Beijing, | EGINDO.co – Sejumlah tempat ibadah di China yang ditutup sebelum musim libur Tahun Baru Imlek itu akhirnya dibuka kembali beberapa hari menjelang sidang tahunan Kongres Rakyat Nasional dan Konferensi Majelis Penasihat Politik (NPC-CPPCC) di Beijing. Gunung Wutai, situs Warisan Budaya Dunia UNESCO di Provinsi Shanxi, yang merupakan salah satu dari empat gunung yang disucikan umat Buddha di China, dibuka kembali untuk umum. “Sekarang semua orang boleh melakukan peribadatan di tempat ini, seperti membakar dupa dan sembahyang di kuil di atas gunung,” kata Chang, penjaga situs Gunung Wutai, dikutip Global Times, Rabu.
Pihaknya mewajibkan setiap pengunjung memesan tiket masuk terlebih dulu, mengenakan masker, menunjukkan hasil skan kartu kesehatan, menunjukkan riwayat perjalanan, dan mengukur suhu tubuh sebelum memasuki situs tersebut. Menurut dia, dibukanya kembali situs tersebut atas pertimbangan situasi pandemi yang semakin terkontrol. Sebelumnya situs tersebut ditutup selama beberapa pekan pada 10 Januari untuk menghindari meluasnya wabah COVID-19, terutama menjelang musim libur Imlek pada 11-17 Februari.
Kuil Shaolin di Provinsi Henan yang mendunia karena riwayat Kung Fu juga telah dibuka sejak 26 Februari, namun jumlah kunjungan hanya 26 persen dari kapasitas maksimum. Namun beberapa gereja di Beijing baru dijadwalkan dibuka pada pekan kedua Maret jika situasi pandemi stabil. Sidang parlemen dua kamar dengan jumlah perwakilan terbesar di dunia itu digelar di Beijing mulai Kamis (4/3). Menurut staf gereja Katholik di Distrik Tongzhou, Beijing, gerejanya baru akan buka lagi pada 21 Maret.
Demikian halnya dengan beberapa masjid di Guangzhou, Provinsi Guangdong, kemungkinan baru bisa buka pada akhir Maret. “Tanggal pastinya belum ditentukan,” ujar seorang pengurus masjid di Distrik Yuexiu.
Di distrik di pusat Kota Guangzhou itu terdapat masjid pertama di China yang dibangun oleh Sa’ad bin Abi Waqqash, sahabat sekaligus paman Rasulullah SAW. Provinsi Hebei dilanda pandemi COVID-19 secara sporadis pada Januari sehingga berdampak terhadap sejumlah rumah ibadah di seluruh wilayah daratan China.
Apalagi kasus sporadis di provinsi yang berbatasan dengan Beijing tersebut ditemukan dari sekelompok masyarakat setelah melakukan kegiatan keagamaan. Beberapa distrik di China yang termasuk kategori berisiko tinggi dan menengah ditutup aksesnya secara total. Namun sejak dua pekan yang lalu, di China sudah tidak ada lagi distrik yang termasuk kategori risiko tinggi dan menengah.@
rtr/ant/TimEGINDO.co