Nusa Dua, Bali | EGINDO.co – Presiden Indonesia Joko Widodo dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada Senin (14/11) bertemu di Bali dan menggarisbawahi pentingnya hubungan strategis negara mereka dengan menyempurnakan kemitraan baru.
Menjelang KTT Pemimpin Kelompok 20 (G20) dua hari yang dimulai di pulau resor Indonesia pada hari Selasa, Jokowi mengatakan bahwa dia menghargai dukungan dan kehadiran mitranya dari AS.
“Saya berharap KTT G20 dapat menghadirkan kerja sama yang konkrit dan dapat membantu pemulihan ekonomi global,” kata Jokowi, sapaan akrab Presiden Indonesia ini.
Menyebut Indonesia sebagai mitra yang bersemangat dan kritis, Biden mengatakan kedua negara harus bekerja sama untuk mengejar masa depan yang lebih baik. Dia juga mengumumkan rincian kemitraan baru yang akan diresmikan pada hari Selasa.
Melalui Millennium Challenge Corporation – sebuah lembaga bantuan asing yang didirikan oleh AS – hampir US$700 juta akan diinvestasikan untuk mengembangkan transportasi dan infrastruktur berkualitas tinggi di Indonesia, kata Biden.
“Besok, kami akan mengungkap kemitraan baru yang transformatif untuk mendukung transisi energi bersih di Indonesia.”
Kedua pemimpin juga membahas kepemimpinan Indonesia untuk tahun 2023 mendatang Perhimpunan Bangsa Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), kata Gedung Putih AS dalam sebuah pernyataan.
Biden juga menegaskan kembali komitmen AS terhadap sentralitas ASEAN dan dukungannya terhadap pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik, tambah pernyataan itu.
Pembicaraan Indonesia-AS dilakukan menjelang pertemuan bilateral yang sangat dinantikan antara Biden dan mitranya dari China Xi Jinping pada hari Senin.
Ini akan menjadi pertemuan tatap muka pertama mereka sejak Biden menjabat hampir dua tahun lalu, dan pada saat hubungan antara negara adidaya berada pada titik terendah dalam beberapa dekade.
Biden mengatakan pekan lalu dia akan berdiskusi dengan Xi tentang kekhawatiran AS atas Taiwan, perang Rusia di Ukraina, dan ambisi nuklir Korea Utara.
Perang di Ukraina dan ketegangan antar negara telah membayangi kepresidenan G20 Indonesia, mengakibatkan pemogokan selama beberapa pertemuan.
Dalam pertemuan tingkat menteri G20 sebelumnya, negara-negara telah gagal menyepakati komunike akhir yang akan menjadi kunci untuk mendorong kerja sama.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan akhir pekan lalu meremehkan dampak dari tidak adanya komunike kali ini.
“Terus terang, menurut saya G20 tidak pernah serumit ini di tengah situasi global.
“Jadi kalau pada akhirnya kami tidak membuat komunike, tidak apa-apa,” kata Pak Pandjaitan.
Sumber : CNA/SL