Jakarta | EGINDO.co – MonkeyPox (Mpox) kasusnya banyak ditemukan di Afrika. Mpox memiliki masa inkubasi sekitar 3 hingga 17 hari dimana gejalanya mirip seperti cacar air. Namun, cacar monyet memiliki bentuk luka seperti leci dimana bekas lukanya berwarna hitam dan menyebar di tubuh orang yang terpapar.
Sejumlah gejala yang dapat diperhatikan oleh masyarakat terkait Mpox adalah adanya ruam di tangan, kaki, dada, wajah, mulut atau di dekat alat kelamin. Selain itu pasien Mpox biasanya mengalami demam, panas dingin, pembengkakan kelenjar getah bening, kelelahan, nyeri otot dan sakit punggung, serta sakit kepala dan gejala pernafasan misalnya sakit tenggorokan, hidung tersumbat, atau batuk.
Sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat soal Mpox dan penanganannya menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan Pemerintah. Termasuk bagaimana metode isolasi mandiri jika menjadi suspect Mpox. Masyarakat juga butuh kepastian dari Pemerintah bahwa penyakit ini bisa diobati.
WHO atau Organisasi Kesehatan Dunia menyebut anak-anak berisiko lebih tinggi terkena Mpox dalam kondisi parah dibandingkan orang dewasa. Namun, bukan berarti masyarakat harus takut atau panik, tapi mengantisipasi lebih baik daripada mengobati. Pastikan anak-anak harus terjaga dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan. Sebisa mungkin hindari dulu tempat ramai atau kerumunan.
Data WHO menyebutkan rasio kematian kasus Mpox pada anak-anak di bawah usia satu tahun mencapai 8,6 persen, lebih tinggi dibandingkan kematian dari 2,4 persen pasien berusia 15 tahun ke atas. Namun, masyarakat tidak perlu merasa cemas dan khawatir berkepanjangan karena penyakit ini bisa diobati. Ikuti informasi resmi dari Pemerintah dan perbanyak literasi mengenai Mpox seperti gejala awal dan cara penanganannya.
Mengutip dari Save The Children, penularan Mpox terhadap anak bisa lebih cepat karena sistem kekebalan tubuhnya masih lemah. Biasanya, anak-anak mudah tertular penyakit saat di sekolah yang memiliki banyak aktivitas kontak fisik. Untuk melindungi anak anak dan keluarga yang mungkin terkena suspect, perlu ada perlindungan berlapis. Lingkungan pendidikan juga harus berpartisipasi melakukan upaya-upaya pencegahan virus Mpox.
Sementara itu Virus MPXV merupakan spesies dari genus Orthopoxvirus. Ada dua clade virus MPXV, yaitu Clade I (dengan subclade Ia dan Ib) dan Clade II (dengan subclade IIa dan IIb). Clade Ia dan Ib memiliki manifestasi klinis yang lebih berat bila dibandingkan dengan Clade II. Varian Mpox Clade I, baik Ia maupun Ib, belum terdeteksi di Indonesia. Sejak 2022 hingga saat ini, varian yang ditemukan di Indonesia adalah varian Clade II. Sebanyak 88 kasus Mpox yang ditemukan di Indonesia juga telah dinyatakan sembuh.
Kabarnya Kemenkes telah menyiapkan pemberian terapi simtomatis, tergantung derajat keparahan kasus. Pasien dengan gejala ringan dapat melakukan isolasi mandiri di rumah dengan pengawasan dari puskesmas setempat, sedangkan pasien dengan gejala berat harus dirawat di rumah sakit.@
Bs/timEGINDO.co