2025 menyisakan cerita yang sangat mengesankan bagi tim penyalur. Perjalanan ini dimulai dari pemberian bantuan di Desa Purwodadi Kecamatan Sungai Liput Aceh Tamiang, Desa Purwosari Khusus Dusun Blok I Kecamatan Karang Gandis dan Desa Babo Kecamatan Tamiang Hulu seluruhnya ada di Kabupaten Aceh Tamiang.
Perjalanan tim dimulai saat pukul 03.15 WIB dini hari dari lingkungan IV Mabar Hilir Medan tepatnya di lingkungan Mesjid Al Kautsar. Jumlah tim yang berangkat sebanyak 14 orang yang dipimpin oleh ketua BKM Mesjid dan di Komandoi oleh koordinator lapangan. Jumlah kendaraan yang berangkat 3 unit mobil diantanya satu unit mobil pickup yang mengangkut logistik bantuan, satu unit mobil avanza pengangkat tim dan sebagian logostik bantuan serta satu unit mobil kijang LGX yang mengangkut tim dan sebagian logistik.
Tim mulai perjalanan dengan memasuki gerbang tol tanjung mulia dan tiba di gerbang tol Pangkalan Brandan saat kumandang azan subuh. Tim melaksanakan sholat subuh dan saraban di gerbang tol sebelum menuju ke lokasi pertama. Setelah melaksanakan sholat dan sarapan pagi tim kemudian melanjutkan perjalanan menuju Aceh Tamiang tempat bencana banjir.
Pada pukul 6.30 WIB tim tiba dilokasi pertama di Desa Purwodadi Kecamatan Sungai Liput Aceh Tamiang, tim membagikan bantuan logistik dan sebagian pakaian layak pakai kepada warga korban bencana. Di titik pertama ini sedikit terjadi gesekan ringan antar penerima (ibu-ibu) dikarenakan tidak adanya posko perantara sebagai penyalur bantuan, namun hal itu bisa segera diatasi atas kesigapan tim.
Sesaat sebelum meninggalkan lokasi pertama senyum ramah warga menghiasi kepergian kami dan ucapan terima kasih serta pesan untuk kembali dengan membawa tikar sebagai alas untuk duduk dan tidur mereka. Di titik ini sempat tim menanyakan ketinggian air yang menggenangi hunian mereka, informasi yang didapat tim ketinggian air mencapai batas pelapon (langit rumah) yang paling tinggi diantara rumah yang lain. Sudah bisa disimpulkan dilokasi ini banjir hampir menenggelamkan seluruh rumah dan tersisa batas atap rumah. Di lokasi ini tidak ada korban jiwa dari masyarakat sekitarnya, akan tetapi warga menanggung korban harta benda berupa peralatan dan perlengkapan rumah tangga yang habis terendam air.
Selanjutnya kami berangkat menuju titik kedua di Desa Purwosari Dusun Blok I Kecamatan Karang Gandis Kabupaten Aceh Tamiang. Saat meuju kelokasi salah satu kendaraan kami mengalami kerusakan dan kamipun sempat berhenti beberapa saat untuk memperbaiki kerusakan kebetulan ada personil yang dapat memperbaikinya. Setelah dirasa aman dan bisa terkendali kamipun langsung berangkat menuju lokasi.
Diperjalanan ini kami mendapati banyak rumah dari bahan kayu yang ikut hanyut terbawa air, berpidah dari tempat awal berdirinya. Dititik kedua kami menempuh jarak lebih kurang 3 jam. Sepanjang jalan kami membagikan bingkisan jajanan dan susu untuk anak-anak yang terlihat berdiri dipinggir jalan. Di dusun ini terdapat sebanyak 80 rumah, dari jumlah tersebut hanya 12 rumah yang masih utuh tidak bergeser dari tempat didirikan. Saat kami masuk melalaui jalan utama menuju Dusun tersebut terlihat banyak peralatan rumah tangga yang berserakan di pinggir jalan dan bahkan sampai dibawah rerimbunan pohon sawit.
Disamping itu pula ada beberapa potong kayu dan kandang hewan yang tersangkut di tiang listrik dan pohon sawit. Hal ini menunjukkan betapa dahsyatnya banjir yang menggenangi sebagian besar kawasan Aceh Tamiang. Kami mendapat informasi dari penduduk setempat yang menjemput kami bahwa akses jalan menuju Dusun mereka baru 3 atau 4 hari bisa diakses oleh kendaraan roda empat. Karena ketebalan lumpur yang menutupi jalan dan ada beberapa longsor kecil dan pohon tumbang yang menutupi jalan. Kondisi ini tidak menyurutkan langkah kami menuju lokasi bahkan menambah semangat kami untuk berjumpa dengan saudara sebangas kita yang tertimpa bencana disini.
Setibanya dilokasi kami melihat bahwa benar terlihat bekas banjir hampir menutupi pohon sawit yang tingginya lebih kurang 25 meter bisa dibayangkan betapa genangan air banjir saat itu benar-benar menenggelamkan seluruh rumah penduduk dan harta bendanya termasuk ternak mereka. Saat memasukki perkampungan penduduk terlihat rumah yang sudah tak beratap, rumah dari kayu yang sudah bergeser, bahkan rumah yang rubuh karena terjangan air. Fasilitas umum seperti sekolah dan mesjid tidak luput ikut tenggelam oleh air banjir, hal ini dapat dilihat dari bekas genangan air yang membekas di dinding tembok fasilitas tersebut. Kami berhenti disalah satu rumah warga dan berdiskusi dengan penduduk setempat yang dipimpin oleh kepala dusun.
Awalnya kami akan membagikan paket bantuan ke masing-masing rumah. Akan tetapi kepala dusun dan warga menyarankan agar paket bantuan tersebut diserahkan di posko tempat penerimaan bantuan. Kami menyetujui masukkan mereka dan menyerahkan ke posko. Keputusan ini dibuat agar tidak terjadi gesekan atau kericuhan antar warga dalam menerima paket bantuan tersebut. Mereka penduduk dusun membuat kesepakatan bersama dengan kepala dusun agar paket bantuan dikumpulkan dan nantinya diserahkan ke warga secara adil dan merata.
Dititik kedua ini kami bersitirahat dirumah warga lebih kurang 3 jam, kebetulan rumah warga yang kami singgahi memiliki hubungan keluarga dengan salah satu tim kami. Hal ini memungkinkan bagi kami untuk leluasa bersitrirahat. Dalam waktu istirahat tersebut banyak tim yang memanfaatkan untuk tidur menyimpan tenaga untuk menuju ke titik ketiga. Sesaat sebelum tidur tuan rumah sempat memetik kelapa segar untuk kami nikmati bersama. Tim bercerita dengan tuan rumah terkait bencana banjir yang menimpah mereka. Terlihat diwajah mereka raut sedih dan takut ketika banjir kapan saja akan kembali menimpah mereka. Akan tetapi dibalik kesedihan mereka tetap ada senyuman dan canda tawa saat tim berkisah dengan mereka.
Setelah dirasa cukup lama dan kami sudah menyimpan tenaga penuh, kamipun melanjutkan perjalanan kami menuju titik ketiga atau terakhir di misi bantuan ini. Kami berpamitan kepada pemilik rumah dan warga yang berdekatan. Sepanjang perjalanan kami menuju keluar dusun tersebut kami menyapa warga dan memberikan bingkisan jajanan dan susu kepada anak-anak yang terlihat dipinggir jalan. Kamipun terus melaju dengan kendaraan kami menuju lokasi ketiga yaitu desa Babo.
Dalam perjalanan kami menuju Desa Babo terlihat jalanan yang sudah di netralisir oleh petugas dari timbunan lumpur agar bisa diakses dan tak sedikit pula jalan yang rusak yang harus kami lalui untuk menuju Desa Babo. Setibanya kami di Desa Babo terlihat hamparan sawah yang sudah tertimbun lumpur, beberapa rumah yang rubuh dan tertimbun lumpur terlihat sangat menyedihkan. Kamipun beberapa kali membagikan bingkisan kecil untuk anak-anak yang berdiri disepanjang jalan menuju pusat Desa Babo.
Tidak berapa lama kamipun tiba dilokasi pusat Desa Babo pandangan kamipun tercengang dan sedih. Mata kami tidak bisa dibohongi untuk tidak sedih melihat kondisi Desa saat itu, terlihat rumah yang sudah tanpa wujud di sepanjang jalan yang kami lalui. Timbunan lumpur terlihat sangat tebal menutupi lantai rumah. Hampir sudah dipastikan 99% rumah penduduk Desa Babo habis diterjang banjir. Kami melanjutkan perjalanan untuk mencari titik tempat kami menyalurkan paket bantuan. Terlihat disepanjang jalan warga desa yang berdiri dan beristirahat di tenda-tenda yang dibangun oleh pemerintah termasuk dari BNPB dan Kemensos. Tidak sedikit pula tenda-tanda yang didirikan secara swadaya bantuan dari masyarakat. Dari tiga titik yang kami kunjungi di Desa Babo ini merupakan titik terparah dari terjangan banjir. Karena letak Desa memang berdekatan dengan sungai, maka secara logita wajar jika kondisi separah akan dialami.
Setelah kami berjalan dengan kendaraan beberapa kilo meter kami mendapati ada sebuah Mesjid yang menjadi tempat pengungsian dan dapur umum untuk warga. Kami putuskan memberikan paket bantuan melalui Mesjid tersebut agar sampai ke warga secara merata. Kami menjumpai pengurus mesjid agar bantuan segera kami serahkan dan disalurkan ke warga. Setelah penyerahan paket bantuan selesai kamipun melanjutkan perjalanan menuju pulang ke Medan.
Saat menuju pulang jalan yang kami tempuh berbeda dengan jalan saat kami menuju Desa Babo, kami memilih jalan lain yang lebih mudah untuk diakses berdasarkan keterangan dari warga Babo. Sepanjang perjalanan kami menyerahka beberapa paket jajanan dan makanan siap saji yang masih ada didalam mobil kepada anak-anak dan warga. Tidak ada kendala berarti yang kami alami dalam perjalanan pulang, namun beberapa kali mobil pickup berhenti karena baut bak yang kendur.
Ditengah perjalanan mobil pickup kami kembali mengalami kendala di bagian roda ban, akhirnya kamipun berhenti di Desa Bandar Pusaka karena waktu Maghrib akan tiba. Semabri menunggu waktu sholat mobil pickup kami dicek dan diperbaiki dibantu oleh warga setempat. Dan Alhamdulillah kendaraan kami tidak mengalami kerusakan serius.
Setelah kami melaksanakan Sholat kemudian kami makan malam di depan rumah salah satu warga tempat mobil kami diperbaiki. Melihat sekeliling kawasan Desa Bandar Pusaka ternyata Desa ini juga bagian dari yang terdampak banjir yang dalam karena ketinggian mencapai tiga meter. Hal tersebut terlihat dari bekas genangan banjir yang mengenai batas plapon rumah warga. Akan tetapi banjir yang menggenangi Desa tersebut hanya dalam bentuk air tidak sampai membawa lumpur. Sehingga seperti tidak terlihat bahwa Desa tersebut juga tertimpa musibah banjir.
Disekitaran kami berhenti dan beristirahat terlihat ada tenda dari BNPB yang digunakan untuk posko penerimaan bantuan. Berhubung paket bantuan yang kami bawa sudah habis dan tinggal tersisa nasi kotak siap saji sebanyak 30 kotak, kamipun akhirnya menyerahkan bantuan tersebut sebagai bentuk empati kami walaupun jumlahnya tidak seberapa dan kami berharap dapat membantu warga setempat. Setelah dirasa semua sudah selesai dan kami melanjutkan perjalanan pulang menuju Medan.
Perjalanan penyaluran bantuan kami ke Aceh Tamiang dari Mesjid Al Kautsar berikut bantuan donasi dari warga lingkungan IV Mabar Hilir, Pabrik dan pergudangan KIM, donasi dari alumni Fakultas Pertania Prodi AGB ’98 Univerversitas Bengkulu dan rekan-rekan sahabat yang tidak bisa kami sebutkan secara keseluruhan berakhir dengan sukses sampai ketujuan. Semoga bantuan yang disalurkan kepada korban banjir dengan penuh keikhlasan menjadi sedikit pengobat luka dan sedih para korban. Dan kepada donatur semoga bantuan tersebut menjadi catatan kebaikan kita di Dunia dan Akhirat. Kepada seluruh pihak yang terlibat semoga tetap semangat dalam berbuat kebaikan, dan jangan letih menjadi orang baik dan bermanfaat. (Mailina Harahap)
***