Kemenperin Dorong Peningkatan Ekspor Minyak Atsiri sebagai Komoditas Strategis

Ilustrasi
Ilustrasi

Jakarta|EGINDO.co Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus menggali potensi peningkatan ekspor produk-produk industri dalam negeri, khususnya dari sektor industri agro. Salah satu langkah yang saat ini tengah diintensifkan adalah mendorong ekspor produk minyak atsiri, yang dinilai sebagai subsektor strategis berbasis Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) serta tanaman aromatik.

Produk minyak atsiri Indonesia memiliki keterkaitan erat dengan berbagai sektor, mulai dari pertanian, perkebunan, hingga industri kesehatan dan kecantikan. Oleh karena itu, pengembangannya dinilai penting dari sisi ekonomi maupun dari aspek pemanfaatan sumber daya alam.

“Minyak atsiri merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia yang memiliki nilai strategis, baik dari aspek ekonomi maupun sebagai bahan baku industri berbasis sumber daya alam,” ujar Wakil Menteri Perindustrian, Faisol Riza, dalam kegiatan Pre Event Aromatika Indofest 2025 yang diselenggarakan di Gedung Kementerian Perindustrian, Jakarta, pada Jumat (23/5/2025).

Faisol menjelaskan bahwa Indonesia saat ini menempati peringkat ke-8 sebagai negara pengekspor minyak atsiri terbesar di dunia. “Indonesia berada di posisi ke delapan dalam daftar eksportir minyak atsiri dunia dengan nilai ekspor mencapai 259,54 juta dolar Amerika Serikat pada tahun 2024,” ungkapnya.

Dalam lima tahun terakhir, kinerja ekspor-impor minyak atsiri Indonesia mengalami fluktuasi, dengan nilai ekspor tertinggi tercatat pada tahun 2024. Negara tujuan utama ekspor minyak atsiri Indonesia sepanjang periode 2019 hingga 2024 meliputi India, Amerika Serikat, Tiongkok, Singapura, dan Prancis.

Namun demikian, pengembangan industri minyak atsiri nasional masih menghadapi sejumlah tantangan, seperti keterbatasan bahan baku yang berkelanjutan, akses pasar global yang masih terbatas, minimnya diversifikasi produk turunan, serta kurangnya teknologi produksi dan pengolahan.

“Oleh karena itu, dibutuhkan sinergi yang kuat antara pemerintah, pelaku industri, dunia pendidikan, serta masyarakat guna membangun industri minyak atsiri yang inklusif, adaptif, dan mampu bersaing di tingkat global,” tegas Faisol.

Sumber: Tribunnews.com/Sn

Scroll to Top