Jakarta | EGINDO.co – Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengatur Tata Niaga Sawit, akan tetapi harga Sawit masih rendah. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan telah menyusun sejumlah strategi baru untuk menaikkan harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di tingkat petani supaya bisa mencapai atas Rp 2.000/kg.
Dalam keterangan resminya, pertama Kemendag akan melakukan penghapusan sementara pungutan ekspor dan peningkatan rasio pengali hak eskpor atas pendistribusian minyak goreng di dalam negeri atau domestic market obligation (DMO) sehingga kuota ekspor minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan produk turunannya menjadi lebih besar.
Kedua, memberlakukan angka pengalian konversi hak ekspor atas pendistribusian DMO CPO atau minyak goreng menjadi sebesar 1:9 kali dari sebelumnya 1:7 kali. Pendistribusian DMO divalidasi oleh tim lintas kementerian atau lembaga yang dilakukan setiap minggu dan hasilnya diperbarui ke dalam sistem SINSW untuk dapat diklaim menjadi dasar persetujuan ekspor oleh produsen.
Ketiga, pemerintah melalui Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 1117 tahun 2022 memberikan insentif pengali regional atas pendistribusian DMO minyak goreng ke wilayah tertentu. Khususnya, daerah-daerah yang pasokannya masih belum optimal seperti wilayah timur sehingga akan dapat meningkatkan kuota ekspor bagi produsen atau eksportir.
Keempat, Kemendag melakukan penyesuaian kebijakan penerbitan harga referensi yang menjadi dasar penentuan pungutan ekspor dan Bea Keluar (BK) atas ekspor komoditas CPO dan produk turunannya dari sebulan sekali menjadi dua minggu sekali. Pola perhitungannya juga diubah, sehingga akan didapat harga referensi yang lebih aktual mengikuti perkembangan harga CPO internasional.
Namun, informasi yang dihimpun EGINDO.co dari beberapa daerah sentra penghasil TBS Kelapa Sawit rakyat di Provinsi Sumatera Utara Minggu (21/8/2022) menyebutkan harga TBS Kelapa Sawit masih rendah, rata-rata baru Rp1000 hingga Rp1200 per kilogram dan ada beberapa daerah masih dibawah Rp1000 per kilogram yang membuat para petani sawit masih mengeluh.@
Bs/TimEGINDO.co