Jakarta|EGINDO.co Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan bahwa beberapa bahan baku yang akan digunakan dalam pabrik anoda baterai lithium milik PT Indonesia BTR Energy Material akan diimpor. Pernyataan ini disampaikan saat peresmian pabrik tersebut di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kendal, Jawa Tengah, pada Rabu, 7 Agustus 2024.
Menurut Jokowi, sebagian bahan baku pabrik anoda baterai ini akan diimpor, termasuk grafit alami dari Afrika dan grafit buatan dari kilang Pertamina di Riau.
Sementara itu, lithium akan diimpor dari Australia, sedangkan nikel akan berasal dari Indonesia. Jokowi menyebutkan bahwa jika seluruh proses produksi terintegrasi dengan baik, Indonesia akan menjadi bagian dari rantai pasok global.
Presiden juga menekankan bahwa Indonesia telah memiliki rencana yang matang untuk membangun ekosistem kendaraan listrik besar.
Langkah ini dimulai sejak pemerintah menghentikan ekspor nikel mentah pada tahun 2020, meskipun kebijakan tersebut mendapat banyak penentangan baik dari dalam maupun luar negeri.
Saat itu, Indonesia kehilangan sekitar US$1,5 juta atau sekitar Rp20 triliun, namun kini nilai ekspor nikel Indonesia telah melonjak dari Rp33 triliun menjadi Rp510 triliun.
Jokowi menjelaskan bahwa saat ini Indonesia memiliki beberapa smelter nikel di Morowali, Wedape, dan lokasi lainnya yang sudah beroperasi.
Selain itu, smelter dari Freeport di Sumbawa dan Gresik diharapkan mulai beroperasi pada Agustus dan September, sementara produksi bauksit di Mempawah, Kalimantan Barat juga akan dimulai pada periode yang sama.
Dia mengungkapkan bahwa jika ekosistem ini terbangun sepenuhnya, Indonesia akan dapat memasuki rantai pasok global, memberikan nilai tambah yang signifikan, dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi serta penyerapan tenaga kerja.
Jokowi mengapresiasi kecepatan pembangunan pabrik yang hanya memerlukan waktu 10 bulan dari penandatanganan kesepakatan di Beijing hingga selesai.
Setelah tahap pertama dan kedua selesai, Indonesia diperkirakan akan menjadi produsen bahan anoda baterai lithium-ion terbesar kedua di dunia dengan total produksi mencapai 160.000 ton.
Jokowi menutup pernyataannya dengan menegaskan bahwa kecepatan pembangunan ini menunjukkan bahwa Indonesia kini merupakan negara yang cepat beradaptasi dan berinovasi.
Sumber: Bisnis.com/Sn