Jakarta|EGINDO.co Gelombang demonstrasi yang kembali berlangsung di beberapa wilayah Tanah Air menimbulkan kekhawatiran akan dampaknya terhadap sektor perbankan. Meski demikian, sejumlah pihak optimis bahwa fondasi keuangan nasional tetap kokoh.
Stabilitas Operasional Terjaga
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan bahwa sistem perbankan nasional tetap stabil meski menghadapi gejolak sosial dan politik. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menyatakan bahwa dampak dari unjuk rasa masih bersifat terbatas dan belum mengganggu pelayanan. “Aktivitas perbankan berjalan normal, baik dari sisi operasional maupun pelayanan kepada masyarakat,” ujarnya.
Bank Mandiri Terus Beroperasi Secara Normal
Menambah keyakinan tersebut, Bank Mandiri memastikan bahwa seluruh layanan tetap berfungsi walaupun kantor mereka berada di dekat lokasi demonstrasi. Vice President Bank Mandiri Region II, Bambang Indro Panoyo, menyampaikan:
“Seluruh fasilitas perbankan, termasuk mesin ATM, beroperasi normal… Kami memastikan nasabah tetap bisa bertransaksi dengan aman.”
Fondasi Perbankan Kini Lebih Kuat
Menurut laporan OJK per Juni 2025, rasio kecukupan modal (CAR) berada di level 25,79%, jauh di atas batas minimum, sedangkan likuiditas juga masih solid dengan AL/NCD sebesar 118,78% dan AL/DPK sebesar 27,05%. Dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 6,96% menjadi Rp 9.329 triliun, dengan pertumbuhan tertinggi pada giro dan tabungan.
Dari Bangkok hingga Kredit, Semua Tertahan dengan Baik
Selain isu demonstrasi lokal, sektor kredit juga mengalami perlambatan—namun tanpa mengganggu stabilitas. Data OJK menunjukkan pertumbuhan kredit bank pada Juli 2025 tetap berada di sekitar 7,03% YoY. Meskipun melambat, rasio NPL masih terkendali di 2,28%, sedangkan LaR turun menjadi 9,68%. Likuiditas tetap terjaga dengan angka AL/NCD sebesar 119,43% dan AL/DPK sebesar 27,08%.
Sementara demonstrasi memicu kecemasan publik, sektor perbankan Indonesia menunjukkan ketangguhan yang patut diapresiasi. Fondasi modal yang tebal, likuiditas memadai, serta penggunaan teknologi memperkuat daya tahan sistem keuangan nasional. Di sisi lain, perlambatan kredit masih dalam batas yang wajar, mencerminkan siklus ekonomi yang sehat. Meski tak identik, sensasi krisis 1998 kini tak terulang.
Sumber: Bisnis.com/Sn