Ketum PBBD Taulim P. Matondang: Banggalah Jadi Orang Batak Sebagai Pemersatu Bangsa

Taulim P Matondang
Taulim P Matondang

Medan | EGINDO.com – Menjelang Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia, Perserikatan Bangso Batak Sedunia (PBBD) mengajak semua orang-orang Batak agar tetap bangga sebagai orang Batak yang menghargai sejarah, adat budayanya dan harus mampu sebagai alat pemersatu bangsa.

Hal itu disampaikan Ketua umum (Ketum) Perserikatan Bangso Batak Sedunia (PBBD) Taulim P. Matondang kepada EGINDO.com pada Jum’at (8/8/2025) di Medan sehubungan menyambut HUT ke-80 Kemerdekaan Indonesia.

Ketua umum PBBD menyebutkan sudah waktunya menjalin persatuan dan kesatuan bangsa sebagai salah satu suku yang ada di Indonesia. Menurutnya, akhir-akhir ini semakin marak berkembang isu-isu atau statemen sejarah batak yang dibuat oleh pihak-pihak yang mungkin kurang memahami sejarah atau bahkan sebagai upaya pembelokan sejarah.

Pendapat atau statemen sejarah yang marak di media sosial saat ini, seolah-olah pendapat pribadi atau kelompok yang malu disebut sebagai orang batak. “Memang, fenomena itu bukanlah hal baru di era ini. Karena masa penjajahan Belanda juga sudah muncul melalui politik “devide et impera” yang menyebut tidak ada batak. Tapi yang ada yaitu, par Silindung, par Toba, Barus, dan lain-lain yang identik menekankan daerah asal atau daerahisme,” kata Taulim P Matondang.

Seiring perkembangan zaman, masuknya budaya-budaya luar, nampak ada kecenderungan pada generasi milenial batak, mulai meninggalkan budaya dan bahasa batak, bahkan ada yang tidak mau menyebut marganya.

Padahal kata Matondang, ciri-ciri batak adalah pertama punya marga. Kedua punya bahasa sendiri yaitu bahasa batak. Ketiga punya aksara yaitu aksara batak dan keempat punya adat dan budaya seperti ulos batak dan dekke batak.

Sedangkan daerah adalah wilayah pesebaran dan bermukimnya orang-orang batak dari daerah asal atau bona pasogit. Daerah asal atau bona pasogit batak adalah pulau Samosir, Kecamatan Sianjurmula-mula. Mereka hijrah dari daerah asal, tentu ke wilayah-wilayah terdekat seperti, Toba atau Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Sipirok atau Tapanuli Selatan, Simalungun, Karo, Dairi, Pakpak bahkan sampai ke Aceh Tenggara.

Agar generasi penerus batak atau yang disebut generasi milenial dan generasi Z tidak kehilangan jatidiri sebagai batak, diharap kepada para orangtua tetap mengedukasi anak-anaknya tentang sejarah batak, dimulai dari marganya dan tetap memakai.

“Selain memakai marga, perlu juga dijelaskan tentang kaitan dengan marga ibu, sehingga terjalin sisten kekerabatan dan Dalihan Na Tolu. Dengan demikian akan tertanam jiwa bangga sebagai orang batak,” kata Taulim P Matondang menegaskan.@

Rel/fd/timEGINDO.com

Scroll to Top