Manila | EGINDO.co – Jepang, Korea Selatan dan India telah menawarkan untuk membiayai tiga proyek kereta api Filipina senilai hampir US$5 miliar, kata kepala transportasi negara itu pada Senin (6 November), setelah Manila tidak lagi menggunakan Tiongkok sebagai sumber pendanaan tahun lalu.
Menteri Transportasi Jaime Bautista mengatakan pemerintah Filipina dapat memanfaatkan ketiga negara tersebut untuk mendapatkan bantuan pembangunan resmi (ODA). Dia mengatakan pemerintah juga dapat mendanai sebagian proyek kereta api atau mencari investasi sektor swasta.
“Kami sedang menjajaki hal ini. Kami belum bisa memberikan rinciannya,” kata Bautista dalam forum media.
Proyek kereta api tersebut adalah Proyek Kereta Api Subic-Clark, Proyek Jarak Jauh Selatan Kereta Api Nasional Filipina, dan Proyek Kereta Api Mindanao segmen Davao-Digos, yang secara kolektif bernilai US$4,95 miliar.
Presiden Ferdinand Marcos Jr tahun lalu telah memerintahkan para pejabat untuk merundingkan kembali perjanjian pinjaman dengan Tiongkok, yang dianggap “ditarik” setelah pemerintah Tiongkok gagal menindaklanjuti permintaan pendanaan.
Namun Bautista mengatakan pemerintah harus mencari opsi pendanaan lain karena tidak ada kemajuan dalam negosiasi pinjaman dengan Tiongkok mengenai proyek kereta api, yang dimulai pada tahun 2018 pada masa pemerintahan mantan Presiden Rodrigo Duterte.
Duterte mengupayakan hubungan yang lebih hangat dengan Beijing dan mengesampingkan sengketa wilayah dengan imbalan bantuan miliaran dolar ketika ia menjadi presiden. Marcos menggantikannya pada Juni tahun lalu.
Dari 1.100 km sebelum Perang Dunia II, Filipina hanya memiliki 77 km jalur kereta api yang beroperasi pada tahun 2016, jauh di belakang pusat kota lain di Asia, menurut data pemerintah. Marcos berjanji untuk memodernisasi sistem perkeretaapian negaranya.
Pembangunan kereta bawah tanah pertama Filipina, yang didanai oleh pinjaman dari Jepang, sedang berlangsung di wilayah ibu kota.
Sumber : CNA/SL