Kenaikan Isa Al-Masih Atau Yesus Kristus Ke Surga

Ilustrasi - Yesus Kristus naik ke surga, hal yang diyakini umat Kristiani. (id.wikibooks.org)
Ilustrasi - Yesus Kristus naik ke surga, hal yang diyakini umat Kristiani. (id.wikibooks.org)

Jakarta | EGINDO.co –  Hari ini, Kamis (30/5/2019) merupakan libur nasional terkait Hari Raya Kenaikan Isa Al-Masih atau Yesus Kristus.

Apa sih Hari Raya Kenaikan Yesus Kristus ke Surga, dan apa maknanya? Berikut penjelasan Mgr FX Hadisumarta Ocarm.

Pada Hari Raya Kenaikan Tuhan Yesus Kristus ke surga, dalam Bacaan Pertama kita mendengar ucapan malaikat dari surga, “Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri menatap ke langit? Yesus yang terangkat ke surga meninggalkan kamu ini akan kembali dengan cara yang sama seperti kamu lihat Dia naik ke surga.” (Kisah Para Rasul 1:11)

 

Marilah kita merenungkan bersama apakah sebenarnya yang disebut Surga bagi kita.

Dalam bahasa liturgi diucapkan, “Kemuliaan kepada Allah di surga, dan damai di bumi kepada orang yang berkenan pada-Nya”. Tanpa tahu dengan tepat, pada umumnya bagi kita “surga” adalah tempat kediaman ilahi, seperti terungkap dalam bahasa liturgi tersebut.


Ilustrasi – Lukisan menunjukkan Yesus Kristus naik ke surga (midiankhsirait.files.wordpress.com)

 

Tetapi makin maju pengetahuan manusia di bidang ilmu pengetahuan teknik/fisika, pengertian tentang surga makin sulit dipahami dan diterima. Surga lebih dilihat dengan pandangan dan perhitungan sistem planet dan surya. Maka bisa dimengerti mengapa ada seorang astronaut/antariksawan Rusia, sesudah mengelilingi angkasa luas berkata, “Aku telah mengelilingi angkasa luas cukup lama, tetapi tidak menjumpai Allah di mana pun!”

Bila kita sebagai orang beriman kristiani berdoa, “Bapa kami yang ada di surga”, perlulah kita ini mengetahui apa sebenarnya “surga” itu. Kita harus selalu ingat, bahwa Kitab Suci menyesuaikan bahasa yang dipakainya dengan bahasa yang berlaku. Untuk bidang ilmiah atau alamiah pun digunakan istilah atau kata atau bahasa umum. Misalnya, Matahari terbit dan matahari terbenam. Tetapi Kitab Suci sungguh tahu dan mengajarkan, bahwa Allah berada di surga, di dunia, di bumi dan di tempat lain.

Baca Juga :  Syarat Menyeberang Pelabuhan Merak Dan Aturannya

Kitab Suci juga mengajarkan bahwa Allah lah yang menciptakan surga dan dunia, namun tidak mungkin bahwa semua itu membatasi kehadiran-Nya di tempat itu saja. Maka apabila Kitab Suci mengatakan, bahwa Allah “ada di surga”, maksudnya ialah bahwa Allah memang jauh di luar jangkauan kita, atau bahwa surga memang berada di luar jangkauan bumi kita.

Sebagai umat Allah, kita umat beriman kristiani yakin, bahwa surga sebagai tempat kediaman Allah lebih kita anggap atau kita pahami sebagai suatu status keberadaan (status essensi, a state of being), bukan sebagai suatu tempat tinggal. Kita sadar bahwa tidak mungkinlah, bahwa Allah sungguh-sungguh ada “di atas” atau “di bawah”. Tetapi kita juga tidak beranggapan, bahwa surga memang tidak ada.

Kita hanya mau menegaskan, bahwa kita ini memang tidak mempunyai suatu gambaran atau pengertian guna merumuskan bentuk kehadiran Allah secara tepat dan benar. Apabila kita bertanya kepada seseorang yang buta sejak kelahirannya tentang warna-warna yang berlainan, seperti warna putih, hitam, merah atau hijau dan sebagainya, jelaslah bahwa si buta itu tidak mampu menjawabnya. Mengapa? Karena kita manusia hanya dapat membedakan warna melalui mata atau pengelihatan kita!

Baca Juga :  Dolar Makin Kuat, Rupiah Masih Berisiko Melemah

Dengan demikian kita tidak dapat mengerti atau menerangkan apa arti surga atau hidup kekal, yang tidak berada di suatu ruang atau waktu kita di bumi yang dapat kita lihat.

Dengan menunjuk hal-hal pertimbangan yang telah kita sebut itu, timbullah pertanyaan ini. Apakah artinya, “Yesus naik ke surga”? Dan jawaban pertanyaan itu terdapat dalam Syahadat (“Credo”): “Ia naik ke surga duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang mahakuasa”.

Dikatakan bahwa Kristus naik ke surga, dan Ia duduk di sebelah kanan Bapa, artinya bahwa Yesus Kristus, yang adalah manusia juga seperti kita, memasuki ‘dunia’ Allah. Dengan kata lain Ia diangkat menjadi Tuhan dan menguasai segala sesuatu, seperti ditegaskan oleh Paulus dalam Bacaan Kedua, “Allah… yang membangkitkan Kristus dari antara orang mati dan mendudukkan Dia di sebelah kanan Allah dalam surga. Segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan Allah kepada jemaat sebagai kepala dari segala yang ada”.

Dengan demikian bagi kita ungkapan “naik ke surga”atau “masuk ke firdaus” berarti pergi kepada dan bersatu dengan Kristus (Filipi 1 : 23). Surga kita tak lain tak bukan adalah berada bersama Kristus yang telah bangkit. Dengan demikian Kristus yang telah bangkit dan kita yang juga akan bangkit, menurut istilah yang dipakai oleh Paulus, merupakan suatu ”tubuh” untuk selama-lamanya.

Baca Juga :  Jakarta Raih Penghargaan STA 2021 Kalahkan Kota Besar Dunia

Tetapi sekarang pun sebelum kita dipanggil Tuhan, persatuan kita dengan Kristus yang utuh dan kekal sesudah kita bangkit kelak, sudah dapat kita alami, walaupun masih secara sakramental, yakni dalam penerimaan ekaristi. Ekaristi merupakan kepastian dan antisipasi persatuan kita dengan Kristus di surga.

Mari kita mendengarkan dan memahami kata-kata malaikat ini: “Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri menatap ke langit?” Kita diajak hidup secara realistis. Jangan hanya memikirkan masa kelak, tetapi lebih melihat masa kini sambil ingat akan Yesus, yang bukan hanya kelak, tetapi sekarang pun hadir di tengah-tengah kita dan hadir dalam diri kita masing-masing.

Marilah kita selalu mendengarkan sabda-Nya dan melaksanakan perutusan/misi yang diberikan kepada kita, yaitu untuk dengan rela, giat dan sungguh-sungguh mewartakan kabar gembira kepada semua orang.

Yesus memang telah naik ke surga, namun Ia tidak meninggalkan dunia di mana kita hidup. Ia berada dalam status yang lain, namun tetap tinggal bersama dengan kita. Dalam status selalu bersatu dengan Allah dalam Yesus Kristus, – itulah surga di mana Yesus dan kita semua akan berada.

 

 

 

 

Editor : Khairil Jabar

Sumber : imankatolik.or.id

 

 

Bagikan :
Scroll to Top