Beijing | EGINDO.co – Kementerian Luar Negeri China pada hari Jumat (9 Juni) mengatakan “menyebarkan rumor dan fitnah” adalah taktik yang biasa dilakukan oleh Amerika Serikat, menyusul sebuah laporan media bahwa Beijing telah mencapai kesepakatan dengan Kuba untuk membangun fasilitas penyadapan elektronik di pulau tersebut.
Mengutip pejabat AS yang mengetahui informasi intelijen rahasia, Wall Street Journal mengatakan bahwa instalasi mata-mata semacam itu akan memungkinkan Beijing untuk mengumpulkan komunikasi elektronik dari Amerika Serikat bagian tenggara, yang merupakan lokasi dari banyak pangkalan militer AS, dan juga memonitor lalu lintas kapal.
Kuba dan China pada prinsipnya telah mencapai kesepakatan, kata para pejabat AS, dengan China akan membayar Kuba “beberapa miliar dolar” untuk stasiun penyadapan tersebut, menurut Journal.
John Kirby, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, mengatakan kepada Reuters pada hari Kamis bahwa laporan tersebut “tidak akurat”, tetapi tidak mengatakan apa yang menurutnya tidak akurat.
Ketika ditanya mengenai dugaan pangkalan mata-mata tersebut dalam sebuah konferensi pers rutin, juru bicara kementerian luar negeri China Wang Wenbin mengatakan: “Amerika Serikat adalah kerajaan peretasan paling kuat di dunia dan dikenal sebagai kekuatan penyadap.”
Dia juga mengkritik kebijakan AS terhadap Kuba.
“Seperti yang kita semua tahu, menyebarkan rumor dan fitnah adalah taktik umum Amerika Serikat, dan mencampuri urusan dalam negeri negara lain secara sembrono adalah hak patennya,” kata Wang.
“Amerika Serikat harus merefleksikan dirinya sendiri dan berhenti mencampuri urusan dalam negeri Kuba di bawah panji kebebasan dan demokrasi, dan segera membatalkan embargo ekonomi, komersial, dan keuangan terhadap Kuba.”
Kesepakatan yang dilaporkan ini dapat menimbulkan pertanyaan mengenai kunjungan jangka pendek ke China yang menurut para pejabat AS sedang direncanakan oleh Menteri Luar Negeri Antony Blinken.
Washington dan Beijing telah mengambil langkah-langkah tentatif untuk meredakan ketegangan yang semakin memburuk setelah sebuah balon udara yang dicurigai sebagai mata-mata China melintasi Amerika Serikat awal tahun ini dan mendorong Blinken untuk membatalkan kunjungan sebelumnya ke Beijing.
Wakil Menteri Luar Negeri Kuba Carlos Fernandez de Cossio menepis laporan tersebut sebagai “sangat tidak masuk akal dan tidak berdasar”, dan menyebutnya sebagai rekayasa AS yang dimaksudkan untuk membenarkan embargo ekonomi yang telah berlangsung selama puluhan tahun terhadap pulau tersebut.
Kuba menolak semua kehadiran militer asing di Amerika Latin dan Karibia, katanya.
Sebuah pangkalan di Kuba, yang terletak 150 km di lepas pantai selatan Florida, akan menjadi tantangan paling langsung bagi Amerika Serikat.
Uni Soviet memiliki fasilitas mata-mata elektronik di Kuba yang komunis untuk memantau Amerika Serikat.
Namun pada tahun 1962 ketika Moskow pindah untuk menempatkan rudal nuklir di Kuba, Amerika Serikat mengumumkan karantina pulau itu dalam sebuah krisis yang mengancam akan membawa kedua negara adidaya itu ke dalam perang, sampai Moskow mundur.
Washington kemudian memindahkan rudal-rudal berkemampuan nuklirnya dari Turki, yang dianggap Soviet sebagai ancaman bagi mereka.
Sumber : CNA/SL