Jokowi Kenakan Pakaian Adat Tanimbar Di Sidang Tahunan MPR

Peta Blok Masela (kiri) dan Jokowi memakai baju adat Tanimbar (kanan). Tanimbar merupakan kepulauan di Maluku yang berada di antara Laut Banda dan Arafura. Baju adat Tanimbar kini dipakai Presiden Jokowi saat pidato kenegaraan, Rabu (16/7/2023) hari ini.
Peta Blok Masela (kiri) dan Jokowi memakai baju adat Tanimbar (kanan). Tanimbar merupakan kepulauan di Maluku yang berada di antara Laut Banda dan Arafura. Baju adat Tanimbar kini dipakai Presiden Jokowi saat pidato kenegaraan, Rabu (16/7/2023) hari ini.

Jakarta|EGINDO.co Presiden Joko Widodo (Jokowi) memakai pakaian adat dari Kepulauan Tanimbar dalam Pidato Kenegaraan di Kompleks DPR-MPR, Senayan, Jakarta pada Rabu (16/8/2023) hari ini.

Terlihat, Kepala Negara mengenakan pakaian adat Tanimbar lengkap dengan segala pernak-perniknya.

Mulai dari penutup kepala, hiasan di kepala, gantungan emas di dada, hingga kain tenun yang dililitkan di pinggang.

Tanimbar merupakan wilayah kabupaten kepulauan di Provinsi Maluku yang berada di antara Laut Banda dan Arafura.

Ada sekitar 30 pulau yang berada di Kepulauan Tanimbar dengan pulau terbesar adalah Pulau Yamdena.

Di Pulau Yamdena-lah, Ibu Kota Kabupaten Kepulauan Tanimbar yaitu di Saumlaki berada.

Di Pulau Yamdena terdapat sekitar 40 desa yang terletak di pesisir pantai.

Kehidupan masyarakat masih bergantung kepada pertanian dan perikanan yang subsisten.

Sementara kota lainnya adalah Larat di Pulau Larat, Adaut di Pulau Selaru, dan Seira di Pulau Sera.

Ada Blok Masela

Kepulauan Tanimbar adalah satu di antara wilayah terluar di Indonesia dan berbatasan laut dengan Australia.

Kepulauan Tanimbar dikenal karena potensi minyak dan gas (migas) di wilayah lautnya yang bernama Blok Masela di Laut Arafura.

Dikutip dari indonesia.go.id, cadangan gas Blok Masela secara resmi ditemukan pada 2000.

Sumur Abadi-1 merupakan sumur eksplorasi pertama perusahaan migas asal Jepang, Inpex Masela Ltd.

Sumur itu terletak di tengah-tengah struktur abadi dengan kedalaman laut 457 meter dan total kedalaman 4.230 meter.

Nah, Inpex sebelumnya sudah mendapatkan hak melakukan kegiatan eksplorasi di Blok Masela melalui penandatanganan kontrak Masela PSC pada 16 November 1998.

Sejak saat itu, Inpex melalui Inpex Masela Ltd melakukan kegiatan eksplorasi hidrokarbon di blok tersebut, dengan kepemilikan saham 100 persen.

Seiring berjalannya waktu, Inpex memiliki hak partisipasi sekaligus bertindak sebagai operator, sebesar 65 persen.

Baca Juga :  PM Castex: Situasi Covid-19 Di Paris Sangat Genting

Sisanya, dimiliki oleh Shell Corporation sebesar 35 persen.

Pada 2019, Shell pun menyatakan mundur dan melepas hak partisipasinya dari Blok Masela.

Dengan demikian, perlu dilakukan pengganti posisi Shell untuk menjadi mitra Inpex mengelola proyek gas tersebut.

Maka dalam hal ini, Pertamina dan Petronas, BUMN migas asal Malaysia melalui anak usahanya mengambil alih bagian Shell untuk mengelola Blok Masela sebesar 35 persen.

Dikutip dari Kompas.com, nilai yang dibayar Pertamina dan Petronas atas akuisisi itu sebesar 650 juta dollar AS atau sekitar Rp 9,75 triliun (kurs Rp 14.500 per dollar AS).

Perjanjian pengambilalihan pun sudah ditandatangani pada 25 Juli 2023.

Dengan ditekennya perjanjian itu, PHE akan mengelola 20 persen dari kepemilikan tersebut dan 15 persen akan dikelola oleh Petronas Masela.

Maka dalam mengelola proyek gas tersebut, Pertamina dan Petronas akan bermitra dengam Inpex yang memiliki porsi hak partisipasi sebesar 65 persen.

Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati mengatakan, Lapangan Abadi Blok Masela berpotensi menyerap hingga 10.000 tenaga kerja.

Pengembangan Blok Masela ini diharapkan dapat membantu percepatan pengembangan area lokal, sehingga dapat menciptakan lapangan kerja baru dan dapat menyerap tenaga kerja lokal.

Diketahui, Blok Masela memiliki potensi cadangan gas yang sangat besar, mencapai 10,73 triliun kaki kubik (Tcf) sehingga kerap disebut sebagai lapangan gas abadi.

Pemerintah mengklaim cadangan gas di Blok Masela tidak akan habis sampai 70 tahun ke depan.

Wilayah Pemekaran

Dikutip dari wikipedia.org, Kabupaten Kepulauan Tanimbar dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 46 Tahun 1999, sebagai pemekaran dari Kabupaten Maluku Tenggara.

Pada 2008, sebagian wilayah kabupaten ini dimekarkan lagi menjadi Kabupaten Maluku Barat Daya.

Baca Juga :  Bantuan Pembangunan Rumah Muslimat NU Dari Pemkot Depok

Sebelumnya kabupaten ini bernama Kabupaten Maluku Tenggara Barat.

Perubahan nama kabupaten dari Kabupaten Maluku Tenggara Barat menjadi Kabupaten Kepulauan Tanimbar ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2019, tanggal 23 Januari 2019.

Saat ini, Kabupaten Kepulauan Tanimbar dipimpin Penjabat (Pj) Bupati Ruben Benharvioto Moriolkosu sejak 29 Mei 2023.

Ruben Benharvioto Moriolkosu menjabat sebagai Sekretaris Daerah Kabupaten Kepulauan Tanimbar.

Ia dilantik menjadi Penjabat Bupati oleh Gubernur Maluku, Murad Ismail dan akan memimpin Kabupaten Kepulauan Tanimbar hingga 2024.

Pasalnya, masa jabatan bupati sebelumnya, Petrus Fatlolon yang berpasangan dengan Agustinus Utuwaly sudah habis sejak 22 Mei 2023.

Pakaian Adat Tanimbar

Mengutip dari tulisan Ivona Maria Tanlain dkk di journal.uc.ac.id dan Marthen M. Pattipeilohy di kebudayaan.kemdikbud.go.id, busana yang dipakai oleh perempuan Tanimbar pada saat mengikuti upacara adat adalah seperangkat busana yang terdiri atas kebaya dan tais (kain tenun).

Mereka juga mengenakan sejumlah aksesori yang menghiasi tubuh seperti sinune (selendang yang disampirkan pada bahu sebelah kiri), somalea (hiasan dari cenderawasih yang telah dikeringkan dan menjadi hiasan yang diletakkan diatas kepala atau dahi).

Adapula ngore (kalung yang digantung di leher), lelbutir (antinganting), belusu (gelang yang dipakai pada lengan, biasanya terbuat dari gading gajah dan dijadikan sebagai mas kawin dari pihak laki-laki di Kepulauan Tanimbar), dan lufu (kantung yang terbuat dari anyaman rotan dengan seutas tali dan digantung pada bahu).

Busana adat pria Tanimbar adalah teik (cawat) atau umban.

Teik biasanya terbuat dari tenunan kain yang berukuran kecil yang dipakai untuk menutup alat kelamin pria.

Sementara Umban adalah cawat yang terbuat dari tenunan yang berukuran sekitar 3 meter dan digunakan dengan cara diikat pada bagian pinggang pada saat upacara adat.

Baca Juga :  APP Sinarmas, Produksi Pulp Dan Kertas Paling Terintegrasi

Pria Tanimbar menambahkan kelengkapan busana yang khas meliputi tatabun ulun (kain penutup kepala), somalea (hiasan dari cenderawasih yang telah dikeringkan dan menjadi hiasan yang diletakkan di atas kepala atau dahi), kmwenga (anting-anting emas atau perak) dan wangpar (gantungan emas di dada).

Pada penutup kepala dihiasi dengan bulu-bulu burung cendrawasih melambangkan kebesaran seorang raja, sedangkan penutup kepalanya adalah simbol perlindungan yang harus diberikan oleh masyarakat kepada sang pemimpin.

Salempang atau Skwai yang dipakai menunjukkan tanggung jawab dari pemimpin kepada rakyatnya.

Makna filosofis dari skwai adalah seorang ayah menggendong putranya atau pemimpin siap melani masyarakatnya.

Kunjungan Jokowi ke Tanimbar

Pada 1 September 2022, Jokowi pernah mengunjungi Kepulauan Tanimbar.

Di sana, Presiden menyerahkan bantuan sosial kepada para penerima manfaat di Pasal Olilit berupa bantuan modal kerja (BMK) dan bantuan langsung tunai (BLT).

Jokowi juga meninjau optimalisasi sistem penyediaan air minum (SPAM) Wemomolin di wilayah tersebut.

Melalui akun resmi Twitter-nya, Jokowi mengklaim bahwa dirinya merupakan presiden kedua yang mengunjungi Kepulauan Tanimbar setelah Soekarno.

“Rupanya, kedatangan saya ke sini adalah kunjungan pertama Presiden RI setelah Presiden Soekarno datang ke Tanimbar Selatan di tahun 1958,” tulis Jokowi.

Sebelumnya, Presiden Soekarno mengunjungi daerah itu pada 4 November 1958 menggunakan Kapal Mangkara dan Djadayat yang dikawal oleh sejumlah kapal perang.

Saat itu, Soekarno membawa sejumlah duta besar negara sahabat, seperti China, Filipina, Pakistan, Amerika Serikat, Jepang, Uni Soviet, Turki, Hingaria, dan Irak.

Untuk mengenang peristiwa bersejarah itu, didirikan patung Soekarno di Saumlaki pada 2015.

Pada 2010, Wakil Presiden Boediono juga tercatat pernah berkunjung ke Kepulauan Tanimbar atau 52 tahun setelah kunjungan Soekarno.

Sumber: Tribunnews.com/Sn

 

Bagikan :
Scroll to Top